Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)

“Katanya rohnya udah di kurung. Tapi aku tetep aja di ganggu. Apa paranormal itu abal abal?" Dalam lamunannya.

“Kopi mbak?” Pak Rian menawarkan kopi.

Hani lagi – lagi tersentak, dia menoleh ke sumber suara dengan sedikit melotot. Itu sudah menjadi gerakan reflek Hani karena dia waspada.

Pak Rian pun juga tersentak melihat ekspresi Hani. Dia mundur satu langkah dan hampir menabrak tembok pos satpam.

“Aduh.” Rintih pak Rian.

“Kenapa pak Rian?” Tanya Hani.

“K-kopi mbak?” Ucap pak Rian sedikit terbata.

Hani kebingungan melihat tingkah pak Rian. Dia merasa pak Rian seperti sedang ketakutan.

Pak Rian dan Hani saling memandang satu sama lain. Mereka saling mengamati ke anehan yang mereka lihat sekarang.

Pak Herdi yang baru datang juga memperhatikan mereka berdua. Pak Herdi memperhatikan Hani dan pak Rian bergantian.

“Uhuk uhuk uhuk.” Pak Herdi batuk pura – pura.

Hani dan pak Rian memandang pak Herdi bersamaan dengan tatapan datar. Suasana menjadi hening lagi.

“Batuk pak Herdi. Minum obat aja.” Ucap Hani dengan ceria tiba – tiba.

Ucapan Hani akhirnya mencairkan suasana yang membeku tadi. Pak Herdi, Pak Rian dan Hani pun tertawa bersama. Akhirnya mereka mengobrol bersama membahas sinetron yang mereka lihat sekarang.

Tidak terasa sudah gelap.

“Permisi ya mbak Hani. Mau nyalain lampu. Saklarnya di atas mbak Hani.” Ucap pak Herdi.

“Oh aku aja pak yang nyalain.”

Hani berdiri dan menekan saklar lampu. Kemudian dia memandang luar pos satpam. Ternyata di luar sudah gelap. Lalu, matanya melirik ke rumahnya. Rumahnya gelap gulita.

“Hallo pak.” Ucap pak Herdi.

“Oh ada pak, mbak Hani disini.”

Hani yang merasa di sebut namanya menoleh. Mengangkat kepalanya sedikit. Mengisyaratkan “apa”. Ke pak Herdi.

“Baik pak.”

Pak Herdi memberikan ponselnya ke Hani. Hani menerimanya dan melihat siapa nama kontak yang menelepon.

“Hallo pa.” Ucap Hani.

“Papa sama mama pulangnya telat Han hari ini. Kita lembur nih. Deadlinenya besok. Kira – kira papa sama mama pulangnya jam sembilan. Palingan sampai rumah jam sepuluh.” Ucap papa Hani dari sebrang sana.

“Yah... papa. Hani di rumah sendirian dong. Gak mau pa. Pokoknya Hani gak mau sendiri.” Keluhnya.

“Anak papa pemberani kok. Udah gih masuk rumah. Jangan di pos satpam terus. Kasian pak Herdi sama pak Rian. Mereka kan juga harus kerja nak.”

“Papa... Iya deh iya.”

“Anak pintar. Udah kembaliin Hpnya.”

Hani mengembalikan ponsel pak Herdi. Kemudian dia meminta pak Rian menemani Hani pergi ke rumah. Dan juga Hani meminta pak Rian menemani Hani menyalakan lampu setiap sudut rumahnya. Dia tidak mau ada satu sudutpun yang gelap.

...***...

Di depan pintu kamar Hani.

“Bentar pak, jangan kemana – mana.” Ucap Hani.

“Hah?.

Hani melangkah masuk ke kamar pelan. Menengok ke kanan, kiri, atas bawah. Setelah di rasa aman. Hani langsung melesat mencari speakernya. Setelah menemukannya dia menyalakan lagu keras – keras. Kemudian, dia menghampiri pak Rian yang masih berdiri di depan pintu.

“Pak Rian. Boleh kembali sekarang. Tapi pak...”

“Iya?”

“Jangan lupa pintunya di tutup.”

“Ah haha. Iya mbak siap.” Ucap pak Rian sambil berpose hormat.

Hani kembali masuk ke dalam. Kamarnya saat ini terang benderang Bahkan dia juga menyalakan lampu tidurnya yang di isi daya dengan baterai. Untuk berjaga – jaga jika terjadi hal hal yang mencurigakan.

“Hmmm ... Mandi dulu lah.” Ucap Hani.

Sambil melompat – lompat kecil menuju kamar mandi. Tidak lupa dia juga membawa serta ponselnya.

Saat masuk ke kamar mandi.

Blam!!!

Listriknya madam. Seketika Hani berbalik badan. Dia tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi. Namun dia terlambat, pintunya menutup sendiri.

Hani kembali panik. Untungnya dia membawa ponselnya. Sehingga dia segera menghidupkan ponselnya

.

Tetapi, karena dia panik. Tidak sengaja dia menjatuhkan barang berharga itu. Kemudian dia meraba – raba dimana ponselnya.

Hani terkejut, dia merasa sedang menyentuh jari tangan yang dingin. Dia menelusuri ujung dari jari itu dengan perlahan dengan meraba - raba. Kemudian listriknya menyala tetapi berkedip – kedip. Hani yang penasaran, perlahan dia mendongak dan dia terjungkal karena kaget.

“Aaaaa.” Teriak Hani.

Lampu padam kembali. Dia sempat melihat sosok perempuan berbaju seragam sekolah. Berambut sebahu dengan darah segar megalir di wajahnya.

Napasnya terenggah – enggah. Lalu listrik menyala lagi. Perlahan lampu kamar mandi menyala di dahulu kedip kedip. Hani merasa sedikit lega. Dia menarik napas sepanjang – panjangnya, dan mengusap mukanya dengan kedua tangannya hingga berhenti di dahinya. Dia menyangga kepala dengan kedua tanggannya di dahi.

Setelah cukup tenang. Hani membuka kedua tangannya, dia mendongak ke atas. Ternyata ini belum selesai. Hani melotot melihat ada tulisan di kaca kamar mandinya. Kali ini tulisannya “TOLONG!!!”.

“Tolong?” Gumamnya.

Dia membenaranikan diri. Dia berdiri, berjalan menuju kaca itu. Semakin mendekat, semakin tercium arom khas yang di gunakan dalam kuteks. Hidungnya pun muali mengendus endus.

“Bau... hmmm... Kuteks?”

Hani ingin sekali mengendus tulisan itu. Tetapi dia terpikirkan adegan di dalam film horor yang pernah dia tonton. Di film itu hantu bisa menarik pemain masuk ke dimensi yang berbda melalui cermin. Hani pun mengurungkan niatnya.

Dia mencoba menyentuh tulisan itu dengan tanggannya. Setelah tersentuh, cairan itu menempel di ujung jari. Kemudian dia mengendusnya.

“Uh.. Bener nih kuteks kayak yang biasa mama pakai pas di salon.” Ucapnya.

“Tapi... Kenapa kuteks sih? Baunya ituloh. Eh meding ini deh dari pada darah.” Lanjutnya.

Ceklek!!

Suara pintu terbuka.

“Duh.. Salah ngomong kan. Ampuun.” Ucap Hani sambil menepuk mulutnya.

Napasnya terengah – engah lagi. Lagi – lagi angin dingin menerobos masuk. Entah asalnya dari mana. Hani mulai merinding lagi dan punggungnya terasa berat lagi. Hani ingin berlari. Namun saat ini badannya tidak bisa bergerak. Dia mematung tiba – tiba. Saat ini dia hanya bisa bernapas dan berkedip. Bahkan untuk menelan ludah pun tidak bisa.

“Tolong... Tolong aku.!!” Terdengar suara perempuan menggema.

Hani tidak menjawab, dia hanya melirik mengecek keadaan sekitar dengan mata.

“Tolong jangan kurung aku lagi. Aku berjanji tidak ada menggangu mu. Tapi tolong aku. Kumohon. Huhuhuhu.” Gema suara perempuan lagi.

Hani tidak mau menjawab. Dia diam dengan keringat bercucuran melewati pelipisnya. Di dalam pikirannya Hani menjawab “Tidak, aku tidak akan membantumu”.

“TOLONG AKU!!!!” Teriak perempuan itu.

Suaranya menggema dan memekik di telinga. Hani hanya bisa memejamkan matanya.

DOR !! DOR!! DOR!!

Suara bohlam, kaca pecah. Barang – barang di kamar mandi semua bertebangan bahkan beberapa barang mengenai Hani. Tidak hanya itu, angin dingin pun berhembus kencang seperti tornado di dalam kamar mandi.

Hani tidak kuat lagi menopang tubuhnya, sehingga dia ambruk dan tersungkur di sana. Kepalanya juga terbentur wastafel.

Brak!!!

“Mbak Hani. Mbak, mbak bangun mbak. Mbak mbak” Terdengar suara Pak Herdi dan pak Rian saling bersahutan.

Hani hanya bisa menatap mereka. Namun, lama kelamaan pandangannya kabur.

...***...

Di kantor orang tua Hani.

Drrrrtt Drrrtt Drrttt

“Halo.”

“Pak mbak Hani pingsan.”

“Saya pulang sekarang.”

Papa Hani dan Mamahnya bergegas pulang. Mereka melaju cepat di jalan raya.

Brak!!!!

Mobil orang tua Hani menabrak mobil lainnya.

“Hani... Mamah sudah tidak...”

~ Terima kasih, sudah mampir baca~

Terpopuler

Comments

senja

senja

*tidak akan

2022-04-02

0

Delima Rahmawati

Delima Rahmawati

terlalu brtele tele

2021-02-27

3

Euis Teuki

Euis Teuki

semoga mamahnya cuma pingsan
jangan di bikin mati, kasihan haninya nanti

author "wedding dress" mampir nih
aku udah kasih like

2020-11-24

3

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Eps 1 Awal Yang Buruk
3 Eps 2 Teror Nana
4 Eps 3 Interograsi
5 Eps 4 Orang Misterius
6 Eps 5 Perkenalan
7 Eps 6 Della
8 Eps 7 Jaelani.
9 Eps 8 Kabut di siang Hari
10 Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11 Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12 Eps 11 Mati atau bantu aku
13 Eps 12 Di rumah sakit
14 Eps 13 Pembunuh
15 Eps 14 Asalkan bukan mereka
16 Eps 15 Cincin pengikat
17 Eps 16 Bisikan misterius
18 Eps 17 Cincin itu melonggar
19 Eps 18 Della dan Viola
20 Eps 19 Teka teki rumit
21 Eps 20 Pak Wanto
22 Eps 21 Penjaga Hani
23 Eps 22 Masalah demi masalah
24 Eps 23 Siswi yang di kutuk
25 Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26 Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27 Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28 Eps 27 Jaelani kena sial
29 Eps 28 Tidak ada waktu luang
30 Eps 29 Di bengkel motor
31 Eps 30 Lanzo
32 Eps 31 Flashback
33 Eps 32 Flashback (2)
34 Eps 33 Calon pacar
35 Eps 34 Tetes demi tetes
36 Eps 35 Kuteks itu
37 Eps 36 Mengunjungi della
38 Eps 37 Kesurupan
39 Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40 Eps 39 Mimpi della
41 Eps 40 Ternyata itu ada
42 Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43 Eps 42 Jaelani mulai ragu
44 Eps 43 Sebenci itukah?
45 Eps 44 Aku mohon
46 Eps 45 Saling menduga
47 Eps 46 Semacam Ilusi
48 Eps 47 Keluarga siapa?
49 Eps 48 Main petak umpet
50 Eps 49 Diary Hani
51 Maaf
52 Eps 50 Sosok hitam
53 Eps 51 Handoko
54 Eps 52 Kejutan untuk mama
55 Eps 53 Mimpi atau nyata?
56 Eps 54 Obat nyamuk
57 Eps 55 Cinta
58 Eps 56 Terjadi lagi
59 Eps 57 Bisikan misterius
60 Eps 58 Sisi lain
61 Eps 59 Anak pak Wanto
62 Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63 Eps 61 Pengakuan Hani
64 Eps 62 Secepat mungkin
65 Eps 63 JANGAN
66 Eps 64 Belum berakhir
67 Eps 65 Masa berkabung
68 Eps 66 Lebih dekat
69 Eps 67 Percakapan rahasia
70 Eps 68 Hani dalam bahaya
71 Eps 69 Pengakuan pelaku
72 Eps 70 TIDAK
73 EPILOG
74 Tanya dong.
75 Terima kasih
76 Pengumuman
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Eps 1 Awal Yang Buruk
3
Eps 2 Teror Nana
4
Eps 3 Interograsi
5
Eps 4 Orang Misterius
6
Eps 5 Perkenalan
7
Eps 6 Della
8
Eps 7 Jaelani.
9
Eps 8 Kabut di siang Hari
10
Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11
Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12
Eps 11 Mati atau bantu aku
13
Eps 12 Di rumah sakit
14
Eps 13 Pembunuh
15
Eps 14 Asalkan bukan mereka
16
Eps 15 Cincin pengikat
17
Eps 16 Bisikan misterius
18
Eps 17 Cincin itu melonggar
19
Eps 18 Della dan Viola
20
Eps 19 Teka teki rumit
21
Eps 20 Pak Wanto
22
Eps 21 Penjaga Hani
23
Eps 22 Masalah demi masalah
24
Eps 23 Siswi yang di kutuk
25
Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26
Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27
Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28
Eps 27 Jaelani kena sial
29
Eps 28 Tidak ada waktu luang
30
Eps 29 Di bengkel motor
31
Eps 30 Lanzo
32
Eps 31 Flashback
33
Eps 32 Flashback (2)
34
Eps 33 Calon pacar
35
Eps 34 Tetes demi tetes
36
Eps 35 Kuteks itu
37
Eps 36 Mengunjungi della
38
Eps 37 Kesurupan
39
Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40
Eps 39 Mimpi della
41
Eps 40 Ternyata itu ada
42
Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43
Eps 42 Jaelani mulai ragu
44
Eps 43 Sebenci itukah?
45
Eps 44 Aku mohon
46
Eps 45 Saling menduga
47
Eps 46 Semacam Ilusi
48
Eps 47 Keluarga siapa?
49
Eps 48 Main petak umpet
50
Eps 49 Diary Hani
51
Maaf
52
Eps 50 Sosok hitam
53
Eps 51 Handoko
54
Eps 52 Kejutan untuk mama
55
Eps 53 Mimpi atau nyata?
56
Eps 54 Obat nyamuk
57
Eps 55 Cinta
58
Eps 56 Terjadi lagi
59
Eps 57 Bisikan misterius
60
Eps 58 Sisi lain
61
Eps 59 Anak pak Wanto
62
Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63
Eps 61 Pengakuan Hani
64
Eps 62 Secepat mungkin
65
Eps 63 JANGAN
66
Eps 64 Belum berakhir
67
Eps 65 Masa berkabung
68
Eps 66 Lebih dekat
69
Eps 67 Percakapan rahasia
70
Eps 68 Hani dalam bahaya
71
Eps 69 Pengakuan pelaku
72
Eps 70 TIDAK
73
EPILOG
74
Tanya dong.
75
Terima kasih
76
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!