Eps 7 Jaelani.

Hani yang mencoba mengingatnya, namun masih belum ingat. Sedangakan Jaelani sudah tidak sabar.

“Aku cerita ya. Dengerin.” Ucap Jaelani tiba – tiba.

Hani hanya diam dan mematung.

“Jadi, kemarin tuh ya. Aku mau kasih tau, kalau ada seorang cewek. Kalau dia itu berdiri menghalangi jalan polisi yang sedang melakukan investigasi.” Ucap Jaelani sambil melirik Hani.

Dia memerika Ekspresi Hani. Namun, ekspresi Hani masih sama seperti sebelumnya.

“Pas aku nepuk pundaknya. Eh bruk!!! Aku di banting dong. Terus nyungsep deh ke aspal. Menurutmu gimana?” Lanjutnya.

Seketika ekspresi Hani berubah. Awalnya matanya hampir melotot. Tapi kemudian, dia menundukkan kepala. Jaelani yang melihat tingkah Hani merasa gemas. Ingin sekali rasanya dia mengelus kepala Hani. Tapi dia masih menahannya. Dia takut kesan pertamanya buruk di mata Hani.

Jaelani masih menunggu Hani menganggkat kepalanya. Lama – kelamaan, perlahan tapi pasti. Hani mulai mengankat kepalanya. Entah kenapa setelah mengetaui wajah Hani yang malu itu. Dia merasa tambah gemas dan ingin sekali rasanya mencubit pipinya.

“Maaf ya.” Ucap Hani malu - malu.

“Loh? Kenapa minta maaf.” Tanya Jaelani.

Dia pura – pura tidak tau, jika siswi yang dia ceritakan ke Hani adalah Hani sendiri.

“Aku kan tadi cuma cerita. Terus aku minta pendapatmu gitu.”

“Itu aku.” Batin Hani.

Jaelani masih menatap Hani dengan cerianya, di tambah lagi senyum dan lesung pipit di bawah bibir kirinya yang menghiasi wajah manisnya itu.

“Menurutmu gimana?” Tanyanya lagi.

“Nih cowok, nyebelin banget sih. Gak tau atau pura – pura gak tau sih?” Batin Hani.

“Itu aku hehe.” Jawab Hani sambil tertawa canggung.

Jaelani merasa puas dengan reaksi Hani. Sedangkan Hani mulai sebal dengan Jaelani. Kemudian Hani teringat sesuatu.

“Eh, aku mau tanya nih.” Tanya Hani.

“Apa?”

“Kamu kan tadi yang ngeluarin bola basket yang nyangkut?”

“Kenapa? Kelihatan keren ya?” Tanya Jaelani bangga.

“Gak juga, ih kepedean deh haha.” Ucap Hani.

Jaelani mendengar itu kecewa. Tapi dia tidak memperdulikannya. Dia masih diam, memikirkan hal aneh tadi. Di dalam pikirannya. Apakah Hani melihat apa yang dia lihat tadi?

“Heh.” Ucap Hani.

“Hah heh hah heh. Punya nama kali.”

Hani terdiam lagi. Dia mencoba mengingat namanya. Dia lupa siapa nama siswa itu. Padahal siswa itu sudah memperkenalkan diri saat awal bertemu. Bahkan tadi pagi bu Tina juga menyebutkan nama siswa itu. Tapi Hani masih tidak ingat.

“Ck, aish nih anak. Namaku Jaelani. Di ingat ya. Jaelani. Panggilnya cukup Jae.” Ucap Jaelani sedikit kesal.

“Oh.Iya jae.”

“Hmm... Emang kenapa? Benar aku yang kamu maksud tadi.”

Hani masih ragu. Tetapi dia ingin bertanya ke Jaelani. Dia ingin memastikan. Apakah yang dia lihat itu benar? Atau salah?.

“Hmmm. Aku pengen tanya nih. Tapi kamu jangan ketawa yah.”

Jaelani hanya mengangguk.

“Tadi, pas kamu melempar bola untuk mengeluarkan bola tadi. Aku lihat bola yang kamu lempar itu masih belum sampai kena bola yang nyangkut kan? Tapi bolanya udah bisa keluar sendri.” Ucap Hani perlahan, megharap Jaelani paham maksudnya.

Jaelani tekejut mendengar itu. Dugaanya benar. Bahkan lebih terkejutnya lagi. Ternyata tidak dia saja yang melihatnya. Dia jadi berpikir apakah yang lain juga melihatnya. Karena itu terlalu tidak masuk akal.

“Kamu juga lihat? Aku kira...” Ucapan Jaelani terpotong.

Tiba – tiba Galih menyeretnya keluar kelas.

“Ayo ke kantin. Jangan modus mulu." Ucap Galih.

“Nanti kita lanjutin lagi.” Teriak Jaelani.

Hani merasa dia di gantung oleh Jaelani karena ucapannya terpotong tadi. Meskipun begitu ucapannya sudah cukup menyakinkan bahwa yang melihat hal aneh tadi tidak hanya Hani, melainkan ada orang lain juga melihatnya. Dia merasa sedikit lega.

“Huh... Kirain Cuma aku doang yang melihatnya. Syukur deh kalau ada orang lain yang lihat.” Gumamnya.

...***...

Di kantin.

Galih dan Jaelani berjalan sejajar. Menelusuri lorong kantin yang sepi. Sebenarnya saat ini masih dalam jam pelajaran TIK (Teknik Informasi dan Komunikasi). Tetapi untuk sementara jam pelajaran ini kosong. Karena, pak Tony masih belum bisa masuk sekolah. Dia masih menjalani pemeriksaan sebagai saksi di kantor polisi.

“Mau makan apa ya?” Gumam Galih.

“Kamu mau makan apa Jae?” Lanjutnya.

Jaelani hanya diam saja. Dia masih memikirkan apakah hanya dia dan Hani saja yang tau kejadian itu?.

“Woy!” Bentak Galih.

“Apaan sih?”

“Tumben melamun. Ah... Jangan – jangan suka sama Hani ya?” Ejek Galih.

“Iya. Udah buruan beli. Terus kita balik ke kelas.”

“Duh duh duh.. Baru gak ketemu beberapa menit aja udah kangen.” Goda Galih.

Jaelani sedang tidak ingin menanggapi Galih. Dia hanya diam saja dan mendorong Galih, agar cepat sampai tujuan dan kembali ke kelas.

Saat sedang memesan makan Jaelani penasaran. Apakah Galih juga melihat kejadian itu. Akhirnya dia bertanya.

“Gal.” Panggilnya.

“Kenapa?.”

“Kamu tadi lihat gak. Pas aku coba keluarin bola yang nyangkut tadi?”

“Iya lah, semua orang juga lihat. Duh kamu itu ya. Merusak citramu sebagai atlet papan atas di sekolah ini. Masa altlet propesional bisa nyangkutin bola di ring basket.” Ejek Galih.

“Iya iya. Tapi masalahnya bukan itu Gal.”

“Terus apa?”

“Tadi bolanya itu keluar sendiri. Dia keluar sebelum bola yang aku lempar kena ke bola yang nyangkut itu.”

Galih terdiam. Kemudian dia memperhatikan mata Jaelani. Dia memeriksanya dengan seksama. Bahkan sampai melebarkan kedua mata Jaelani dengan jarinya.

“Jaelani. Kamu itu halu, apa minus, apa plus, apa silinder sih? Jelas – jelas itu bola keluar karena dorongan dari bola lain. Ya kali bolanya keluar sendiri. Ngarang aja.” Ucap Galih sambil mengipaskan tanggannya di depan mata Jaelani.

“Ini siomaynya.” Ucap penjual siomay.

“Terima kasih.”

“Ayok balik. Katanya udah kangen sama Hani.” Ajakan sekaligus ledekan Galih untuk Jaelani.

Jaelani hanya diam saja. Dia berjalan sambil memikirkan kejadian aneh itu. Apa benar itu hanya salah lihat. Tapi Hani juga melihatnya.

...***...

Di depan kelas.

“Wah gawat ada bu Tina tuh.” Ucap Galih panik.

“Heh. Aku duluan.”

“Eh.... Tunggu.”

“GALIH, JAELANI MASUK!” Teriak ibu Tina dari dalam kelas.

Mereka berdua masuk dengan Jaelani berjalan di depan dan Galih di belakang sambil menyembunyikan siomaynya. Kemudian dia berakting tersandung dan jatuh ke samping ke bangku depan paling dekat pintu. Dia terjatuh sambil menaruh plastik siomay ke dalam laci meja itu.

“Duh duh!” Rintih Galih.

“Hmm hmmm. Itu akibatnya kalau jam kosong ngluyur aja.” Ucap bu Tina.

Sebenarnya bu Tina sudah hafal dengan semua trik Galih. Tapi kali ini dia diam saja.

“Maaf bu.” Ucap Galih.

“Kalian duduk.” Perintah Ibu Tina.

“Oke. Kareana Della sedang di UKS dan Viola juga di UKS menjaga Della. Sekarang Hani nebeng dulu ke Galih buat belajar mandiri TIK. Tugas sudah ada di edmodo. Sementara, jawaban Hani di tulis di kertas nanti berikan ke saya Saya pergi dulu. Jangan ramai...” Ucap ibu Tina.

“Baik bu.” Jawab Hani.

Setelah bu Tina keluar. Semua siswa dan siswi mulai mengerjakan tugasnya melalui laptop masing – masing. Sedangkan Galih dia masih sibuk memakan siomay yang dia beli tadi.

Hani menoleh kebelakang untuk meminta bantuan Galih. Tapi Galih malah memanggil Jaelani.

“Jae. Sini duduk sini, Bantuin Hani. Akuk mau makan dulu.” Teriak Galilh.

Tanpa ada penolakan Jaelani langsung melesat ke bangku Hani. Ini kesempatan emas bagi Jaelani untuk berkenalan sekaligus menanyakan hal yang terputus tadi.

Tidak lama kemudian Jaelani sudah sampai dan sudah siap dengan laptopnya.

“Han. Ayo belajar bareng.” Ajak Jaelani.

“Okee.”

“Eh, kita lanjutin yang tadi yah. Beneran kan kamu juga lihat?” Tanya Jaelani.

Hani menatap heran Jaelani. Karena saat ini Jaelani sedang memasang wajah yang serius.

~ Terima kasih, sudah mampir baca~

Terpopuler

Comments

Euis Teuki

Euis Teuki

yang terpuus
maaf author, di paragraf hampir terakhir ada typo.
aku komen tentang typo biar tulisan author lebih bagus lagi

author "wedding dress" mampir nih
aku udah like

2020-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Eps 1 Awal Yang Buruk
3 Eps 2 Teror Nana
4 Eps 3 Interograsi
5 Eps 4 Orang Misterius
6 Eps 5 Perkenalan
7 Eps 6 Della
8 Eps 7 Jaelani.
9 Eps 8 Kabut di siang Hari
10 Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11 Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12 Eps 11 Mati atau bantu aku
13 Eps 12 Di rumah sakit
14 Eps 13 Pembunuh
15 Eps 14 Asalkan bukan mereka
16 Eps 15 Cincin pengikat
17 Eps 16 Bisikan misterius
18 Eps 17 Cincin itu melonggar
19 Eps 18 Della dan Viola
20 Eps 19 Teka teki rumit
21 Eps 20 Pak Wanto
22 Eps 21 Penjaga Hani
23 Eps 22 Masalah demi masalah
24 Eps 23 Siswi yang di kutuk
25 Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26 Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27 Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28 Eps 27 Jaelani kena sial
29 Eps 28 Tidak ada waktu luang
30 Eps 29 Di bengkel motor
31 Eps 30 Lanzo
32 Eps 31 Flashback
33 Eps 32 Flashback (2)
34 Eps 33 Calon pacar
35 Eps 34 Tetes demi tetes
36 Eps 35 Kuteks itu
37 Eps 36 Mengunjungi della
38 Eps 37 Kesurupan
39 Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40 Eps 39 Mimpi della
41 Eps 40 Ternyata itu ada
42 Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43 Eps 42 Jaelani mulai ragu
44 Eps 43 Sebenci itukah?
45 Eps 44 Aku mohon
46 Eps 45 Saling menduga
47 Eps 46 Semacam Ilusi
48 Eps 47 Keluarga siapa?
49 Eps 48 Main petak umpet
50 Eps 49 Diary Hani
51 Maaf
52 Eps 50 Sosok hitam
53 Eps 51 Handoko
54 Eps 52 Kejutan untuk mama
55 Eps 53 Mimpi atau nyata?
56 Eps 54 Obat nyamuk
57 Eps 55 Cinta
58 Eps 56 Terjadi lagi
59 Eps 57 Bisikan misterius
60 Eps 58 Sisi lain
61 Eps 59 Anak pak Wanto
62 Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63 Eps 61 Pengakuan Hani
64 Eps 62 Secepat mungkin
65 Eps 63 JANGAN
66 Eps 64 Belum berakhir
67 Eps 65 Masa berkabung
68 Eps 66 Lebih dekat
69 Eps 67 Percakapan rahasia
70 Eps 68 Hani dalam bahaya
71 Eps 69 Pengakuan pelaku
72 Eps 70 TIDAK
73 EPILOG
74 Tanya dong.
75 Terima kasih
76 Pengumuman
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Eps 1 Awal Yang Buruk
3
Eps 2 Teror Nana
4
Eps 3 Interograsi
5
Eps 4 Orang Misterius
6
Eps 5 Perkenalan
7
Eps 6 Della
8
Eps 7 Jaelani.
9
Eps 8 Kabut di siang Hari
10
Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11
Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12
Eps 11 Mati atau bantu aku
13
Eps 12 Di rumah sakit
14
Eps 13 Pembunuh
15
Eps 14 Asalkan bukan mereka
16
Eps 15 Cincin pengikat
17
Eps 16 Bisikan misterius
18
Eps 17 Cincin itu melonggar
19
Eps 18 Della dan Viola
20
Eps 19 Teka teki rumit
21
Eps 20 Pak Wanto
22
Eps 21 Penjaga Hani
23
Eps 22 Masalah demi masalah
24
Eps 23 Siswi yang di kutuk
25
Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26
Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27
Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28
Eps 27 Jaelani kena sial
29
Eps 28 Tidak ada waktu luang
30
Eps 29 Di bengkel motor
31
Eps 30 Lanzo
32
Eps 31 Flashback
33
Eps 32 Flashback (2)
34
Eps 33 Calon pacar
35
Eps 34 Tetes demi tetes
36
Eps 35 Kuteks itu
37
Eps 36 Mengunjungi della
38
Eps 37 Kesurupan
39
Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40
Eps 39 Mimpi della
41
Eps 40 Ternyata itu ada
42
Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43
Eps 42 Jaelani mulai ragu
44
Eps 43 Sebenci itukah?
45
Eps 44 Aku mohon
46
Eps 45 Saling menduga
47
Eps 46 Semacam Ilusi
48
Eps 47 Keluarga siapa?
49
Eps 48 Main petak umpet
50
Eps 49 Diary Hani
51
Maaf
52
Eps 50 Sosok hitam
53
Eps 51 Handoko
54
Eps 52 Kejutan untuk mama
55
Eps 53 Mimpi atau nyata?
56
Eps 54 Obat nyamuk
57
Eps 55 Cinta
58
Eps 56 Terjadi lagi
59
Eps 57 Bisikan misterius
60
Eps 58 Sisi lain
61
Eps 59 Anak pak Wanto
62
Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63
Eps 61 Pengakuan Hani
64
Eps 62 Secepat mungkin
65
Eps 63 JANGAN
66
Eps 64 Belum berakhir
67
Eps 65 Masa berkabung
68
Eps 66 Lebih dekat
69
Eps 67 Percakapan rahasia
70
Eps 68 Hani dalam bahaya
71
Eps 69 Pengakuan pelaku
72
Eps 70 TIDAK
73
EPILOG
74
Tanya dong.
75
Terima kasih
76
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!