Eps 17 Cincin itu melonggar

“Aku takut bu, kata temen - temen bangku itu terkutuk bu. Buktinya, saya tadi itu gak ngapa – ngapain eh tiba – tiba saya di dorong sama Della.” Ucap Hani.

Hani sengaja tidak memberitau tentang apa yang dia lihat. Dia yakin, pasti guru itu tidak percaya omongan Hani. Selain itu, dia tidak mau ada orang lain tau kondisinya sekarang. Dia takut di kira gila.

Sedangkan psikolog itu hanya menggeleng dan menahan senyum mendengar jawaban Hani. Kemudian, wanita itu mengelus rambut Hani dengan lembut.

“Oh gitu ya. Hmmm... Jadi tempat duduk di kutuk. Siapa yang mengutuk?” Tanya wanita itu.

“Arwah Nana bu.” Jawab Hani berbisik.

Lagi – lagi wanita itu menahan senyum karena tingkah Hani.

“Kamu tau gak, kenapa kok mereka bilang bangku itu dikutuk?” Tanya wanita itu.

“Karena, Nana di bunuh bu jadi dia gak teri...” Ucap Hani terputus.

“Duh! Kok aku bilang kalau Nana di bunuh sih? Keceplosan nih.” Pikir Hani.

“Di bunuh?” Tanya wanita itu penasaran.

“Ah.... gak bu, gak kok. Itu sih cuman gosip aja bu hehehe.” Hani tetawa canggung.

Wanita itu diam sesaat dan terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“Jadi... menurut teman – teman mu, bangku itu di kutuk karena arwah Nana gentayangan. Dia tidak terima kalau dia itu di bunuh, terus dia mengutuk tempat duduk itu, agar ada mau mencari siapa pembunuhnya, gitu?” Ucap Wanita itu berbisik.

Hani tersentak kaget mendengar itu, dia berhenti bernapas selama beberapa detik, dan matanya mulai bergerak ke sembarang arah.

“Apa ibu ini indigo ya? Apa ibu ini sudah tau? Apa ibu ini bisa melihat Nana di sini? Terus Nana bilang semua ke ibu ini? Atau ibu ini bisa baca pikiranku?” Banyak pertanyaan muncul di otak Hani.

“Tapi apa benar arwah Nana menghantuiku karena aku duduk di bangku itu? Tau gitu aku waktu pertama masuk duduk di belakang sama Jaelani.” Pikirnya lagi.

Tiba – tiba wanita itu tertawa lirih. Lamunan Hani langsung buyar.

“Hahahaha anak – anak sekarang itu terlalu sering nonton film horor kayaknya. Ck ck ck, memang sih lagi hits hitsnya film horor. Makanya mereka bilang gitu.” Ucap wanita itu.

“Hahaha... Iya kali bu.” Lagi – lagi Hani tersenyum canggung.

“Duh, kirain... ternyata.” Pikir Hani.

Tok tok tok.

“Silahkan masuk.”

“Permisi bu, orang tua Della sudah datang.” Ucap pak Tony.

“Oh iya. Hani, sekarang kamu kembali ke kelas dulu ya. Udah, gak usah takut ya. Seperti yang kamu bilang. Itu hanya gosip. Kalau ada apa – apa kamu bisa bilang ke ibu.” Ucap wanita itu ramah.

Hani hanya mengangguk dan berpamitan pergi. Saat Hani pergi dia berpapasan dengan kedua orang tua Della.

“Hani, mau kemana?” Tanya pak Tony.

“Mau ke kelas pak.”

“Bapak antar ya.”

“Pak Tony!!!”

Tiba – tiba ada yang memanggil pak Tony dari arah UKS. Dari kejauhan guru wanita itu berlari menghampiri pak Tony. Setelah mendekat, ternyata itu ibu Tina. Ibu Tina langsung , menarik pak Tony sedikit menjauh dari Hani. Kemudian, dia berbicara berbisik hingga Hani tidak bisa mendegar. Teteapi Hani bisa melihat ekspresi mereka, terlihat panik.

“Kamu ke kelas sendiri ya Han. Bapak sama bu Tina ke UKS dulu.” Ucap pak Tony.

Kemudian, pak Tony dan bu Tina pergi berlalu. Mereka berjalan cepat menuju UKS.

“Ada apa ya?” Gumam Hani.

“Menurut prediksi saya Della mengalami gejala Skizofernia.....” Ucap psikolog dari ruang khusus di dalam ruang BK.

“Skizofernia? apa itu?” Ucap Hani.

Hani yang penasaran pun menguping. Dia mundur sedikit lalu, berjongkok dan melepas tali sepatunya, dan mendekatkan telinganya ke pintu yang sediki terbuka itu. Psikolog itu menjelaskan apa itu Skizofernia.

“Kemungkinan, dia tertekan karena kehilangan sahabatnya. Della butuh terapi khusus di psikolog.....”

“Hey! Kamu ngapain di situ?” Bentak seorang guru.

Hani langsung mendongak, dan menali sepatunya.

“Ini pak tali sepatu saya lepas. Tapi, saya gatau pak cara menali sepatu.” Ucap Hani.

“Haduh! Sudah SMA masih gak bisa sini saya ajari.” Ucap guru itu.

Hani pun menurut dan menghampiri guru itu. Kemudian, guru itu juga berjongkok melepas tali sepatunya. Memberi contoh kepada Hani bagai mana cara menali sepatunya. Hani pun berpura – pura belajar menali sepatu, meski sebenarnya dia sudah bisa.

Beberapa saat kemudian.

“Wah bisa pak. Terima kasih.” Ucap Hani sambil berlalu pergi.

Di dalam perjalannya menuju kelas Hani berpikir.

“Della itu sahabatnya Nana? Dia tertekan? Dugaannya dia tidak hanya stress tapi dia kena Ski... apa ya tadi? Hmmm... Apa jangan – jangan dia pembunuhnya?” Pikir Hani.

“Haahhh?” Hani terkejut.

Lagi – lagi dia merasa cincinnya mulai melonggar. Dia langsung memeriksanya dengan memutar putar cincinnya.

“Hmmm... Harus nih aku slidiki nih, si Della.” Gumamnya sambil mengangguk – angguk.

“Hani!!!” Teriak Galih.

Hani menoleh, dan Galih berlari kecil menghampirinya.

“Mau ke kelas?” Ucap Galih.

“Iya.”

“Bareng yuk!”

“Hmmm... pacarmu mana Gal?” Tanya Hani terang – terangan.

“Stttt. Heh! Wah ni anak ya, mulutnya gak ada filternya kali ya. Ini tuh di sekolah.”

“Ups! Sorry.” Ucap Hani sambil menutup mulutnya.

“Dia masih di UKS sama Della.”

“Kenapa?”

“Della gak mau di tinggal sama Viola.”

“Oh... kenapa ya?” Pikir Hani.

Hani dan Galih berjalan berdampingan menuju kelas. Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara mereka. Suasana pun hening. Hani masih tenggelam dalam pikirannya. Banyak dugaan muncul di otaknya.

...***...

Beberapa menit yang lalu di UKS.

Della memengang erat lengan Viola.

“Dell, kamu aman kok di sini. Udah ya, tenang.” Ucap Viola.

“Kuteks.” Ucap Della.

“Kuteks? Kamu mau pakai kuteks?” Tanya Viola bingung.

“Kuteksnya Vio.”

Viola terdiam, dia masih mencerna apa yang sedang di bicarakan oleh Della.

Tok tok tok.

Ibu Tina masuk ke UKS sambil membawa tas Della. Ibu Tina akan menaruhnya di samping kursi Della. Namun tiba – tiba Della merampas tanya dari tanggan ibu Tina dan memeluknya erat – erat.

Ibu Tina kebingungan dengan tingkah Della. Dia melirik ke arah Viola dan mengangkat kepalanya ke atas sedikit. Viola hanya menggeleng. Kemudian, ibu Tina meninggalkan ruangan itu namun sebelum keluar dari sana dia sempat berhenti sejenak karena ucapan Della.

“Vio, aku takut banyak orang jahat di sekolah.” Ucap Della lirih.

Tetapi ibu Tina bisa mendengarnya dengan jelas, karena ruangan itu sepi jadi suara Della menggema.

“Orang jahat? Kenapa dia bilang begitu?” Gumam bu Tina.

Kemudian, bu Tina melanjutkan langkahnya dan membuka serta menutup pintu UKS dengan pelan – pelan.

Di depan ruang UKS masih ada Galih yang berjaga.

“Kamu di sini dulu ya Gal. Ibu panggil pak Tony dulu. Nanti setelah pak Tony di sini, kamu kembali ke kelas.” Ucap bu Tina.

“Baik bu.”

Bu Tina pergi beralalu.

Galih yang penasaran, dia akhirnya membuka pintu UKS perlahan. Mengintip apa yang sedang terjadi di sana. Tidak sengaja dia mendengar.

“Aku harus menjaga kuteks ini.” Ucap Della.

“Kenapa?”

“Ini barang yang penting! Dan jangan ada yang membuka kain pembukus kuteks ini. Kamu jangan bilang siapa – siapa ya. Sebenarnya....”

~ Terima kasih, sudah mampir baca~

Episodes
1 Prolog
2 Eps 1 Awal Yang Buruk
3 Eps 2 Teror Nana
4 Eps 3 Interograsi
5 Eps 4 Orang Misterius
6 Eps 5 Perkenalan
7 Eps 6 Della
8 Eps 7 Jaelani.
9 Eps 8 Kabut di siang Hari
10 Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11 Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12 Eps 11 Mati atau bantu aku
13 Eps 12 Di rumah sakit
14 Eps 13 Pembunuh
15 Eps 14 Asalkan bukan mereka
16 Eps 15 Cincin pengikat
17 Eps 16 Bisikan misterius
18 Eps 17 Cincin itu melonggar
19 Eps 18 Della dan Viola
20 Eps 19 Teka teki rumit
21 Eps 20 Pak Wanto
22 Eps 21 Penjaga Hani
23 Eps 22 Masalah demi masalah
24 Eps 23 Siswi yang di kutuk
25 Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26 Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27 Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28 Eps 27 Jaelani kena sial
29 Eps 28 Tidak ada waktu luang
30 Eps 29 Di bengkel motor
31 Eps 30 Lanzo
32 Eps 31 Flashback
33 Eps 32 Flashback (2)
34 Eps 33 Calon pacar
35 Eps 34 Tetes demi tetes
36 Eps 35 Kuteks itu
37 Eps 36 Mengunjungi della
38 Eps 37 Kesurupan
39 Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40 Eps 39 Mimpi della
41 Eps 40 Ternyata itu ada
42 Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43 Eps 42 Jaelani mulai ragu
44 Eps 43 Sebenci itukah?
45 Eps 44 Aku mohon
46 Eps 45 Saling menduga
47 Eps 46 Semacam Ilusi
48 Eps 47 Keluarga siapa?
49 Eps 48 Main petak umpet
50 Eps 49 Diary Hani
51 Maaf
52 Eps 50 Sosok hitam
53 Eps 51 Handoko
54 Eps 52 Kejutan untuk mama
55 Eps 53 Mimpi atau nyata?
56 Eps 54 Obat nyamuk
57 Eps 55 Cinta
58 Eps 56 Terjadi lagi
59 Eps 57 Bisikan misterius
60 Eps 58 Sisi lain
61 Eps 59 Anak pak Wanto
62 Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63 Eps 61 Pengakuan Hani
64 Eps 62 Secepat mungkin
65 Eps 63 JANGAN
66 Eps 64 Belum berakhir
67 Eps 65 Masa berkabung
68 Eps 66 Lebih dekat
69 Eps 67 Percakapan rahasia
70 Eps 68 Hani dalam bahaya
71 Eps 69 Pengakuan pelaku
72 Eps 70 TIDAK
73 EPILOG
74 Tanya dong.
75 Terima kasih
76 Pengumuman
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Eps 1 Awal Yang Buruk
3
Eps 2 Teror Nana
4
Eps 3 Interograsi
5
Eps 4 Orang Misterius
6
Eps 5 Perkenalan
7
Eps 6 Della
8
Eps 7 Jaelani.
9
Eps 8 Kabut di siang Hari
10
Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11
Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12
Eps 11 Mati atau bantu aku
13
Eps 12 Di rumah sakit
14
Eps 13 Pembunuh
15
Eps 14 Asalkan bukan mereka
16
Eps 15 Cincin pengikat
17
Eps 16 Bisikan misterius
18
Eps 17 Cincin itu melonggar
19
Eps 18 Della dan Viola
20
Eps 19 Teka teki rumit
21
Eps 20 Pak Wanto
22
Eps 21 Penjaga Hani
23
Eps 22 Masalah demi masalah
24
Eps 23 Siswi yang di kutuk
25
Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26
Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27
Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28
Eps 27 Jaelani kena sial
29
Eps 28 Tidak ada waktu luang
30
Eps 29 Di bengkel motor
31
Eps 30 Lanzo
32
Eps 31 Flashback
33
Eps 32 Flashback (2)
34
Eps 33 Calon pacar
35
Eps 34 Tetes demi tetes
36
Eps 35 Kuteks itu
37
Eps 36 Mengunjungi della
38
Eps 37 Kesurupan
39
Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40
Eps 39 Mimpi della
41
Eps 40 Ternyata itu ada
42
Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43
Eps 42 Jaelani mulai ragu
44
Eps 43 Sebenci itukah?
45
Eps 44 Aku mohon
46
Eps 45 Saling menduga
47
Eps 46 Semacam Ilusi
48
Eps 47 Keluarga siapa?
49
Eps 48 Main petak umpet
50
Eps 49 Diary Hani
51
Maaf
52
Eps 50 Sosok hitam
53
Eps 51 Handoko
54
Eps 52 Kejutan untuk mama
55
Eps 53 Mimpi atau nyata?
56
Eps 54 Obat nyamuk
57
Eps 55 Cinta
58
Eps 56 Terjadi lagi
59
Eps 57 Bisikan misterius
60
Eps 58 Sisi lain
61
Eps 59 Anak pak Wanto
62
Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63
Eps 61 Pengakuan Hani
64
Eps 62 Secepat mungkin
65
Eps 63 JANGAN
66
Eps 64 Belum berakhir
67
Eps 65 Masa berkabung
68
Eps 66 Lebih dekat
69
Eps 67 Percakapan rahasia
70
Eps 68 Hani dalam bahaya
71
Eps 69 Pengakuan pelaku
72
Eps 70 TIDAK
73
EPILOG
74
Tanya dong.
75
Terima kasih
76
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!