Setelah Della meningglakan Viola. Polisi memanggilnya.
“Dengan adek Viola?” Panggil seorang polisi.
“Iya, saya pak.” Jawab Viola sigap.
“Silahkan masuk dek.” Perintah polisi.
Viola masuk ke ruang guru di ikuti polisi di belakangnya.
Suasana di sana cukup menegangkan bagi Viola sorang siswi SMA. Ini pertama kalinya dia berada di ruangan dengan pak polisi hanya bertiga. Meskipun dapat di lihat dari luar jendela. Ini tetap menegangkan baginya. Dia gugup meskipun dia tidak melakukan kesalahan.
Viola duduk berhadapan dengan pak polisi yang menginterogasinya.
“Baik, saya mulai. Adek disini sebagai saksi. Harap jawab pertanyaan sejujur – jujurnya.”Ucap polisi.
“Berdasarkan keterangan adek Della. Kamu dan Della terakir kali bertemu dengan korban kemarin sore setelah kegiatan ektrakulikuler.”
“Iya pak.” Jawab Viola sedikit kaku.
“Bisa di jelaskan, kenapa kok korban tetap tinggal di kelas?” Tanya pak polisi lagi.
“Oh, kemarin itu pak. Saya sama Della sudah mengajak dia untuk pulang. Tapi katanya dia masih ada urusan di kelas. Katanya mau diskusi sebentar buat persiapan lomba TIK antar sekolah pak.” Viola mulai lebih tenang.
“Diskusi dengan siapa?”
“Pak Tony. Guru TIK kami pak. Beliau memang sudah biasa pak ngajar pulang sore untuk ngajar Nana.”
“Kenapa gak di ruanng komputer?”
“Biasanya juga di kelas aja pak. Soalnya Nana pakai laptopnya sendiri.”
“Baiklah, adek Viola boleh keluar. Terima kasih atas kerjasamanya. Untuk selanjutnya, jika ada panggilan sebagai saksi tolong kooperatif ya dek.” Tutup introgasi pak polisi.
Viola tidak mengucapkan apapun. Dia langsung buru – buru keluar begitu saja. Dia sudah tidak betah berada di dalam berlama – lama.
Setelah dia di luar, Viola kembali mencari Della. Matanya mengedarkan pandang ke seluruh penjuru arah.
Tidak lama kemudian, dia teringat dimana biasanya Della menenangkan diri jika ada masalah di sekolah. Dia berlari menuju kursi panjang yang berada di belakang kelasnya. Biasanya Della berada di sana menenagkan diri, dia biasanya duduk menghadap jalan raya sambil melihat toko bunga di seberang. Dia sangat menyukai bunga.
Sampai di sana benar ada Della di sana, Viola langsung menghampiri.
“Dell.” Teriak Viola sambil berlari.
Della menengok dengan tatapan datarnya. Viola berhenti sejenak melihat Della dengan tatapan menyeramkan itu. Tapi Viola masih penasaran dengan sikap Della. Dia kembali melanjutkan langkahnya, perlahan hingga sampai di samping Della.
Della mendongak, melihat Viola yang berdiri di sampingnya.
“Dell, kenapa?” Tanya Viola.
Setelah pertanyaan dilontarkan, mata Della berkaca – kaca. Tatapannya langsung berubah. Yang tadinya dingin sekarang menjadi, sendu. Air matanya pun mulai mengalir ke pipinya.
Melihat itu, Viola tidak tega, sehingga dia memeluk erat Della. Della menangis tersedu – sedu di pelukannya. Dia mencoba menenangkan sahabatnya itu dengan menepuk- nepuk punggungnya perlahan. Tapi, Viola tidak bisa tegar. Dia pun ikut menangis. Mereka berdua menangis bersamaan.
Beberapa menit berlalu. Akhirnya mereka berdua diam dengan sendirinya.
“Sini Vi, duduk.” Ucap Della sambil mengusap air matanya.
Viola pun langsung duduk di samping Della, sambil mengusap air matanya juga.
“Vi, aku sedih kehilangan Nana. Aku merasa bukan sahabat yang baik. Aku tidak berani datang waktu dia membutuhkan ku.” Ucapa Della bergetar, karena masih mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Viola tidak mengerti apa maksud Della. Dia yang tadinya masih sesengukkan, berubah menjadi tenang dan sedikit bingung setelah mendengar Della berbicara.
“Aku sahabat yang tidak berguna.” Lanjutnya.
Viola semakin curiga dengan tingkah Della. Tetapi dia mencoba untuk tenang, dia tidak ingin terjadi apa – apa dengannya jika dugaannya benar.
Saat ini antara curiga dan takut campur menjadi satu. Karena di sana hanya ada Viola dan Della berdua saja. Tapi untung lah mereka duduk di tempat yang terbuka, orang dari luar sekolah bisa melihatnya karena pagar besi yang renggang.
Tiba – tiba ada seseorang memanggil nama mereka.
“Viola, Della!! Kalian dimana?”
Mendegar itu Viola dan Della, langsung mengusap kedua matanya. Mengatur napas masing – masing dan bersiap untuk menuju sumber suara. Mereka sama – sama tidak mau orang lain tau kesedihan yang mereka alami. Terutama Della. Bahkan dia berusaha untuk bersenyum, dan melafakan hufur vocal agar wajahnya bisa lebih lemas.
“Ayo, Vio. Kita udah di cariin sama guru.” Ajak Della.
Viola semakin yakin tentang apa dugaanya.
...****...
Di rumah Hani.
Hani sudah selesai mandi, dia memakai baju babydoll lengan panjang berwarna hijau muda. Saat ini dia duduk di depan cermin sambil menata rambutnya dan menyanyikan lagu K-Pop kesukaannya.
Baru saja dia merasakan ketenangan sekaligus perbaikan mood setelah jantungnya maraton tadi, tiba – tiba lagunya mati.
“Hlah? Mati lagunya? Masa baterai speakernya habis sih? Perasaan kemarin malam udah aku cas deh.”
Hani beranjak dari tempat duduknya untuk mengecek speaker yang mati itu. Dia menekan tombol dan melihat indikator lampunya. Terlihat lampu menunjukkan bahwa baterainya masih penuh.
“Ah, masak Hpku yang habis baterainya?” Gumammnya.
Dia mulai mengecek ponselnya. Ternyata, baterai masih tujuh puluh persen. Hanya saja MP3 playernya meunjukkan bahwa lagu berhenti.
“Hmm?” Hani kebingungan.
Zttt... Zttt... Zttt....
Terdengar suara speaker yang sedang mencari gelombang sinyal bloethooth
“Ck, kenapa sih? Masak udah rusak.”
Hani memegang speakernya dan mengetuk – ketuk kecil benda kotak itu.
Ngiiingg!!!!
Suara yang memekik keluar begitu saja dari speaker. Reflek Hani menjatuhkan benda itu. Dia bergegas menutup telinganya erat – erat dengan kedua tanggannya, sambil menutup matanya.
Tak lama kemudian suara itu hilang berubah menjadi keheningan. Perlahan dia membuka matanya. Bola matanya memutar ke atas, bawah, kanan dan kiri. Dia mengecek, memastika dia sedang tidak dalam keadaan terancam.
Perlahan Hani melepaskan kedua tanggannya yang tadi menutup telinganya. Kemudian dia mendengar bisikan yang samar.
“Tolong... Tolong aku!?”
Hani langsung menoleh, ke kanan dan kekiri mencari sumber suara itu. Namun dia tidak menemukan siapa – siapa. Jelas saat ini dia sendirian di kamarnya.
Hani mulai ketakutan, lagi – lagi dia merasakan angin dingin berhembus, kali ini angin itu hanya terasa di bagian telinganya. Reflek dia memegag telinganya. Betapa terkejutnya Hani, ketika saat hendak memengang telinganya dia malah merasakan menyentu sesuatu yang dingin. Hani yang penasaran, memberanikan diri untuk melirik ke tangan kanannya.
“Aaaaa.” Teriak Hanik.
Ketika dia mlirik tangan kanannya, tiba – tiba dia mencium aroma kuteks yang menyengat. Dia langsung teringat kejadian tadi sebelum dia pingsan.
Hani langusng mengipatkan tangannya dan berlari menuju pintu. Dia mencoba membuka pintunya dengan menaik, turun gagang pintunya tapi pintunya tidak terbuka. Dia mengecek kunci pintunya, namun ternyata pintunya tidak terkunci.
Dia mencoba menarik gagan pintunya kuat – kuat sambil berteriak meminta pertolongan.
“Budhe, tolong!! Pak Herdi, tolong!!! Mamah, papa.” Teriaknya ketakutan.
Dia memanggil semua orang yang ada di pikirannya, sambil berusaha keras membuka pintu kamarnya. Tidak sengaja, dia merasa menendang sesuatu. Hani langsung melirik ke bawah. Ternyata di bawahnya ada kuteks yang tadi dia lihat di meja rias.
Jantung Hani semakin berdebar, keringat dingin mulai bercucuran. Tiba – tiba pintu terbuka dengan keras. Sehingga Hani yang di belakangnya langsung terjatuh karena benturan dengan pintu yang di buka dengan keras itu. Perlahan pandangannya mulai memudar dan gelap.
...***...
Hani membuka mataya, dia pun terkejut karena dia sekarang berdiri di depan sekolahnya. Tiba – tiba lampu depan sekolahnya padam, anehnya dia masih bisa melihat dengan jelas dengan mata telanjang.
Dia melihat sesorang berpakaian serba hitam melopat pagar sekolah, dan menikam pak satpam yang sedang bertugas dari belakang dan menyeretnya ke pos penjagaan. Bahkan orang itu dengan tenang dan lincah melewati banyak polisi yang sedang berjaga disana. Bahkan orang itu juga lincah menghindari cahaya senter yang di tujukan kepada orang misterius.
“Siapa dia?” Gumamnya.
“Apa ini? Aku bermimpi?” Tanyanya pada dirinya sendiri.
Tiba – tiba orang misterius tadi keluar dari pos penjagaan, orang itu melihat ke arah Hani. Hani terkejut, dia panik dan langsung bersembunyi di balik semak di depan sekolanya.
Orang itu perlahan berjalan menuju Hani, semakin lama – semakin langkah kakinya semakin terdengar. Hani mulai ketakutan. Dan orang misterius itu menemukan Hani, Hani langsung melotot karena terkejut. Ternyata orang itu....
~ Terima kasih, sudah mampir baca~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
ooooo.....
penasaraaan.....
2021-12-22
1
Jhulie
mampir juga yuk di karyaku : "anak yang terbuang" baru awal nulis hehe, mohon dukungannya ya"
2021-04-22
1
Om Rudi
Yuk bantu dukung novel Om:
Pendekar Sanggana
Masnaini Muslimah Rekayasa
2020-11-29
2