VALLERY POINT OF VIEW:
“Teng… teng…teng…” suara spatula penjual nasi goreng yang sedang beradu dengan wajan.
“Nasi goreng enam bungkus, bang,” kataku cepat kemudian masih setia berdiri di depan gerobak nya.
Aku masih setia memperhatikan si abang nasi goreng yang sedang mengaduk aduk nasi nya seraya memberikan beberapa kecrutan kecap, saos dan beberapa penyedap rasa. Si abang terlihat lihai dalam mengobrak abrik telur dan sawi hijau di wajan. Aroma bawang menyeruak menggoda indra penciumanku, menggugah perut yang sedang lapar.
Banyak sekali yang mengantri di depan nya. Nasi goreng yang letak nya tepat berada di depan gerbang rumah sakit memang menjadi langgananku selama ini jika sedang shift malam. Entahlah kenapa ramai sekali malam ini, padahal ini masih jam setengah tujuh malam.
Beberapa kali ku lihat layar ponsel yang tak menunjukkan kabar sang kekasih. Entahlah dia benar benar tunanganku atau tidak, apa sesibuk itu menjadi seorang guru? Lebih sibuk dari dokter? Lagian dia juga tidak sedang mengoperasi pasien kan? Hanya mengetik ‘sedang apa?’ kurasa dia juga bisa melakukan nya.
“Mbak..mbak, nasi goreng nya bisa buat saya dulu nggak? Kasian anak saya uda laper,” kata mas mas yang mengetuk bahuku.
“Eh, Mas. Mas kira daritadi saya ngantri berdiri di sini Cuma liatin tutorial bikin nasi goreng ? Saya juga laper kali mas,” sahutku.
“Biasa aja kali mbak, nggak usah ngegas gitu,”
“Mas nya yang nyari gara gara,” kataku kesal.
“Cantik sih tapi galak banget, emang ada yang mau sama mbak nya,”
“Jangan bawa bawa soal jodoh ya mas,” kataku semakin kesal.
TING…
🐡Kamu sudah makan apa belum?
Rizal🐡
Buru buru ku balas pesan dari Rizal tanpa memperdulikan mas mas yang masih ngomel nggak jelas di sebelahku.
🐡Belum. Kamu?
Vallery🐡
Tidak lama kemudian ada balasan dari nya. Dengan segera ku baca pesan dari nya.
🐡Sudah. Tadi ibu masak di kontrakan bareng delisha dan Sabrina.
Rizal🐡
Delisha lagi? Dengan rasa kecewa, ku masukkan kembali ponselku ke dalam tas jinjingku.
“Nasi goreng nya mbak, total nya tujuh puluh dua ribu,” kata abang nasi goreng menyodorkan kresek hitam padaku yang berisi 6 bungkus nasi goreng.
“Ambil aja kembalian nya, bang,” kataku seraya menyerahkan uang berwarna merah pada nya.
“Ini buat kamu, mas,” kataku memberikan dua bungkus nasi goreng buat mas mas yang berdebat denganku tadi.
“Loh mbak?”
“Anak nya kan lapar banget,” kataku memotong perkataan nya seraya berlalu dari tempat itu.
🦋🦋🦋
Dengan membawa nasi goreng yang tinggal 4 bungkus, aku menuju mobilku dan bingung mau kemana? Buat apa aku beli nasi goreng sebanyak itu dan rela ngantri selama itu? Awalnya pengen makan bareng keluarga rizal, tapi mereka sudah makan. Makan masakan Delisha, sedangkan aku tidak pandai memasak.
Aku melajukan mobilku hingga berhenti di depan sebuah rumah besar. Akhirnya tujuanku malam ini adalah rumah sang mantan tunangan. Beberapa kali aku memencet bell rumah nya, seorang pembantu membukakan pintu untukku.
“Non Vallery?” kata pembantu itu agak ketakutan.
Tanpa dipersilahkan masuk, aku nyelonong gitu aja bagaikan tuan rumah. Aku mendaratkan tubuhku di sofa.
“Jus jeruk satu mbak,” pesanku pada pembantu itu.
“Kamu pikir ini warung?” kata zea yang keluar dari kamar dengan perut yang sudah terlihat membuncit. Aku senang melihat nya yang bisa hamil lagi setelah mengalami keguguran, semoga saja kandungan nya kali ini tidak bermasalah.
“Ini untukmu,” kataku seraya meletakkan empat bungkus nasi goreng di meja.
“Banyak sekali?” kata zea mengernyitkan dahi nya.
“Aku lagi males makan,”
“Trus ngapain beli banyak banget?”
“Kamu bagi bagi deh, ada mama, jonathan, Brianna dan Nathan. Cukup kan satu satu,” celetukku asal.
“Nathan uda jarang pulang kesini,” bisik zea.
“Lagi pula aku juga jarang jarang kesini, ini aja karena aku lagi hamil makanya dititipin kesini kalo jonathan sedang keluar kota,” imbuh nya.
“Ambilkan piring sama sendok, mbak,” pinta zea pada pembantu nya.
“Zea, apa aku sedang terkena karma ya?” gumamku.
“Karma?”
“Karma karena dulu perna ganggu rumah tangga kalian berdua,”
“Apaan sih? Jangan ngaco!” sahut zea seraya memelukku.
“Katanya uda tunangan? Kapan nikah nya?” Tanya zea seraya membuka satu bungkus nasi goreng.
“Aku nggak yakin, hubunganku nggak semulus yang kamu bayangkan,” kataku lirih.
“Kamu pikir hubunganku dulu berjalan mulus?”
“Tapi masalahku lebih parah,”
“Kamu aja yang menilai nya seperti itu,” sahut zea.
“Dia nggak pernah suka sama aku,”
“Cinta bisa tumbuh seiring berjalan nya waktu,” kata zea terus memberi motivasi.
“Aku nggak yakin, apa aku kabur aja ya pas hari H?”
“Kamu jangan gila! Aku dulu hampir aja ngelakuin hal gila sepertimu, tapi kamu tahu sendiri jika akhirnya kami ditakdirkan bersama,”
“Aku bener bener nggak ngerti,” kataku mulai terisak.
“Kamu kenapa sih, Val?” Tanya zea khawatir.
“Aku bingung, keluargaku dan keluarga nya tak sejalan. Mamaku tiap hari ngoce nggak jelas, dia selalu memandang rendah Rizal. Sedangkan keluarga Rizal? Aku juga nggak tau tentang adat mereka sama sekali. Aku nggak tau gimana cara kawin orang islam. Aku nggak tau!” kataku seraya menutup wajahku.
“Val—“
“Aku rasa uda ngambil keputusan yang salah, bagaimana jika keluarga nya nanti bersikap berbeda padaku? Aku nggak tau cara sembahyang orang islam, aku nggak tau!” kataku putus asa.
“Ada aku, kamu pikir aku dan jonathan bisa sejalan dengan bicara sehari aja?”
“Tapi kalian saling cinta, sedangkan kami?”
“Sudah ku bilang semua butuh proses, cinta bisa tumbuh kapan saja,” kata zea meyakinkan.
“Atau aku kembali ngejar suamimu aja ya,” kataku manja.
PLAKKK…
Sebuah pukulan mendarat di pahaku dengan mulus dari tangan zea.
“Sakit,” kataku manja seraya memeluk nya.
“Kamu mau mati ngomong gitu?” kata zea cemberut.
“Aku kan Cuma bercanda,” kataku tersenyum pada nya.
“Ya, aku tau,”
Aku mulai membuka ponsel dan melihat apakah Rizal memberiku pesan lagi saat aku tak membalas pesan nya. Tapi NIHIL! Tak ada satupun pesan dari nya.
“Mereka masak bareng,” kataku lemas.
“Siapa?”
“Tentu saja Rizal dan—“ tiba tiba aku menghentikan perkataanku.
“Dan siapa?”
“Dan ibu nya,” sahutku cepat.
“Apa salah nya masak bareng ibu nya?”
“Kalo ibu nya juga dibantu teman nya gimana?” tanyaku.
“Teman kan? Sekedar teman kan?”
“Teman baik, teman dari kecil,” sahutku.
“Kamu cemburu?”
“Semua wanita juga akan cemburu jika laki laki yang disukai nya dekat dengan perempuan lain, meskipun mereka hanya teman,” kataku cepat.
Jangan lupa like, comment and vote ya 🙏🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Novianti Ratnasari
mendingan cari laki2 yg bener2 cinta sm km nya dn nerima apa adaya.
2022-10-06
0
Novianti Ratnasari
Vel mendingan di batalakan aj nikah nya. percuma klw nikah tapi Rizal masih deket terus am Delisha.
2022-10-06
0
Riska Wulandari
Rizal bener2 g peka.
2022-03-21
0