Bab 15

VALLERY POINT OF VIEW:

🏵️🏵️🏵️

Sebuah tangan mengusap pipiku lembut berulang kali. Aku membuka satu mataku untuk melihat, ini masih terlalu gelap dan badanku masih lelah sekali.

“Ayo bangun,” kata Rizal lembut masih memeluk tubuh polosku.

“Ini masih jam berapa sih?” tanyaku seraya meraih ponsel yang ada di meja sebelahku.

Aku mengetuk layar nya dua kali hingga tertera pukul berapa saat ini.

“Ini masih jam setengah 4,” kataku serak.

“Kita mandi sebelum kamar mandi nya antri,”

“Mandi??? Kamu gila, aku bisa mati kedinginan semalam ini,” kataku mencoba menenggelamkan badan polosku di bawah selimut.

“Kita harus sholat subuh,” sahut Rizal lembut.

“Ya kan tinggal ambil wudhu aja, bangunin aku jam lima napa sih?” kataku kesal.

“Val, kita harus mandi besar dulu sebelum sholat subuh,”

“Waktu itu kita sholat subuh juga nggak pake mandi,” protesku.

“Itu kan kita nggak ngelakuin apa apa,”

“Emang nya sekarang aku ngelakuin kesalahan apa sampai kamu harus menyuruhku mandi semalam ini?” kataku kesal.

“Bukan nya semalam kita melakukan hubungan suami istri,” kata Rizal yang membuat pipiku memerah.

“Apa itu sebuah kesalahan?” tanyaku pelan.

“Bukan kesalahan, hanya saja hukum nya wajib mandi besar dulu jika sudah melakukan hubungan suami istri,”

“Begitu ya?” kataku mulai duduk dan berusaha memakai bajuku.

“Hem,”

“Kalau begitu jangan pernah mengajakku *** *** lagi di malam hari,” kataku kesal.

“Heh?”

“Kita *** *** siang hari aja biar nggak mandi dalam gelap,” sahutku.

“Di kamar mandi kan ada lampu,”

“Aku nggak kuat dinginnya,” protesku.

“Aku masakin air panas, jadi kamu bisa mandi air hangat,” kata Rizal mulai memakai kaos dan celana pendek nya.

“Kamu yang nimba air juga?” tanyaku.

“Tentu saja, emang nya kamu mau nimba?”

“Ya Tuhan, hidup di jaman apa sih kita sekarang,” keluhku yang mengikuti nya dari belakang.

“Nih bawa buat ganti setelah mandi,” kata Rizal seraya menyerahkan daster berwarna merah menyala.

“Ibuk punya daster berapa sih?” kataku cemberut.

“Pakai saja, daster nya satu lemari penuh,” sahut Rizal.

“Penuh?” tanyaku mlongo mencoba meraih handuk dan mengikat rambut pirangku ke atas.

Suara spatula bersentuhan dengan wajan, serta aroma masakan yang membuatku berjalan kearah dapur usai sholat subuh bersama Rizal. Apa ibu mertua sedang memasak makanan? Ingin sekali rasa nya membantu nya tapi aku bisa apa?

Dengan perlahan aku berjalan mendekati dapur. Terlihat Delisha sedang memasak sesuatu bersama ibu mertua, saling berbicara dan tersenyum satu sama lain karena hal yang mereka bicarakan. Ada rasa iri tersendiri yang ku rasakan dalam hatiku. Tak sengaja ibu mertua melihatku yang sudah berdiri memperhatikan mereka.

“Sudah bangun,nduk?” Tanya ibu mertua mendekatiku.

“Iya bu. Ada yang bisa valle bantu?” tanyaku menawarkan diri.

“Tidak perlu, ini sudah mau selesai,” kata ibu tersenyum padaku. Penolakan halus yang membuatku semakin terasa jauh dengan ibu mertuaku sendiri.

“Kapan kapan ibu ajak valle masak biar valle tahu cara masak makanan kesukaan Rizal,” sahutku tersenyum.

“Sudah ada Delisha, kamu tenang saja. Ayo duduk dan panggil Rizal untuk sarapan,” kata ibu membuat hatiku semakin bimbang.

“Sabrina, panggil mas kamu, nduk,” kata ibu mertua menyuruh adik ipar untuk memanggil kakak nya.

“Nggih, buk,” sahut Sabrina berjalan cepat menuju kamar kami.

Tidak lama kemudian Sabrina datang bersama Rizal dan ayah untuk berkumpul di tempat makan. Delisha dengan tersenyum mengambilkan nasi di piring untuk kami bahkan untuk Rizal. Lalu aku ngapain?

“Wah, aku kangen masakan rumah,” kata Rizal.

“Dimakan toh le, itu masakan delisha enak sekali,” kata ibu mertua menatap Rizal.

Aku hanya bisa menghembuskan napas pelan mencoba memasukkan makanan ke mulutku. Oke, this tastes really good. Aku? Mana bisa aku membuat makanan seenak ini.

Aku memakan nya perlahan tanpa selera. Entahlah, makanan ini rasa nya sempurna hanya saja perasaanku terluka dengan pujian ibu mertua pada masakan delisha. Sensitif sekali hatiku ini, hanya perkara pujian ibu mertua pada masakan perempuan lain membuat hatiku sakit.

“Kamu kenapa nggak nafsu makan?” Tanya rizal pelan yang hanya bisa ku dengar.

“Entahlah, bawaan bayi kali,” jawabku asal yang tak kalah pelan nya.

“Uhuk uhuk uhuk….” Rizal keselek mendengar jawabanku.

“Hati hati makan nya, terlalu enak ya sampai keselek? Nggak perlu tergesa gesa kalau makan le, ini masih banyak,” kata ibu mertua.

“Ini minum nya,” kata delisha dengan cepat mengambilkan air mineral untuk Rizal membuatku semakin kesal saja. Sedangkan Rizal meneguk nya sampai habis.

“Makan yang banyak biar kamu sehat, calon papa harus selalu siaga untuk istri nya,” celetukku yang hanya bisa didengar Rizal.

“Mau mangga?” Tanya Rizal.

“Hem,” kataku tersenyum antusias.

Dengan segera dia mengupaskan mangga untukku dan memotong nya menjadi beberapa bagian kecil. Rizal juga menyuapiku dengan perlahan membuatku tersenyum malu, aku merasa bahagia diperlakukan seperti ini.

🏵️🏵️🏵️

Pagi ini kami ke sawah untuk menanam padi. Rizal sudah melarangku ikut tapi aku terus ngeyel untuk ikut. Mending aku ikut pergi ke sawah bersama mereka daripada aku mati karena bosan di rumah ini. Dengan masih memakai daster merah menyala, aku bergelayut manja di lengan nya.

“Kamu di rumah saja, di sawah itu panas,” kata Rizal.

“Siapa yang bilang di sawah itu adem,” cebikku.

“Aku takut kamu capek, kamu hamil beneran?” Tanya nya.

“Aku juga nggak tau, tapi akhir akhir ini aku jadi pemalas dadakan. Bagaimana? Apa itu termasuk tanda tanda ibu hamil?” kataku cepat.

“Mana ku tahu, aku bukan dokter. Nanti kita beli testpack aja ya,” saran nya.

“Tidak perlu beli. Aku sedang malas kemana mana,” kataku manja.

“Maka nya kamu di rumah aja,”

“Tapi bayiku seperti nya nggak mau jauh jauh dari ayah nya,”

“Kalau kamu capek bagaimana?”

“Ada kamu yang gendong aku,” kataku cepat.

Akhirnya dengan terpaksa Rizal memperbolehkanku ikut berangkat ke sawah. Melewati jalan setapak dengan daster berwarna merah, udah mirip orang orangan sawah nggak sih? Bahkan burung burung ikut kabur melihatku yang mulai mendekati sawah. Menjengkelkan sekali memakai daster ini, pasti Brianna akan tertawa jika melihatku saat ini. Bagaimana kabarnya dia? Bukan nya dia pindah ke kota S untuk menghindar dari mantan suami nya. Aku jadi khawatir pada nya.

Aku melihat Delisha yang berjalan di depan Rizal dan Rizal berjalan di depanku. Kata nya uda punya keluarga baru, tapi kenapa harus tinggal di rumah Rizal? Menyebalkan! Kenapa aku cemburu dengan nya sih? Dia bahkan bukan levelku. Baju juga masih keren bajuku, tapi bukan daster yang ku pakai saat ini. Cantik? Juga masih cantik aku. Pekerjaan? Masih keren pekerjaanku. Lalu kenapa aku takut tersaingi oleh nya? Ini bener bener nggak masuk akal.

Lalu mengapa Felix bisa bertunangan dengan cewe kampung kayak Delisha? Ketemu dimana sih mereka? Bukan nya Felix orang kaya? Perusahaan nya juga nggak di Indonesia aja kan? Trus ketemu dimana coba? Kenapa aku jadi mikirin pertemuan mereka sih? Bukti nya dokter kayak aku juga bisa nikah sama Rizal. Atau jangan jangan Felix juga kekurangan stok cewek kali ya? Atau selama ini dia senasib denganku? Sulit mencari pasangan? Tidak mungkin! Aku bergidik ngeri membayangkan itu semua.

“Kenapa kak valle?” Tanya Sabrina yang ada di belakangku.

“Nggak papa, kenapa emang nya?” tanyaku bingung.

“Aku ngelihat kakak yang sedang mengeleng gelengkan kepala,” sahut Sabrina.

“Masak sih?”

“Iya,”

“Ah, kak valle hanya ngeri liat kodok,” kataku ngeles.

Lihat kodok? Aku kan lagi ngeliatin Delisha, ya anggap saja dia itu kodok yang menjengkelkan. Salah apa dia sama aku hingga aku membenci nya? Kesalahan nya hanya satu, dekat dengan keluarga suamiku!

Jangan lupa like, comment and vote 🙏🙏😉

hepi wekend, semoga hari ini menyenangkan 🙏😉

Terpopuler

Comments

Amaliah AR-Syad

Amaliah AR-Syad

brianna cerai dgn nathan?

2022-12-11

1

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

masa Veli mau belajar masak buat suami nya eh si ibu malah bilang kan ada Delisham sakit bener hati Veli. trus dia kaya ga dianggap .keluarga nya ga peka. itu jg si Rizal jd suami ga bisa menjaga perasaan istri nya.

2022-10-06

0

Aruna Zahrani

Aruna Zahrani

yg gak peka tuh keluarga rizal dan delisha termasuk rizal nya. g bs jaga perasaan valle bgt sih. klo aq jd valle jg bakalan tersinggung dan minder lah walau posisi sdh jd istri

2021-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!