Eps 13 Pembunuh

“Itukan, topinya....” Gumam Hani.

“Oh... Maaf. Saya kurang sopan pakai topi di dalam ruangan.” Ucap pak Tony.

Pak Tony melepas topinya. Kemudian tersenyum dan ganti bertanya kepada kedua orang tua Hani.

Hani merasa pernah melihat topi itu. Tapi entah dimana?

Dua puluh menit kemudian.

“Baik.. Saya sama anak - anak pamit ya pak, bu, Hani.” Ucap pak Tony.

“Oh iya pak Tony. Terima kasih loh udah repot – repot kesini jenguk saya sama istri saya.” Ucap papa Hani.

Satu persatu mereka keluar dari ruang inap. Hani mengantar mereka sampai depan pintu kamar.

“Sampai jumpa di sekolah Han.” Ucap Jaelani.

“Ciye...” Ucap teman – teman bersamaan.

“Anak – anak, ini di rumah sakit nak. Jangan

berisik.” Ucap pak Tony.

Mereka pergi pergi meninggalkan rumah sakit. Hani masuk ke dalam. Namun sebelum Hani masuk di matanya sempat melihat ada sesuatu di dinding. Dia merasa ada seseorang yang berdiri di sana.

“Gak gak. Hani abaikan perasaan aneh itu.” Ucap Hani sambil masuk ke kamar rawat inap.

Hani masuk sambil menggeleng – gelengkan kepalanya cukup cepat. Budhe Inem yang melihatnya tetawa.

“Haha. Mbak Hani, mau senam kepala? Itu sih terlalu cepat mbak.” Ucap budhe.

“Apa sih budhe... Aduh, kebelet. Aku ke toilet dulu.”

...***...

Di toilet.

Setelah buang air kecil Hani ingin mencuci mukanya. Dengan harapan dia tidak akan melihat hal – hal aneh tadi. Setelah mencuci muka dia membuka matanya. Menghadap ke kaca. Lagi – lagi dia terkejut. Ada tulisan “Pembunuh” di kaca.

Reflek Hani menguyur kaca itu dengan air. Agar tulisan itu hilang. Tetapi tidak. Tulisan itu hanya luntur sampai ke wastafel. Kemudian hidungnya mengendus – endus.

“Bau ini lagi? Ayolah.” Teriak Hani.

Tok tok tok

“Ada apa mbak?” Tanya budhe Inem.

Hani buru buru membuka pintu.

“Ini loh budhe.” Ucap Hani sambil menunjuk kaca.

Namun, seperti yang sudah – sudah tulisan itu menghilang, hanya terlihat kaca yang terdapat banyak buliran air.

“Aaargghhh. Jangan ganggu aku.” Gumamnya.

“Apa mbak?”

Hani hanya menggeleng dan keluar kamar mandi. Dia kembali duduk di antara kedua ranjang orang tuanya. Dia menghibur diri dengan berbincang – bincang dengan kedua orang tuanya. Sekalian melupakan hal – hal tidak masuk akal yang terjadi akhir ini.

Meski berusaha keras melupakan. Hani tetap saja kepikiran. Dia memikirkan potongan – potongan hal aneh yang dia ketaui. Mulai dari orang mistrius, mata bu Tina, topik pak Tony bahkan juga Della yang bertingkah tidak wajar.

Karena setelah di pikir – pikir, meski Hani baru sekali bertemu. Sikap Della itu berbeda. Ekspresinya terlalu dingin untuk orang yang cuek. Tapi dia juga terlihat sedang memikul beban yang berat entah apa itu. Potongan puzzle terakhir tulisan “Pembunuh”.

“Apakah ada pembunuh di antara orang – orang yang menjenguknya tadi?” Pikirnya.

“Hani....”Panggil mamahnya.

“Iya ma?”

“Kamu lagi mikirin apa sih Han?” Tanya mamanya

“Aku pengen mama sama papa cepat sembuh.” Jawabnya berbohong.

“Paling minggu depan sudah boleh pulang.” Ucap Ratih, mama Hani menenangkan.

Hani tidak ingin mamanya khawatir. Dia ingin mamanya cepat sembuh. Dia yakin, dia bisa melewati semua ini jika dia mengabaikannya. Dia percaya tekatnya lebih besar dari ketakutannya.

Hani memasang wajah tersenyum. Berharap orang tuanya bisa lekas sembuh dengan melihatnya baik – baik saja.

“Mbak Hani pulang dulu gih. Biar saya saja yang jaga ibu sama bapak.” Ucap budhe Inem tiba – tiba.

“E-enggak budhe. Aku gak mau di rumah sendiri.” Ucap Hani.

“Ada pak Rian ada pak Herdi.” Ucap papanya.

“Papa...”

Hani tidak bisa melawan ucapan papanya. Akhirnya dia mengikuti perintah papanya. Dia pulang bersama pak Rian.

...***...

Sampai di rumah.

Seperti biasa Hani memutar musik kencang – kencang di kamarnya dan menyalakan semua lampu di kamarnya. Termasuk lampu tidurnya yang menggunakan baterai. Kemudian dia bergegas mandi, dan mandi tergesa – gesa.

Hani merasa lega. Hari ini dia tidak di ganggu oleh hantu itu di kamar mandi. Badanya yang segar sekarang membuatnya ingin segera tidur. Entah kenapa dia merasa sangat lelah. Dia meregangkan tubuhnya sambil berjalan menuju ranjangnya yang empuk.

Dia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang yang empuk itu. Tidak lama kemudian dia tertidur. Dia tertidur dengan keadaan lampu menyala terang.

Hani membuka matanya. Kemudian dia terkejut. Dia sekarang berada di tempat yang gelap. Tidak ada cahaya sejauh mata memandang. Udara di sini hangat sekali. Kemudian berubah menjadi dingin menggigil.

“Hu hu hu hu”. Suara tangis seorang gadis.

“Udah cukup ya. Jangan ganggu aku. Aku gak mau bantu kamu. Aku gak mau berurusan dengan makhluk kayak kamu. Atau kamu mau aku kurungkan lagi.” Teriak Hani.

Kemudian angin berhembus kencang. Angin itu sangat dingin. Hingga Hani mengigil. Dia tidak bisa membuka matanya. Kemudian dia mendengar teriakan yang melengking.

“Aaaaaaaaaa!!!” Teriak gadis itu.

“Akan kubunuh orang tua mu.” Lanjutnya.

“Tidak!!!” Teriak Hani.

Hani terbangun dari tidurnya. Keringat bercucuran di pelipisnya. Napasnya terenggah – enggah. Jantungnya berdegup kencang.

Drrttt Drrrtt Drrrrtt

“HP... Hp ku mana?”

Hani mencari – cari ponselnya. Di ranjang, di meja belajar, meja rias dan ketemu di tasnya.

“Hallo.”

“Mbak Hani ke rumah sakit sekarang ya!?” Ucap budhe Inem di seberang sana.

Hani bergegas mencari pak Rian. Dia berlari tergesa – gesa sampai lupa mematikan speakernya. Saat pintu di tutup. Speaker dan lampu di kamarnya mati dengan sendirinya. Entah siapa yang mematikannya.

Di depan pos jaga.

“Pak Rian. Ayo kerumah sakit sekarang.” Ajak Hani.

“Kenapa mbak?”

“Udah ayo pak cepetan!” ucap Hani panik.

“Baik.”

Pak Rian langsung mengeluarkan mobil dari garasi dan Hani yang tidak sabar pun mengikuti pak Rian dan bergegas masuk mobil.

Pak Herdi juga langsung membuka gerbangnya sebelum mobil datang mendekat.

...***...

Di rumah sakit.

Hani langsung menuju ICU. Disana dia bertemu budhe yang masih di luar.

“Budhe ada apa?” Tanya Hani panik.

“Bapak sama ibu mbak. Tiba – tiba keadaanya gak stabil mbak. Sekarang masih di dalam mbak.”

“Budhe takut.” Ucap Hani bergetar.

Budhe Inem langsung memeluk Hani erat. Hani yang tidak kuat menahan perasaanya yang kacau saat ini. Dia merasa dadanya sangat sesak. Dan tiba – tiba pandanganya kabur dan perlahan menjadi gelap.

“Masih tidak mau membantu ku?” Bisik seseorang di telinga Hani.

“Mbak... Mbak Hani. Bangun mbak!” Ucap budhe Inem.

Hani tersadar kembali. Tiba – tiba Hani berteriak.

“KAMU YANG PEMBUNUH!!!” Teriak Hani kesal.

Teriakannya berhasil membuatnya jadi pusat perhatian. Semua yang melintas di hadapan Hani. Tanggan Hani mulai mengepal. Kemudian dokter memanggil.

“Keluarga bapak Beni...” Panggil pak dokter.

Hani bergegas ke sana.

“Gimana keadaan papa saya?”

“ Saat ini orang tua anda...”

~ Terima kasih, sudah mampir baca~

Terpopuler

Comments

senja

senja

kuat banget hantunya, knp gak bs bunuh pembunuh sendiri ya?

btw kapan ada orang lain atau dewasa yg bantu ya, kl gini kan jd berulang trs, diganggu-nyelakain-berulang2

2022-04-02

1

Clara Safitri

Clara Safitri

pak toni pembunuh anna?

2021-03-03

1

Euis Teuki

Euis Teuki

semoga aja orang tua hani baik-baik aja

author "wedding dress" mampir nih
aku udah kasih like

2020-11-24

3

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Eps 1 Awal Yang Buruk
3 Eps 2 Teror Nana
4 Eps 3 Interograsi
5 Eps 4 Orang Misterius
6 Eps 5 Perkenalan
7 Eps 6 Della
8 Eps 7 Jaelani.
9 Eps 8 Kabut di siang Hari
10 Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11 Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12 Eps 11 Mati atau bantu aku
13 Eps 12 Di rumah sakit
14 Eps 13 Pembunuh
15 Eps 14 Asalkan bukan mereka
16 Eps 15 Cincin pengikat
17 Eps 16 Bisikan misterius
18 Eps 17 Cincin itu melonggar
19 Eps 18 Della dan Viola
20 Eps 19 Teka teki rumit
21 Eps 20 Pak Wanto
22 Eps 21 Penjaga Hani
23 Eps 22 Masalah demi masalah
24 Eps 23 Siswi yang di kutuk
25 Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26 Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27 Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28 Eps 27 Jaelani kena sial
29 Eps 28 Tidak ada waktu luang
30 Eps 29 Di bengkel motor
31 Eps 30 Lanzo
32 Eps 31 Flashback
33 Eps 32 Flashback (2)
34 Eps 33 Calon pacar
35 Eps 34 Tetes demi tetes
36 Eps 35 Kuteks itu
37 Eps 36 Mengunjungi della
38 Eps 37 Kesurupan
39 Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40 Eps 39 Mimpi della
41 Eps 40 Ternyata itu ada
42 Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43 Eps 42 Jaelani mulai ragu
44 Eps 43 Sebenci itukah?
45 Eps 44 Aku mohon
46 Eps 45 Saling menduga
47 Eps 46 Semacam Ilusi
48 Eps 47 Keluarga siapa?
49 Eps 48 Main petak umpet
50 Eps 49 Diary Hani
51 Maaf
52 Eps 50 Sosok hitam
53 Eps 51 Handoko
54 Eps 52 Kejutan untuk mama
55 Eps 53 Mimpi atau nyata?
56 Eps 54 Obat nyamuk
57 Eps 55 Cinta
58 Eps 56 Terjadi lagi
59 Eps 57 Bisikan misterius
60 Eps 58 Sisi lain
61 Eps 59 Anak pak Wanto
62 Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63 Eps 61 Pengakuan Hani
64 Eps 62 Secepat mungkin
65 Eps 63 JANGAN
66 Eps 64 Belum berakhir
67 Eps 65 Masa berkabung
68 Eps 66 Lebih dekat
69 Eps 67 Percakapan rahasia
70 Eps 68 Hani dalam bahaya
71 Eps 69 Pengakuan pelaku
72 Eps 70 TIDAK
73 EPILOG
74 Tanya dong.
75 Terima kasih
76 Pengumuman
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Eps 1 Awal Yang Buruk
3
Eps 2 Teror Nana
4
Eps 3 Interograsi
5
Eps 4 Orang Misterius
6
Eps 5 Perkenalan
7
Eps 6 Della
8
Eps 7 Jaelani.
9
Eps 8 Kabut di siang Hari
10
Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11
Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12
Eps 11 Mati atau bantu aku
13
Eps 12 Di rumah sakit
14
Eps 13 Pembunuh
15
Eps 14 Asalkan bukan mereka
16
Eps 15 Cincin pengikat
17
Eps 16 Bisikan misterius
18
Eps 17 Cincin itu melonggar
19
Eps 18 Della dan Viola
20
Eps 19 Teka teki rumit
21
Eps 20 Pak Wanto
22
Eps 21 Penjaga Hani
23
Eps 22 Masalah demi masalah
24
Eps 23 Siswi yang di kutuk
25
Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26
Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27
Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28
Eps 27 Jaelani kena sial
29
Eps 28 Tidak ada waktu luang
30
Eps 29 Di bengkel motor
31
Eps 30 Lanzo
32
Eps 31 Flashback
33
Eps 32 Flashback (2)
34
Eps 33 Calon pacar
35
Eps 34 Tetes demi tetes
36
Eps 35 Kuteks itu
37
Eps 36 Mengunjungi della
38
Eps 37 Kesurupan
39
Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40
Eps 39 Mimpi della
41
Eps 40 Ternyata itu ada
42
Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43
Eps 42 Jaelani mulai ragu
44
Eps 43 Sebenci itukah?
45
Eps 44 Aku mohon
46
Eps 45 Saling menduga
47
Eps 46 Semacam Ilusi
48
Eps 47 Keluarga siapa?
49
Eps 48 Main petak umpet
50
Eps 49 Diary Hani
51
Maaf
52
Eps 50 Sosok hitam
53
Eps 51 Handoko
54
Eps 52 Kejutan untuk mama
55
Eps 53 Mimpi atau nyata?
56
Eps 54 Obat nyamuk
57
Eps 55 Cinta
58
Eps 56 Terjadi lagi
59
Eps 57 Bisikan misterius
60
Eps 58 Sisi lain
61
Eps 59 Anak pak Wanto
62
Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63
Eps 61 Pengakuan Hani
64
Eps 62 Secepat mungkin
65
Eps 63 JANGAN
66
Eps 64 Belum berakhir
67
Eps 65 Masa berkabung
68
Eps 66 Lebih dekat
69
Eps 67 Percakapan rahasia
70
Eps 68 Hani dalam bahaya
71
Eps 69 Pengakuan pelaku
72
Eps 70 TIDAK
73
EPILOG
74
Tanya dong.
75
Terima kasih
76
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!