VALLERY POINT OF VIEW:
🦋🦋🦋
Ucapan berbahasa arab yang terucap dengan satu tarikan nafas dari laki laki yang saat ini ada di sebelahku membuatku menyandang status baru sebagai seorang istri ketika beberapa saksi berkata ‘SAH’.
Entahlah ini benar atau salah? Bahkan tak ada perjanjian yang biasanya diucapkan di depan pendeta. Tak ada janji dari nya untuk saling memiliki dan menjagaku dari sekarang dan selama lamanya. Tak ada janji dari nya untuk tetap mencintaiku susah maupun senang, kelimpahan atau kekurangan dan dalam keadaan sehat maupun sakit. Tak ada kata untuk saling menghargai dan mengasihi sampai maut memisahkan. Apa aku bisa mempercayai laki laki di hadapanku ini?
Air mataku jatuh bukan karena terharu, tapi aku menyimpan banyak kekhawatiran dalam perjalanan rumah tanggaku. Rizal mengusap airmataku dan mencium keningku lembut.
Setelah acara akad nikah, kami menuju salah satu gedung yang sudah kami persiapkan jauh jauh hari. Di sanalah kami akan menggelar resepsi. Dalam perjalanan aku hanya diam memandang kearah luar dengan Rizal yang masih menggenggam tanganku.
“Kamu kenapa Val? Apa kamu terharu sampai menangis?” Tanya Rizal.
“Mungkin,” kataku seraya menghembuskan napas berat.
“Kita akan sibuk hari ini, aku harap kamu bisa menjaga staminamu,”
“Hem,” kataku berusaha tersenyum.
“Kamu pasti lelah, maaf besok pagi harus langsung berangkat ke desaku untuk menggelar acara sederhana di sana,”
“Nevermind,” kataku tesenyum.
“Kita akan tinggal beberapa hari di sana, kamu sudah ambil cuti menikah?”
“Sudah, itu bisa diurus. Rumah sakitku berasaskan kekeluargaan, bahkan semua yang bekerja di sana masih kerabat,” jawabku berusaha terlihat santai.
🦋🦋🦋
Konsep pernikahan yang sangat mewah telah dirancang oleh kedua orangtuaku. Sedangkan pikiranku masih penuh dengan kekhawatiran. Aku benar benar sudah gila, ini hari pertama menikah tapi yang ku pikirkan malah perceraian.
Apa apaan aku ini?
Aku membayangkan bagaimana kecewa nya orangtuaku ketika kami bercerai nanti, sedangkan tidak sedikit uang yang dikeluarkan orangtuaku untuk acara hari ini.
“Sepertinya kamu terlihat lebih gugup daripada aku? Kamu terlihat tegang sekali,” kata Rizal pelan.
“Mungkin hanya aku yang mengharapkan penuh pernikahan ini jadi terlihat begitu tegang,” sahutku.
“Kamu ngomong apa sih? Tentu saja aku juga antusias,” jawab Rizal.
Acara di gedung berjalan sangat lama karena tamu undangan juga banyak. Menjelang malam semakin meriah dengan beberapa lagu bertema pernikahan melantun indah di hall ini.
🌸🌸🌸
'Dengarkanlah, wanita pujaanku,
Malam ini akan kusampaikan,
Hasrat suci kepadamu, dewiku...
Dengarkanlah kesungguhan ini,
Aku ingin mempersuntingmu,
Tuk yang pertama dan terakhir,
Jangan kau tolak dan buat ku hancur,
Ku tak akan mengulang tuk meminta,
Satu keyakinan hatiku ini,
Akulah yang terbaik untukmu...'
🌸🌸🌸
Lagu milik Yovie and Nuno berjudul janji suci melantun syahdu di ruangan. Kami berdua masih sibuk menyalami beberapa tamu dan melayani foto bersama.
Sampai waktu menunjukkan pukul 9 malam ketika acara mau usai. Sungguh hari yang melelahkan. Tamu mulai menyurut dan tinggallah beberapa kerabat dekat saja.
Dari kejauhan terlihat Delisha sedang menggandeng tangan seorang pria menghampiri kami berdua. Tunggu tunggu, seperti nya aku pernah melihat laki laki itu. Sekali lagi ku perhatikan wajah laki laki yang digandeng Delisha. Ya Tuhan, bukan nya itu Felix? Dunia ini kenapa bener bener sempit sekali sih? Kenapa aku bisa bertemu dengan mantan pacar di sini. Bukan nya dia Kristen? Kenapa bisa bertunangan dengan Delisha.
“Selamat ya, Zal,” kata Delisha.
“Makasih,” sahut Rizal tersenyum.
“Kenalin ini tunanganku, Felix Gideon,” kata Delisha padaku.
“Vallery,” kataku pelan seraya menajamkan mataku pada nya supaya dia tutup mulut jika memang pernah mengenalku.
“Felix,” kata nya menjabat tanganku padahal tidak ku ulurkan tanganku tadi. Bahkan dia sangat lama menggenggam tanganku. Menjengkelkan!
“Hem,” kataku berdehem supaya dia melepaskan tangan nya.
“Maaf,” kata Felix tidak enak hati.
“Trimakasih sudah datang jauh jauh dari Malaysia untuk datang ke acara kami,” kata Rizal pada Felix.
“Tentu saja suatu kehormatan bisa diundang di acara ini,” kata Felix masih melihatku.
Dia gila atau apa sih?
Mau cari gara gara?
“Sayang, jangan genit sama istri orang. Kamu bahkan memandang nya cukup lama di depan tunanganmu,” kata delisha tersenyum pada Felix.
“Bukan genit, rasa nya aku pernah melihat istrimu, Zal. Apa kita pernah bertemu sebelum nya? Atau kita saling mengenal sebelum nya?” Tanya felix tiba tiba.
“Sepertinya tidak pernah,” jawabku cepat.
“Aku lulusan SMP SANTA MARIA,” kata felix tersenyum padaku.
“Kebetulan sekali istriku juga lulusan sana,” sahut Rizal.
“Berarti kita satu alumni ya? Reuni donk di sini?” kata felix terkekeh.
“Sayang, apa kamu pernah melihat felix mungkin? Dulu?” Tanya Rizal mencoba mengakrabkan kami.
“No, mungkin karena aku pendiam kali ya?” kataku ngeles.
“Pendiam? Oke! Bukan nya kamu dulu sering tampil di setiap acara kan? Modeling? Fashion? Aku sering melihatmu,” kata felix.
Ah, dia bener bener mau cari mati!
“Ah, ya! Maaf aku terlalu cuek dengan sekitar jadi benar benar tidak mengingatmu. Jangan jangan kamu fansku ya dulu?” kataku pura pura bego.
Ngarang cerita banget sih aku?
“Begitulah, aku salah satu fans. Bisa foto berdua?” kata felix.
“Berempat saja,” selaku seraya memandang Rizal dengan berat hati.
“Ah, baiklah berempat,” kata nya berada di sampingku membuat Delisha memandang nya kesal.
Setelah sesi foto, Rizal meminta ijin untuk menemui orangtua nya sebentar bersama Delisha.
Sepertinya dia yang lebih cocok jadi istri Rizal!
Aku?
Tentu saja sibuk mencoba beberapa makanan ringan yang ada di sana.
“Hem,” suara deheman mengagetkanku hingga aku hampir keselek minuman yang sedang ku teguk saat ini.
“Pelan pelan biar nggak tersedak,” kata seseorang yang ada di sampingku.
“Kenapa kamu bisa ada di sini sih?” kataku kesal.
“Jadi kamu tidak mengakuiku?” Tanya Felix.
“Mengakui? Mengakui sebagai apa? Aku tidak mengenalmu!” kataku dingin masih mencoba menggigit kue yang ada di tanganku.
“Benarkah?”
“Ya, sejak kamu tiba tiba menghilang tidak ada kabar. Ya, anggaplah dulu itu cinta monyet,” sahutku.
“Cinta monyet?” Tanya nya tersenyum hambar.
“Hem, aku menganggap nya begitu. Bukan nya kita pacaran masih SMP? Apa nama nya kalau bukan cinta monyet?”
“Berarti kamu sudah mengakuiku sebagai mantan pacarmu?”
“Mantan pacar? Jaga mulutmu! Aku tidak mau suamiku salah paham!” kataku pelan tapi tegas.
“Kebetulan sekali jika suamimu dekat dengan tunanganku,”
“Ya, sangat kebetulan sekali. Aku juga tidak menyangka,” kataku cuek masih tidak menatap nya sama sekali.
“Jadi kamu islam sekarang?” Tanya nya.
“Ya, seperti yang kamu tahu. Mungkin tunanganmu itu sudah cerita semua nya. Dan kamu? Apa kamu juga islam?”
“Aku masih nasrani,”
“Masih? Maksudmu mau OTW islam juga?” kataku seraya memutar bola mataku jengah.
“No. Dia yang harus ikut denganku,”
“Oh ya? Semoga berhasil!” kataku datar.
“Aku belum pernah gagal,”
“Ya, aku tau. Bagaimana kabar ibumu?” tanyaku.
“Dia menanyakanmu,”
“Jangan sembarangan menjawab,”
“Aku sedang menjawab dengan benar, dia terlalu shock ketika aku akan menikahi Delisha yang berbeda agama denganku,” jawab felix seraya menghembuskan napas nya.
“I’m sorry to hear that,”
“Seandainya kita bertemu lebih awal,” kata Felix tersenyum padaku.
“Ku mohon jangan membuat suamiku salah paham,” kataku pelan.
“Oke, semua aman denganku,” sahut felix sopan.
Jangan lupa like, comment and vote ya guys 🙏😁
Semoga masih inget alur nya karena uda lama off.... 🙏🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
RithaMartinE
ku dukung felix laahh😅😅
2023-07-20
0
Ida Blado
rizal pamit buat nemuin ibunya sama delisha,,, astogeeee,,,, ini org apa otaknya di gadai buat resrpsi ya
2022-12-15
0
Novianti Ratnasari
kaya nya nich si Felix bakal deket2 veli. dn Rizal siap2 cemburu.
2022-10-06
0