Bab 13

VALLERY POINT OF VIEW:

🦋🦋🦋

Kami berdua berjalan menuju kamar mandi dengan membawa peralatan mandi yang ku taruh di kresek hitam. Ku tenteng kresek hitam itu menuju belakang rumah. Aku sengaja memeluk lengan Rizal dengan mesra, dia mulai menatapku aneh.

“Kenapa?” kataku lirih tersenyum pada nya dengan bergelayut di lengan nya.

“Banyak orang,” bisik nya yang tak kalah pelan.

“Kenapa kalo banyak orang?” tanyaku lagi yang masih setia menggunakan jaket nya sedari tadi.

“Pengantin baru, nggak mau lepas,” ledek salah seorang ibu ibu yang sedang duduk di lantai bersama Delisha dan yang lain.

Aku hanya tersenyum seraya membungkukkan badanku ketika melewati mereka. Hari ini di rumah Rizal ramai sekali, para tetangga sedang membantu membuat beberapa kue dan makanan untuk acara nanti malam. Acara sederhana untuk pernikahan kami, kata Rizal sih semacam pengajian sebagai rasa syukur. Entahlah aku tidak tahu adat di sini, aku hanya mengikuti alur yang mereka buat.

Sampailah kami di depan sebuah kamar mandi yang berdampingan dengan sumur. Rizal menyuruhku duduk dan dia sibuk menimba air untuk memenuhi ember yang ada di kamar mandi tersebut. Dengan setia aku memperhatikan nya menimba air di depan sumur.

“Apa aku harus membelikanmu pompa air?” tanyaku.

“Kami masih belum membutuhkan nya,” sahut nya.

“Selalu saja kamu menjawab seperti itu,” kataku menghembuskan napas berat.

“Memang kami masih belum membutuhkan nya,”

“Jika aku yang membutuhkan nya bagaimana?”

“Ibuku belum tentu setuju,” jawab nya masih terus menimba.

Setelah beberapa kali menimba, ember besar yang ada di dalam kamar mandipun penuh. Dia mulai berhenti dari kegiatan nya dan ikut duduk di sampingku dengan peluh yang ada di dahi nya.

“Mandilah,” kata Rizal padaku.

“Mandi bersamamu,” kataku tersenyum.

“Jangan bercanda,”

“Siapa yang bercanda, kata nya kita uda sah suami istri?”

“Kamar mandi di sini beda dengan di rumahmu,” sahut Rizal.

“Baiklah, aku mandi dulu,” cebikku.

“Ya, mandilah,”

“Jangan kemana mana, tetap jaga pintu nya,” kataku cepat.

“Iya, aku akan di sini,” sahut nya.

Aku mulai membersihkan badanku dan mengganti pakaianku dengan baju yang ku bawa dari rumah. Setelah ku rasa cukup, aku mulai keluar kamar mandi dan menghampiri Rizal. Dia terkejut melihatku, ada apa dengan nya? Dia mendorongku masuk ke kamar mandi lagi.

“Ada apa? Kamu mau ngajak aku *** *** di kamar mandi kan?” tanyaku tersenyum seraya mengalungkan tanganku di leher nya.

“Jangan berpikir yang aneh aneh,” kata Rizal mengusap wajahku cepat.

“Trus? Ngapain kamu ikutan masuk ke kamar mandi?”

“Ganti bajumu dengan yang lebih sopan, baju apa ini?” protes nya.

“Bukan nya aku sering pake baju seperti ini saat kerja, kamu juga biasa aja,” kataku cepat.

“Itukan di sana, ini di desaku. Pakai baju yang lebih tertutup,” kata Rizal masih dalam posisi memeluk pinggangku.

“Aku merindukanmu,” kataku dengan cepat mencium bibir nya.

Dia terdiam atas perlakuanku yang tiba tiba, tapi tidak lama kemudian dia membalas ciumanku. Jantungku berdegub lebih cepat, rasa nya darah berhenti mengalir di tubuhku, Serindu inikah aku pada nya? Ciumanku semakin menjadi jadi. Ku rasakan bibir atas dan bawah nya, bisa bisa nya kami berciuman di kamar mandi dengan pintu rusak seperti ini. Karena merasa mendapatkan lampu hijau, aku mulai memegang tengkuk nya supaya ciuman kami lebih dalam. Tangan nya mulai mempererat pelukan nya di pinggangku. Apa kita akan *** *** di sini? Aku mulai menahan senyum dengan pikiran pikiran mesumku yang liar.

“Astaghfirullah,” suara seseorang mengagetkan kami berdua. Dengan cepat kami mengakhiri ciuman kami.

“Maaf, aku pikir nggak ada orang di dalam. Karena tadi pintu nya juga terbuka dikit trus nggak ada suara,” kata Delisha tidak enak hati.

“Nggak papa,” kataku tersenyum menahan kecewa.

“Aku pakai kamar mandi Pak Pur aja ya,” kata Delisha buru buru keluar.

Aku melihat wajah Rizal yang sudah pucat dan canggung seraya menggaruk tengkuk nya. Kenapa dia harus ke sini sih? Membuat kegiatan kami gagal total!

“Siapa Pak Pur?” tanyaku.

“Tetangga sebelah,” jawab Rizal.

“Oh—“

“Tunggu di sini, aku akan mengambilkan baju untukmu di koper,” kata Rizal mulai keluar dari kamar mandi.

Setelah beberapa menit berlalu, dia kembali seraya menyerahkan pakaian padaku.

“Apa ini?” tanyaku seraya memperhatikan pakaian yang dia berikan padaku.

“Uda, pakai aja,” kata nya.

“Ini bukan bajuku,” cebikku malas.

“Bajumu di koper modelnya terbuka semua, pakaianmu minim bahan semua. Jadi aku pinjem daster ibuk,” sahut nya.

“Kamu pikir aku emak emak berdaster? Sejak kapan aku mau pake daster?”

“Sejak hari ini,” kata Rizal menuntut.

“Zal,” rengekku seraya menggenggam daster motif batik berwarna hijau cerah.

“Kenapa?” Tanya nya.

“Kamu masih bisa Tanya kenapa? Aku terlihat aneh memakai nya,” rengekku.

“Ibukku aja nggak terlihat aneh,”

“Itu ibumu, bukan aku,” kataku kesal.

“Pakailah, kamu masih terlihat cantik memakai nya,” kata Rizal mengusap rambutku lembut.

“Jadi semua bajuku tidak akan terpakai selama satu minggu ini?” tanyaku.

“Begitulah,” jawab nya cepat.

Dengan berat hati aku memakai daster bercorak batik hijau cerah saat ini. Rizal memandangku dengan senyuman yang mengembang di bibir nya.

“Apa? kamu ingin menertawakanku kan?” cebikku.

“Siapa yang mau menertawakanmu,” kata Rizal santai.

“Peluk aku,”

Rizal meraih pinggangku dan memelukku yang membuatku tersenyum bahagia.

“Hanya memeluk seperti ini bisa membuatmu tersenyum,” kata Rizal mulai melepaskan pelukan nya.

“Hem,” kataku singkat.

“Persiapkan energimu untuk nanti malam,” kata Rizal mengacak rambutku.

“Untuk apa? untuk *** ***?” tanyaku tersenyum bahagia.

“Acara syukuran pernikahan kita yang digelar nanti malam, mengundang tetangga sekitar. Apa sih yang ada di otakmu? *** *** mulu!” kata Rizal terkekeh.

“Kirain—“

“Nduk, nanti coba gamis yang sudah ibu belikan,” suara ibu mengagetkan kami berdua.

“Iya, buk,” jawabku tersenyum malu karena memakai daster milik nya.

“Maaf, ibu belum sempat belikan baju buat kamu. Daster ibu kebesaran ya?” kata ibu mertua.

“Nggak papa bu, kata Rizal saya terlihat cantik pakai ini,” kataku seraya mengedipkan mataku pada Rizal.

“Kamu pakai apapun sudah cantik,” sahut ibu.

“Valle bisa bantu apa untuk acara nanti malam bu?” tanyaku mulai memeluk lengan ibu mertua.

Aku ingin mengakrabkan diriku pada nya. Aku cukup cemburu melihat kedekatan nya dengan Delisha, sedangkan aku hanya bisa terdiam jika sudah ada Delisha.

“Pengantin tidak perlu ikutan sibuk di dapur, nanti ditempeli nini towok,” sahut ibu.

“Apa itu nini towok? Apa sejenis setan?” tanyaku penasaran yang membuat Rizal menahan senyum.

“Yang jelas, nanti nggak mangglingi kalo diparasi tukang rias,” kata ibu mertua dengan logat jawa nya yang khas.

“Valle akan di rias? Valley sudah cantik tanpa riasan buk, pakai daster begini saja sudah cantik. Makanya anak ibu jatuh cinta sama Valle, ” tanyaku tersenyum menggoda ibu mertua.

Entahlah caraku mengmengajaknya bercanda ini garing atau tidak? Setidaknya aku sudah berusaha mendekati ibu mertua.

“Istirahatlah saja, jangan membantu yang berat berat,” kata ibu mertua mengusap lenganku.

Jangan lupa like, comment and vote ya guys 🙏😁

Maafkan cerita receh ini 🙏😁

sudah up dari tgl 25 januari 2021 jam 8 tp blm lulus review 🙏

Terpopuler

Comments

Shellia

Shellia

sengaja mungkin Delisha

2021-03-27

1

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Like! Di tunggu feedback nya!

2021-03-09

0

Puan Harahap

Puan Harahap

sweet dah kk

hadir loh kk pria Idola

Salam dan mampir kak ke
🌹🌹PRIA IDOLA🌹🌹
⚘⚘MENIKAHI PRIA URAKAN⚘⚘
yuk saling suppour

2021-03-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!