Eps 3 Interograsi

Setelah Della meningglakan Viola. Polisi memanggilnya.

“Dengan adek Viola?” Panggil seorang polisi.

“Iya, saya pak.” Jawab Viola sigap.

“Silahkan masuk dek.” Perintah polisi.

Viola masuk ke ruang guru di ikuti polisi di belakangnya.

Suasana di sana cukup menegangkan bagi Viola sorang siswi SMA. Ini pertama kalinya dia berada di ruangan dengan pak polisi hanya bertiga. Meskipun dapat di lihat dari luar jendela. Ini tetap menegangkan baginya. Dia gugup meskipun dia tidak melakukan kesalahan.

Viola duduk berhadapan dengan pak polisi yang menginterogasinya.

“Baik, saya mulai. Adek disini sebagai saksi. Harap jawab pertanyaan sejujur – jujurnya.”Ucap polisi.

“Berdasarkan keterangan adek Della. Kamu dan Della terakir kali bertemu dengan korban kemarin sore setelah kegiatan ektrakulikuler.”

“Iya pak.” Jawab Viola sedikit kaku.

“Bisa di jelaskan, kenapa kok korban tetap tinggal di kelas?” Tanya pak polisi lagi.

“Oh, kemarin itu pak. Saya sama Della sudah mengajak dia untuk pulang. Tapi katanya dia masih ada urusan di kelas. Katanya mau diskusi sebentar buat persiapan lomba TIK antar sekolah pak.” Viola mulai lebih tenang.

“Diskusi dengan siapa?”

“Pak Tony. Guru TIK kami pak. Beliau memang sudah biasa pak ngajar pulang sore untuk ngajar Nana.”

“Kenapa gak di ruanng komputer?”

“Biasanya juga di kelas aja pak. Soalnya Nana pakai laptopnya sendiri.”

“Baiklah, adek Viola boleh keluar. Terima kasih atas kerjasamanya. Untuk selanjutnya, jika ada panggilan sebagai saksi tolong kooperatif ya dek.” Tutup introgasi pak polisi.

Viola tidak mengucapkan apapun. Dia langsung buru – buru keluar begitu saja. Dia sudah tidak betah berada di dalam berlama – lama.

Setelah dia di luar, Viola kembali mencari Della. Matanya mengedarkan pandang ke seluruh penjuru arah.

Tidak lama kemudian, dia teringat dimana biasanya Della menenangkan diri jika ada masalah di sekolah. Dia berlari menuju kursi panjang yang berada di belakang kelasnya. Biasanya Della berada di sana menenagkan diri, dia biasanya duduk menghadap jalan raya sambil melihat toko bunga di seberang. Dia sangat menyukai bunga.

Sampai di sana benar ada Della di sana, Viola langsung menghampiri.

“Dell.” Teriak Viola sambil berlari.

Della menengok dengan tatapan datarnya. Viola berhenti sejenak melihat Della dengan tatapan menyeramkan itu. Tapi Viola masih penasaran dengan sikap Della. Dia kembali melanjutkan langkahnya, perlahan hingga sampai di samping Della.

Della mendongak, melihat Viola yang berdiri di sampingnya.

“Dell, kenapa?” Tanya Viola.

Setelah pertanyaan dilontarkan, mata Della berkaca – kaca. Tatapannya langsung berubah. Yang tadinya dingin sekarang menjadi, sendu. Air matanya pun mulai mengalir ke pipinya.

Melihat itu, Viola tidak tega, sehingga dia memeluk erat Della. Della menangis tersedu – sedu di pelukannya. Dia mencoba menenangkan sahabatnya itu dengan menepuk- nepuk punggungnya perlahan. Tapi, Viola tidak bisa tegar. Dia pun ikut menangis. Mereka berdua menangis bersamaan.

Beberapa menit berlalu. Akhirnya mereka berdua diam dengan sendirinya.

“Sini Vi, duduk.” Ucap Della sambil mengusap air matanya.

Viola pun langsung duduk di samping Della, sambil mengusap air matanya juga.

“Vi, aku sedih kehilangan Nana. Aku merasa bukan sahabat yang baik. Aku tidak berani datang waktu dia membutuhkan ku.” Ucapa Della bergetar, karena masih mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Viola tidak mengerti apa maksud Della. Dia yang tadinya masih sesengukkan, berubah menjadi tenang dan sedikit bingung setelah mendengar Della berbicara.

“Aku sahabat yang tidak berguna.” Lanjutnya.

Viola semakin curiga dengan tingkah Della. Tetapi dia mencoba untuk tenang, dia tidak ingin terjadi apa – apa dengannya jika dugaannya benar.

Saat ini antara curiga dan takut campur menjadi satu. Karena di sana hanya ada Viola dan Della berdua saja. Tapi untung lah mereka duduk di tempat yang terbuka, orang dari luar sekolah bisa melihatnya karena pagar besi yang renggang.

Tiba – tiba ada seseorang memanggil nama mereka.

“Viola, Della!! Kalian dimana?”

Mendegar itu Viola dan Della, langsung mengusap kedua matanya. Mengatur napas masing – masing dan bersiap untuk menuju sumber suara. Mereka sama – sama tidak mau orang lain tau kesedihan yang mereka alami. Terutama Della. Bahkan dia berusaha untuk bersenyum, dan melafakan hufur vocal agar wajahnya bisa lebih lemas.

“Ayo, Vio. Kita udah di cariin sama guru.” Ajak Della.

Viola semakin yakin tentang apa dugaanya.

...****...

Di rumah Hani.

Hani sudah selesai mandi, dia memakai baju babydoll lengan panjang berwarna hijau muda. Saat ini dia duduk di depan cermin sambil menata rambutnya dan menyanyikan lagu K-Pop kesukaannya.

Baru saja dia merasakan ketenangan sekaligus perbaikan mood setelah jantungnya maraton tadi, tiba – tiba lagunya mati.

“Hlah? Mati lagunya? Masa baterai speakernya habis sih? Perasaan kemarin malam udah aku cas deh.”

Hani beranjak dari tempat duduknya untuk mengecek speaker yang mati itu. Dia menekan tombol dan melihat indikator lampunya. Terlihat lampu menunjukkan bahwa baterainya masih penuh.

“Ah, masak Hpku yang habis baterainya?” Gumammnya.

Dia mulai mengecek ponselnya. Ternyata, baterai masih tujuh puluh persen. Hanya saja MP3 playernya meunjukkan bahwa lagu berhenti.

“Hmm?” Hani kebingungan.

Zttt... Zttt... Zttt....

Terdengar suara speaker yang sedang mencari gelombang sinyal bloethooth

“Ck, kenapa sih? Masak udah rusak.”

Hani memegang speakernya dan mengetuk – ketuk kecil benda kotak itu.

Ngiiingg!!!!

Suara yang memekik keluar begitu saja dari speaker. Reflek Hani menjatuhkan benda itu. Dia bergegas menutup telinganya erat – erat dengan kedua tanggannya, sambil menutup matanya.

Tak lama kemudian suara itu hilang berubah menjadi keheningan. Perlahan dia membuka matanya. Bola matanya memutar ke atas, bawah, kanan dan kiri. Dia mengecek, memastika dia sedang tidak dalam keadaan terancam.

Perlahan Hani melepaskan kedua tanggannya yang tadi menutup telinganya. Kemudian dia mendengar bisikan yang samar.

“Tolong... Tolong aku!?”

Hani langsung menoleh, ke kanan dan kekiri mencari sumber suara itu. Namun dia tidak menemukan siapa – siapa. Jelas saat ini dia sendirian di kamarnya.

Hani mulai ketakutan, lagi – lagi dia merasakan angin dingin berhembus, kali ini angin itu hanya terasa di bagian telinganya. Reflek dia memegag telinganya. Betapa terkejutnya Hani, ketika saat hendak memengang telinganya dia malah merasakan menyentu sesuatu yang dingin. Hani yang penasaran, memberanikan diri untuk melirik ke tangan kanannya.

“Aaaaa.” Teriak Hanik.

Ketika dia mlirik tangan kanannya, tiba – tiba dia mencium aroma kuteks yang menyengat. Dia langsung teringat kejadian tadi sebelum dia pingsan.

Hani langusng mengipatkan tangannya dan berlari menuju pintu. Dia mencoba membuka pintunya dengan menaik, turun gagang pintunya tapi pintunya tidak terbuka. Dia mengecek kunci pintunya, namun ternyata pintunya tidak terkunci.

Dia mencoba menarik gagan pintunya kuat – kuat sambil berteriak meminta pertolongan.

“Budhe, tolong!! Pak Herdi, tolong!!! Mamah, papa.” Teriaknya ketakutan.

Dia memanggil semua orang yang ada di pikirannya, sambil berusaha keras membuka pintu kamarnya. Tidak sengaja, dia merasa menendang sesuatu. Hani langsung melirik ke bawah. Ternyata di bawahnya ada kuteks yang tadi dia lihat di meja rias.

Jantung Hani semakin berdebar, keringat dingin mulai bercucuran. Tiba – tiba pintu terbuka dengan keras. Sehingga Hani yang di belakangnya langsung terjatuh karena benturan dengan pintu yang di buka dengan keras itu. Perlahan pandangannya mulai memudar dan gelap.

...***...

Hani membuka mataya, dia pun terkejut karena dia sekarang berdiri di depan sekolahnya. Tiba – tiba lampu depan sekolahnya padam, anehnya dia masih bisa melihat dengan jelas dengan mata telanjang.

Dia melihat sesorang berpakaian serba hitam melopat pagar sekolah, dan menikam pak satpam yang sedang bertugas dari belakang dan menyeretnya ke pos penjagaan. Bahkan orang itu dengan tenang dan lincah melewati banyak polisi yang sedang berjaga disana. Bahkan orang itu juga lincah menghindari cahaya senter yang di tujukan kepada orang misterius.

“Siapa dia?” Gumamnya.

“Apa ini? Aku bermimpi?” Tanyanya pada dirinya sendiri.

Tiba – tiba orang misterius tadi keluar dari pos penjagaan, orang itu melihat ke arah Hani. Hani terkejut, dia panik dan langsung bersembunyi di balik semak di depan sekolanya.

Orang itu perlahan berjalan menuju Hani, semakin lama – semakin langkah kakinya semakin terdengar. Hani mulai ketakutan. Dan orang misterius itu menemukan Hani, Hani langsung melotot karena terkejut. Ternyata orang itu....

~ Terima kasih, sudah mampir baca~

Terpopuler

Comments

ooooo.....
penasaraaan.....

2021-12-22

1

Jhulie

Jhulie

mampir juga yuk di karyaku : "anak yang terbuang" baru awal nulis hehe, mohon dukungannya ya"

2021-04-22

1

Om Rudi

Om Rudi

Yuk bantu dukung novel Om:


Pendekar Sanggana


Masnaini Muslimah Rekayasa

2020-11-29

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Eps 1 Awal Yang Buruk
3 Eps 2 Teror Nana
4 Eps 3 Interograsi
5 Eps 4 Orang Misterius
6 Eps 5 Perkenalan
7 Eps 6 Della
8 Eps 7 Jaelani.
9 Eps 8 Kabut di siang Hari
10 Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11 Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12 Eps 11 Mati atau bantu aku
13 Eps 12 Di rumah sakit
14 Eps 13 Pembunuh
15 Eps 14 Asalkan bukan mereka
16 Eps 15 Cincin pengikat
17 Eps 16 Bisikan misterius
18 Eps 17 Cincin itu melonggar
19 Eps 18 Della dan Viola
20 Eps 19 Teka teki rumit
21 Eps 20 Pak Wanto
22 Eps 21 Penjaga Hani
23 Eps 22 Masalah demi masalah
24 Eps 23 Siswi yang di kutuk
25 Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26 Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27 Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28 Eps 27 Jaelani kena sial
29 Eps 28 Tidak ada waktu luang
30 Eps 29 Di bengkel motor
31 Eps 30 Lanzo
32 Eps 31 Flashback
33 Eps 32 Flashback (2)
34 Eps 33 Calon pacar
35 Eps 34 Tetes demi tetes
36 Eps 35 Kuteks itu
37 Eps 36 Mengunjungi della
38 Eps 37 Kesurupan
39 Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40 Eps 39 Mimpi della
41 Eps 40 Ternyata itu ada
42 Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43 Eps 42 Jaelani mulai ragu
44 Eps 43 Sebenci itukah?
45 Eps 44 Aku mohon
46 Eps 45 Saling menduga
47 Eps 46 Semacam Ilusi
48 Eps 47 Keluarga siapa?
49 Eps 48 Main petak umpet
50 Eps 49 Diary Hani
51 Maaf
52 Eps 50 Sosok hitam
53 Eps 51 Handoko
54 Eps 52 Kejutan untuk mama
55 Eps 53 Mimpi atau nyata?
56 Eps 54 Obat nyamuk
57 Eps 55 Cinta
58 Eps 56 Terjadi lagi
59 Eps 57 Bisikan misterius
60 Eps 58 Sisi lain
61 Eps 59 Anak pak Wanto
62 Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63 Eps 61 Pengakuan Hani
64 Eps 62 Secepat mungkin
65 Eps 63 JANGAN
66 Eps 64 Belum berakhir
67 Eps 65 Masa berkabung
68 Eps 66 Lebih dekat
69 Eps 67 Percakapan rahasia
70 Eps 68 Hani dalam bahaya
71 Eps 69 Pengakuan pelaku
72 Eps 70 TIDAK
73 EPILOG
74 Tanya dong.
75 Terima kasih
76 Pengumuman
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Eps 1 Awal Yang Buruk
3
Eps 2 Teror Nana
4
Eps 3 Interograsi
5
Eps 4 Orang Misterius
6
Eps 5 Perkenalan
7
Eps 6 Della
8
Eps 7 Jaelani.
9
Eps 8 Kabut di siang Hari
10
Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11
Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12
Eps 11 Mati atau bantu aku
13
Eps 12 Di rumah sakit
14
Eps 13 Pembunuh
15
Eps 14 Asalkan bukan mereka
16
Eps 15 Cincin pengikat
17
Eps 16 Bisikan misterius
18
Eps 17 Cincin itu melonggar
19
Eps 18 Della dan Viola
20
Eps 19 Teka teki rumit
21
Eps 20 Pak Wanto
22
Eps 21 Penjaga Hani
23
Eps 22 Masalah demi masalah
24
Eps 23 Siswi yang di kutuk
25
Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26
Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27
Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28
Eps 27 Jaelani kena sial
29
Eps 28 Tidak ada waktu luang
30
Eps 29 Di bengkel motor
31
Eps 30 Lanzo
32
Eps 31 Flashback
33
Eps 32 Flashback (2)
34
Eps 33 Calon pacar
35
Eps 34 Tetes demi tetes
36
Eps 35 Kuteks itu
37
Eps 36 Mengunjungi della
38
Eps 37 Kesurupan
39
Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40
Eps 39 Mimpi della
41
Eps 40 Ternyata itu ada
42
Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43
Eps 42 Jaelani mulai ragu
44
Eps 43 Sebenci itukah?
45
Eps 44 Aku mohon
46
Eps 45 Saling menduga
47
Eps 46 Semacam Ilusi
48
Eps 47 Keluarga siapa?
49
Eps 48 Main petak umpet
50
Eps 49 Diary Hani
51
Maaf
52
Eps 50 Sosok hitam
53
Eps 51 Handoko
54
Eps 52 Kejutan untuk mama
55
Eps 53 Mimpi atau nyata?
56
Eps 54 Obat nyamuk
57
Eps 55 Cinta
58
Eps 56 Terjadi lagi
59
Eps 57 Bisikan misterius
60
Eps 58 Sisi lain
61
Eps 59 Anak pak Wanto
62
Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63
Eps 61 Pengakuan Hani
64
Eps 62 Secepat mungkin
65
Eps 63 JANGAN
66
Eps 64 Belum berakhir
67
Eps 65 Masa berkabung
68
Eps 66 Lebih dekat
69
Eps 67 Percakapan rahasia
70
Eps 68 Hani dalam bahaya
71
Eps 69 Pengakuan pelaku
72
Eps 70 TIDAK
73
EPILOG
74
Tanya dong.
75
Terima kasih
76
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!