Eps 9 Kesunyian yang mencekam

“Kenapa pak?” Tanya Hani panik.

“Anu mbak. Tadi saya lihat ada siswi menyabrang mendadak mbak.”

“Mana?”

“Itu.” Pak Rian menunjuk ke jalan raya.

“Loh gak ada.” Lanjut pak Rian.

Mata Hani mencari – mari siapa yang di maksud pak Rian. Sedangkan pak Rian menancap gasnya kembali. Kali ini dia mengendarai lebih lambat dari biasanya. Pak Rian masih merasa ketakutan setelah kejadian tadi.

“Tadi mbak. Seragamya sama kayak mbak Hani.” Ucap pak Rian.

“Masak sih pak?.” Hani terkejut.

“Iya mbak.”

“Ah udah lah pak. Santai aja. Kali aja kan dia larinya kayak keretea. Wuzz. Hahaha.” Ucap Hani sambil bercanda.

Pak Rian yang mendengar itu sedikit lega. Dia sedikit terhibur karena ucapannya Hani.

...***...

Di rumah Hani.

Hani di rumah sendirian. Karena kedua orang tuanya biasa pulang setelah jam enam. Jadi mereka hanya bisa berkumpul saat makan malam saja. Hani berjalan pelan – pelan menaiki tangga menuju kamarnya.

“Mbak Hani mau makan apa mbak?” Tanya budhe Inem yang berjalan dari dapur.

“Hah!” Hani terkejut.

“Budhe....!” Lanjutnya kesal.

“Mbak Hani kok jadi gampag kaget sih mbak?”

“Ck, gak kok. Oh iya budhe tadi tanya apa?”

“Mau makan apa mbak?”

“Loh belum masak?”

“Belum mbak. Kan saya baru datang mbak.”

“Kenapa?”

“Saya sekarang setiap siang ke sini, sore pulang mbak. Soalnya mak sama anak saya sakit.”

“O.... Terserah budhe. Pokoknya yang simpel,”

Hani lanjut melangkah menuju kamarya.

Saat membuka pintu. Dia teringat kembali kejadian dua hari yang lalu. Dia menghembuskan napas berat dan melangkah perlahan. Sebelum menutup pintu kamarnya. Hani memeriksa setiap sudut kamarnya. Mengecek keadaan sekitar. Setelah yakin aman. Dia menutup pintunya.

Kemudian dia melempar tas punggungnya ke ranjang, di susul dengan menjatuhkan dirinya juga ke ranjang. Matanya menatap langit – langit kamarnya. Perlahan dia menutup matanya dan membuka matanya juga perlahan.

Saat membuka mata dia merasakan hal aneh. Biasanya sesepi apapun rumahnya. Dia masih bisa mendengar suara jam berdetik.

Tapi ini, dia tidak mendengar apapun. Seakan - akan dia berada di ruangan kedap suara

Hani melirik ke kanan dan ke kiri.

“Hah. Tenang. Ini masih di kamar kok.” Ucap Hani menenagkan diri.

Kemudian dia mengedipkan matanya.

“Aaaaaaa” Teriak Hani.

Dia langsung bangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin mulai bercucuran. Ternyata saat Hani berkedip tadi. Dia melihat seseorang yang gantung diri tepat di atasnya.

“Apan tadi?”

Tok tok tok

“Hah? Buka aja budhe.” Teriak Hani.

Tetapi kenapa budhe gak masuk. Padahal jelas – jelas Hani mendengar suara ketukan pintu.

“Budhe.” Hani memastikan lagi.

Tidak ada jawaban. Hani penasaaran, dan akhirnya dia beranjak dari ranjangnya dan menuju pintu kamarnya. Dia melangkah perlahan.

Ceklek.

Gangang pintu tiba – tiba bergerak. Hani sempat tersentak. Dia menunggu pintu itu terbuka. Ternyata tidak terbuka. Dia melanjutkan langkahnya tadi. Baru dua langkah. Pintu itu mulai terbuka sedikit. Hani mengeser badannya dan mengintip dari celah keci di sana. Tidak terlihat apa apa.

Sampai dekat pintu dia menarik paksa pintunya. Sehingga pintunya terbuka dan menghembuskan udara di depan Hani. Kemudian Hani terjatuh kebelakang. Dia terkejut.

“Budhe.”

“Loh, mbak Hani tidak apa apa?” Tanya budhe Inem sambil membantu Hani berdiri.

“Budhe. Jangan bikin aku kaget dong.” Gerutu Hani.

“Loh saya juga kaget mbak. Tiba – tiba pas saya mau ketuk pintunya. Eh... Pintu terbuka, mana bukanya cepet mbak.”

“Bukanya pintu nya tadi udah kebuka sedikit ya?”

“Enggak tuh mbak. Masih tertutup rapat.” Ucap budhe Inem.

“Monggo mbak. Makan dulu, di bawah oseng tahu sudah jadi.” Lanjutnya sambil berbalik badan akan meninggalkan Hani.

“Tunggu budhe. Ikut.” Ucap Hani sambil menarik lengan budhe Inem dan tangan kirinya menutup pintu dengan membating pintunya.

Hani mencengkram lengan budhe kuat – kuat dan berusaha berjalan sejajar dengan budhe Inem. Dia tidak ingin sendirian sekarang. Dia tidak ingin menemukan hal – hal di luar nalar lagi. Yang dia inginkan sekarang. Bisa makan dengan tenang.

...***...

Di dapur.

“Budhe di sini dulu ya.” Pinta Hani.

“Kenapa mbak?”

“Pokoknya di sini.”

“Iya deh mbak, Saya sambil cuci piring ya mbak.”

“Oke oke. Pokoknya jangan pergi. Kalau sudah selesai duduk di sini saja.” Ucap Hani sambil menepuk kursi di sebelahnya.

Hani memakan makan siangnya dengan lahap. Matanya tidak lepas dari budhe. Dia memilih melihat punggun budhe sambil makan. Dia tidak ingin mengalihkan pandangannya. Dengan melihat budhe dia merasa tidak akan melihat hal – hal mengerikan.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00. Seharusnya sekarang budhe Inem bersiap untuk pulang. Tapi Hani masih menempel ke budhe. Dia tidak mau di tinggal sendirian di rumah.

“Saya harus pulang mbak. Lepasin ya mbak.”

Pinta budhe Inem.

“Gak mau.”

“Ayolah mbak. Kasian mak sama anak saya di rumah.”

“Budhe di sini sampai mama papa pulang aja.”

Hani masih bersikeras mencengkeram lengan budhe Inem. Tubuhnya masih bergelayut di lengan budhe Inem. Namun budhe Inem juga berusaha keras melepas sambil berjalan menuju pintu keluar.

“Mbak Hani kalau takut nongkrong sama pak Herdi aja mbak di depan."

“Oh iya ya.”

Hani langsung melepas cengkramannya dan berlari meninggalkan budhe Inem di rumah. Hani berusaha sebisa mungkin untuk tidak di dalam rumah sendirian.

“Sebenarnya ada apa sih sama mbak Hani?.” Tanya budhe entah kepada siapa.

...***...

Di pos satpam.

“Pak Herdi. Pak Rian.” Teriak Hani mengagetkan pak Herdi dan pak Rian yang ada di depan pos satpam.

“Ada apa mbak?” Tanya pak Rian.

“Tumben mbak datang ke sini.” Ucap pak Herdi.

“Pengen disini boleh?” Tanya Hani.

“Boleh.” Jawab pak Herdi dan pak Rian bersamaan.

“Lagi order makanan mbak kok main kesini?.” Tanya pak Rian lagi.

“Gak pak. Pengen aja.” Jawab Hani.

Pak Herdi dan Pak Rian heran dengan tingkah Hani yang tidak biasa ini. Mereka merasa ada yang aneh dengan Hani. Mereka menatap Hani sangat intens. Tapi Hani pura – pura tidak tau. Dia malah sudah duduk santai menonton TV di dalam pos.

Kemudian budhe Inem datang menghampiri mereka.

“Pulang dulu ya Her, Yan. Titip mbakk Hani. Kayaknya dia ketakutan di rumah sendiri.” Ucap budhe Inem.

“Lah, biasanya kan juga di rumah sendiri.” Ucap pak Herdi.

“Emang di dalam ada apa sih mbak nem.” Tanya pak Rian.

“Gak tau tanya aja sendiri. Duluan yah.”

Budhe Inem pergi meninggalkan mereka bertiga. Pak Herdi dan pak Rian yang penasaran ingin sekali bertanya. Tetapi mereka juga ragu. Takut kalau pertanyaannya nanti menyingung, atau membuat mbak Hani tidak nyaman.

Saat ini Hani memang sedang duduk menghadap TV tetapi di dalam pikirannya masih memikirkan hal – hal aneh yang terjadi padanya.

“Katanya rohnya udah di kurung. Tapi aku tetep aja di ganggu. Apa paranormal itu abal abal?" Pikirnya.

~ Terima kasih, sudah mampir baca~

Terpopuler

Comments

Daratullaila🍒

Daratullaila🍒

hai author aku mampir lagi membawa like, semangat up nya💪
jangan lupa baca episode baru cic
salam dari calon istri ceo☺💖

2020-12-04

1

Euis Teuki

Euis Teuki

mungkin ada roh yang lain

author "wedding dress" mampir nih
aku udah kasih like

2020-11-24

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Eps 1 Awal Yang Buruk
3 Eps 2 Teror Nana
4 Eps 3 Interograsi
5 Eps 4 Orang Misterius
6 Eps 5 Perkenalan
7 Eps 6 Della
8 Eps 7 Jaelani.
9 Eps 8 Kabut di siang Hari
10 Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11 Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12 Eps 11 Mati atau bantu aku
13 Eps 12 Di rumah sakit
14 Eps 13 Pembunuh
15 Eps 14 Asalkan bukan mereka
16 Eps 15 Cincin pengikat
17 Eps 16 Bisikan misterius
18 Eps 17 Cincin itu melonggar
19 Eps 18 Della dan Viola
20 Eps 19 Teka teki rumit
21 Eps 20 Pak Wanto
22 Eps 21 Penjaga Hani
23 Eps 22 Masalah demi masalah
24 Eps 23 Siswi yang di kutuk
25 Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26 Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27 Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28 Eps 27 Jaelani kena sial
29 Eps 28 Tidak ada waktu luang
30 Eps 29 Di bengkel motor
31 Eps 30 Lanzo
32 Eps 31 Flashback
33 Eps 32 Flashback (2)
34 Eps 33 Calon pacar
35 Eps 34 Tetes demi tetes
36 Eps 35 Kuteks itu
37 Eps 36 Mengunjungi della
38 Eps 37 Kesurupan
39 Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40 Eps 39 Mimpi della
41 Eps 40 Ternyata itu ada
42 Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43 Eps 42 Jaelani mulai ragu
44 Eps 43 Sebenci itukah?
45 Eps 44 Aku mohon
46 Eps 45 Saling menduga
47 Eps 46 Semacam Ilusi
48 Eps 47 Keluarga siapa?
49 Eps 48 Main petak umpet
50 Eps 49 Diary Hani
51 Maaf
52 Eps 50 Sosok hitam
53 Eps 51 Handoko
54 Eps 52 Kejutan untuk mama
55 Eps 53 Mimpi atau nyata?
56 Eps 54 Obat nyamuk
57 Eps 55 Cinta
58 Eps 56 Terjadi lagi
59 Eps 57 Bisikan misterius
60 Eps 58 Sisi lain
61 Eps 59 Anak pak Wanto
62 Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63 Eps 61 Pengakuan Hani
64 Eps 62 Secepat mungkin
65 Eps 63 JANGAN
66 Eps 64 Belum berakhir
67 Eps 65 Masa berkabung
68 Eps 66 Lebih dekat
69 Eps 67 Percakapan rahasia
70 Eps 68 Hani dalam bahaya
71 Eps 69 Pengakuan pelaku
72 Eps 70 TIDAK
73 EPILOG
74 Tanya dong.
75 Terima kasih
76 Pengumuman
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Eps 1 Awal Yang Buruk
3
Eps 2 Teror Nana
4
Eps 3 Interograsi
5
Eps 4 Orang Misterius
6
Eps 5 Perkenalan
7
Eps 6 Della
8
Eps 7 Jaelani.
9
Eps 8 Kabut di siang Hari
10
Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11
Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12
Eps 11 Mati atau bantu aku
13
Eps 12 Di rumah sakit
14
Eps 13 Pembunuh
15
Eps 14 Asalkan bukan mereka
16
Eps 15 Cincin pengikat
17
Eps 16 Bisikan misterius
18
Eps 17 Cincin itu melonggar
19
Eps 18 Della dan Viola
20
Eps 19 Teka teki rumit
21
Eps 20 Pak Wanto
22
Eps 21 Penjaga Hani
23
Eps 22 Masalah demi masalah
24
Eps 23 Siswi yang di kutuk
25
Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26
Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27
Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28
Eps 27 Jaelani kena sial
29
Eps 28 Tidak ada waktu luang
30
Eps 29 Di bengkel motor
31
Eps 30 Lanzo
32
Eps 31 Flashback
33
Eps 32 Flashback (2)
34
Eps 33 Calon pacar
35
Eps 34 Tetes demi tetes
36
Eps 35 Kuteks itu
37
Eps 36 Mengunjungi della
38
Eps 37 Kesurupan
39
Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40
Eps 39 Mimpi della
41
Eps 40 Ternyata itu ada
42
Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43
Eps 42 Jaelani mulai ragu
44
Eps 43 Sebenci itukah?
45
Eps 44 Aku mohon
46
Eps 45 Saling menduga
47
Eps 46 Semacam Ilusi
48
Eps 47 Keluarga siapa?
49
Eps 48 Main petak umpet
50
Eps 49 Diary Hani
51
Maaf
52
Eps 50 Sosok hitam
53
Eps 51 Handoko
54
Eps 52 Kejutan untuk mama
55
Eps 53 Mimpi atau nyata?
56
Eps 54 Obat nyamuk
57
Eps 55 Cinta
58
Eps 56 Terjadi lagi
59
Eps 57 Bisikan misterius
60
Eps 58 Sisi lain
61
Eps 59 Anak pak Wanto
62
Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63
Eps 61 Pengakuan Hani
64
Eps 62 Secepat mungkin
65
Eps 63 JANGAN
66
Eps 64 Belum berakhir
67
Eps 65 Masa berkabung
68
Eps 66 Lebih dekat
69
Eps 67 Percakapan rahasia
70
Eps 68 Hani dalam bahaya
71
Eps 69 Pengakuan pelaku
72
Eps 70 TIDAK
73
EPILOG
74
Tanya dong.
75
Terima kasih
76
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!