Eps 11 Mati atau bantu aku

Di kamar Hani.

Hani merasakan bahwa ada yang sedang menggosok telapak kakinya. Hidungnya mencium aroma minyak kayu putih. Perlahan dia membuka matanya. Untuk pertama kalinya pandangannya masih kabur, tetapi sosok yang muncul lagi – lagi perempuan yang bercucuran darah tadi. Sontak dia membuka matanya lebar – lebar.

“Mbak Hani. Sadar mbak.” Ucap pak Rian.

“Kenapa kenapa?” Tanya budhe Inem panik.

“Aku kaget mbak. Tiba – tiba mbak Hani melotot.” Ucap pak Rian.

Budhe Inem yang tadi masih menggosokan minyak kayu putih ke telapak kaki Hani langsung berdiri melihat keadaan Hani. Benar Hani saat ini sedang melotot.

“Mbak... mbak sadar mbak. Aduh mbak.” Budhe Inem panik.

Budhe Inem berusaha menggoyang – goyangkan tubuh Hani dengan kencang. Kemudian Hani mengedipkan matanya.

“Syukurlah.”

“Budhe?!” Panggil Hani.

“Mbak Hani kenapa? Tadi kok melotot?”

“Melotot?” Tanya Hani.

“Iya mbak, Tadi melotot kira – kira sampai lima menit kali mbak.”

Hani heran. Dia merasa dia hanya terkejut karena melihat sosok perempuan itu. Tapi itu tidak sampai lima menit.

“Aduh!..” Rintih Hani.

“Jangan di pegang mbak, masih di kompres itu.” Ucap budhe Inem sambil mengompres kening Hani.

“Budhe kok kesini?”

“Iya. Soalnya kata pak Rian ada keadaan gawat. Ya saya kesini sama anak saya.”

“Terus dimana anaknya?” Tanya Hani.

“Di luar mbak. Di pos satpam sama pak Herdi. Gak mau masuk. Takut katanya.”

“Takut?” Gumam Hani.

Drrt Drtt Drtt.

Suara telepon rumah berbunyi. Pak Rian langsung turun dan mengangkat telephonenya. Budhe masih di kamar Hani. Mengompres kening sambil mengipas – ngipas Hani.

Tidak lama kemudian. Pak Rian datang sambil berlari. Terlihat jika dia sangat tergesa – gesa dan panik. Napasnya masih terenggah – enggah tapi dia memaksan diri untuk bicara.

“Huh. Mbak... Ha...Ni. Gawat... Bapak sama ibu di rumah sakit.” Ucap pak Rian terbata – bata.

“Apa?” Hani berteriak.

Tanpa berpikir panjang Hani langsung langsung bangun dari tidurnya. Mengambil tas, dompet dan ponselnya. Dia meminta pak Rian mengantarnya ke rumah sakit segera. Dia juga meminta budhe untuk pulang saja. Dia yakin di temani pak Rian saja sudah cukup.

Sebenarnya Hani menawarkan tumpangan untuk budhe Inem pulang. Namun entah kenapa anak budhe Inem tidak mau berdekatan dengan Hani. Akhirnya Hani hanya memberikan ongkos transport ke budhe Inem dan bergegas ke rumah sakit.

...***...

Di rumah sakit.

Hani langsung turun di depan UGD. Hani meminta pak Rian untuk menyusulnya setelah memparkirkan mobilnya.

Hani berlari kecil meuju suster yang sedang berjaga di depan UGD.

“Mbak apakah benar ada pasien kecelakaan mobil suami istri?” Tanya Hani.

“Oh ada pasien baru saja masuk mbak, Namanya Ratih dan Beni.” Jawab suster.

“Oh gimana keadaannya sekarang?”

“Mbak keluarganya?”

“Iya.”

“Saat ini masih di tangani tim medis, Harap menuju resepsionist untuk mengurus administrasinya.” Ucap suster.

Suster itu juga memberikan arahan dimana tempat resepsionist. Saat Hani bebalik kebetulan pak Rian sudah ada di ambang pintu. Hani langsung menghampiri dan meminta untuk pak Rian tinggal di ruang tunggu UGD sementara Hani mengurus administrasinya.

Hani membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk menyelesaikan administrasinya. Kemudian dia langsung kembali ke ruang tunggu UGD.

Sampai di sana pak Rian masih duduk sambil memainkan ponsel dengan di putar- putar.

“Pak Rian.” Panggil Hani.

Pak Rian pun berdiri menymbut Hani yang sedang berlari kecil menghampiri dia.

“Udah ada kabar pak?" Tanya Hani sambil terenggah – enggah.

“Belum mbak.”

Pak Rian mempersilahkan Hani untuk duduk terlebih dahulu. Kemudian dia akan pergi membeli minum untuk Hani. Namun baru tiga langkah. Lampu UGD mati dan pintu terbuka.

Pak Rian tidak jadi pergi meninggalkan Hani.

“Keluarga bapak Beni dan ibu Ratih?” Tanya dokter.

“Saya pak.” Sahut Hani langsung menghampiri.

“Syukurlah operasi lancar. Sekarang mereka bisa di pindahkan ke kamar biasa. Namun masih butuh pemantauan khusus. Sudah menyelesaikan administrasinya?”

“Sudah.” Ucap Hani sambil memberikan selembar kertas ke dokter.

Kemudian dokter memberikan kertas itu ke suster di belakangnya. Lalu mereka semua membawa papa dan mamah Hani keluar dari ruang UGD menuju kamar rawat inap. Hani dan pak Rian mengekor di belakang mereka.

...***...

Di kamar rawat inap VIP.

Semua sudah berada di tempatnya masing – masing. Pak Rian duduk di sofa. Sedangkan Hani duduk di antara dua ranjang papa dan mamahnya. Hani menyenderkan kepalanya yang terasa sangat berat di kursi dan memejamkan matanya.

Saat mengejamkan matanya, Hani merasa bahwa ada sesorang yang sedang di sampingnya. Kemudian dia membuka matanya, tetapi tidak ada siapa siap di sana.

Lagi – lagi udara di sini menjadi sangat dingin. padahal dia berada di ruangan berAC dengan temperatur standart. Bola mata Hani berputar mengecek setiap sudut ruangan itu. Lagi – lagi dia memastikan bahwa arwah itu tidak ada di sini.

“Aku hanya membuat mereka celaka. Jadi, bantu aku.” Terdengar suara gema

perempuan yang tidak asing baginya.

“Atau, orang tersayang mu dan orang terdekatmu satu persatu akan mati.” Lanjutnya.

“Haaaaah.” Hani menarik napas panjang dan membuka matanya lebar – lebar.

Napasnya terenggah – enggah lagi. Jantungnya juga berdebar kencang. Dia melirik ke arah sofa. Memastikan pak Rian masih di sana.

“Cuma mimpi.” Gumamnya.

Hani sangat haus. Dia ingin membeli minum di kantin, namun dia takut jika tiba – tiba arwah itu menyerangnya di rumah sakit yang sedang sepi ini. Akhirnya dia berencana meminta tolong ke pak Rian untuk di belikan air minun, tapi dia tidak berani di tinggal di sini sendirian. Keputusan terakhir dia menahan dahaganya sampai pagi. Setidaknya sampai lorong rumah sakit mulai ramai orang.

...***...

Pagi hari.

Papa dan mama Hani masih belum bangun dari tidurnya. Hani berjalan keluar mengecek apakah lorong rumah sakit sudah ramai. Ternyata benar sudah ramai. Bahkan para suster sudah mulai berjalan dengan trolly mereka.

“Akhirnya bisa keluar.” Ucap Hani lega.

Hani kembali kedalam dan memabangunkan pak Rian. Namun dia tidak tega melihat pak Rian yang masih terlelap. Akhirnya dia keluar tanpa ijin pak Rian.

Hani berjalan pelan sambil mencari suster yang sedang bertugas untuk di tanyai dimana kantin berada.

“Oh permisi sus. Kantin dimana ya?” Tanya Hani.

“Ada di bawah mbak. Mbaknya lurus aja sampai lift itu. Nanti keluar lift belok kiri terus kanan.” Jawab suster sambil tersenyum.

“Yang di lantai tiga gak ada sus?.”

“Masih belum buka mbak. Yang sudah buka di lantai satu. Kantin lantai satu dua puluh empat jam.”

“Oke deh. Terima kasih.”

“Sama – sama.”

Hani melanjutkan langkahnya sesuai arahan suster.

Saat masuk di lift. Di dalam hanya ada Hani saja. Tiba – tiba lift bergoyang. Lampunya juga mati.

“Jangan lagi deh.” Ucapnya lirih.

Saat lampu kembali menyala normal di depannya ada tulisan “Bagaimana? Mati atau bantu aku?.” Lagi – lagi di barengi dengan bau menyengat cairan kuteks.

“Udah cukup. Aku gak ganggu kamu. Tapi kenapa kamu ganggu aku sih.” Teriak Hani.

Lalu, pintu lift terbuka. Hani bergegas keluar.

Bruk!!!

Hani menabrak sesuatu, dia langsung tersungkur ke lantai.

“Maaf... maaf... maaf..” Ucap Hani.

Kluk!!

Ada sebuah botol kuteks jatuh di hadapannya. Matanya mulai sedikit melotot dan perlahan dia mendogak ke atas. Matanya mulai melebar da keringat dingin mulai bercucuran. Ternyata dia sedang melihat....

~ Terima kasih, sudah mampir baca~

Terpopuler

Comments

Veronika Terni

Veronika Terni

ini hantu kok jahat banget.pakai maksa 2 lagi dan berusaha mencelakai orang

2022-06-17

1

senja

senja

salah kan ya, dia dendam bukan gentayangan ke pembunuh malah orang gak bersalah dicelakain. dia melakukan hal yg dulu dilakukan pembunuh, mencelakai

2022-04-02

0

Euis Teuki

Euis Teuki

melihat apaan itu?
author paling bisa nih bikin penasaran

author "wedding dress" mampir nih
aku udah like

2020-11-24

3

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Eps 1 Awal Yang Buruk
3 Eps 2 Teror Nana
4 Eps 3 Interograsi
5 Eps 4 Orang Misterius
6 Eps 5 Perkenalan
7 Eps 6 Della
8 Eps 7 Jaelani.
9 Eps 8 Kabut di siang Hari
10 Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11 Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12 Eps 11 Mati atau bantu aku
13 Eps 12 Di rumah sakit
14 Eps 13 Pembunuh
15 Eps 14 Asalkan bukan mereka
16 Eps 15 Cincin pengikat
17 Eps 16 Bisikan misterius
18 Eps 17 Cincin itu melonggar
19 Eps 18 Della dan Viola
20 Eps 19 Teka teki rumit
21 Eps 20 Pak Wanto
22 Eps 21 Penjaga Hani
23 Eps 22 Masalah demi masalah
24 Eps 23 Siswi yang di kutuk
25 Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26 Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27 Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28 Eps 27 Jaelani kena sial
29 Eps 28 Tidak ada waktu luang
30 Eps 29 Di bengkel motor
31 Eps 30 Lanzo
32 Eps 31 Flashback
33 Eps 32 Flashback (2)
34 Eps 33 Calon pacar
35 Eps 34 Tetes demi tetes
36 Eps 35 Kuteks itu
37 Eps 36 Mengunjungi della
38 Eps 37 Kesurupan
39 Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40 Eps 39 Mimpi della
41 Eps 40 Ternyata itu ada
42 Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43 Eps 42 Jaelani mulai ragu
44 Eps 43 Sebenci itukah?
45 Eps 44 Aku mohon
46 Eps 45 Saling menduga
47 Eps 46 Semacam Ilusi
48 Eps 47 Keluarga siapa?
49 Eps 48 Main petak umpet
50 Eps 49 Diary Hani
51 Maaf
52 Eps 50 Sosok hitam
53 Eps 51 Handoko
54 Eps 52 Kejutan untuk mama
55 Eps 53 Mimpi atau nyata?
56 Eps 54 Obat nyamuk
57 Eps 55 Cinta
58 Eps 56 Terjadi lagi
59 Eps 57 Bisikan misterius
60 Eps 58 Sisi lain
61 Eps 59 Anak pak Wanto
62 Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63 Eps 61 Pengakuan Hani
64 Eps 62 Secepat mungkin
65 Eps 63 JANGAN
66 Eps 64 Belum berakhir
67 Eps 65 Masa berkabung
68 Eps 66 Lebih dekat
69 Eps 67 Percakapan rahasia
70 Eps 68 Hani dalam bahaya
71 Eps 69 Pengakuan pelaku
72 Eps 70 TIDAK
73 EPILOG
74 Tanya dong.
75 Terima kasih
76 Pengumuman
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Eps 1 Awal Yang Buruk
3
Eps 2 Teror Nana
4
Eps 3 Interograsi
5
Eps 4 Orang Misterius
6
Eps 5 Perkenalan
7
Eps 6 Della
8
Eps 7 Jaelani.
9
Eps 8 Kabut di siang Hari
10
Eps 9 Kesunyian yang mencekam
11
Eps 10 Kesunyian yang mencekam (2)
12
Eps 11 Mati atau bantu aku
13
Eps 12 Di rumah sakit
14
Eps 13 Pembunuh
15
Eps 14 Asalkan bukan mereka
16
Eps 15 Cincin pengikat
17
Eps 16 Bisikan misterius
18
Eps 17 Cincin itu melonggar
19
Eps 18 Della dan Viola
20
Eps 19 Teka teki rumit
21
Eps 20 Pak Wanto
22
Eps 21 Penjaga Hani
23
Eps 22 Masalah demi masalah
24
Eps 23 Siswi yang di kutuk
25
Eps 24 Siswi yang di kutuk (2)
26
Eps 25 Sehari bersama Jaelani
27
Eps 26 Sehari bersama Jaelani (2)
28
Eps 27 Jaelani kena sial
29
Eps 28 Tidak ada waktu luang
30
Eps 29 Di bengkel motor
31
Eps 30 Lanzo
32
Eps 31 Flashback
33
Eps 32 Flashback (2)
34
Eps 33 Calon pacar
35
Eps 34 Tetes demi tetes
36
Eps 35 Kuteks itu
37
Eps 36 Mengunjungi della
38
Eps 37 Kesurupan
39
Eps 38 Tenggelam dalam pikiran
40
Eps 39 Mimpi della
41
Eps 40 Ternyata itu ada
42
Eps 41 Ketika anak SMA merengek
43
Eps 42 Jaelani mulai ragu
44
Eps 43 Sebenci itukah?
45
Eps 44 Aku mohon
46
Eps 45 Saling menduga
47
Eps 46 Semacam Ilusi
48
Eps 47 Keluarga siapa?
49
Eps 48 Main petak umpet
50
Eps 49 Diary Hani
51
Maaf
52
Eps 50 Sosok hitam
53
Eps 51 Handoko
54
Eps 52 Kejutan untuk mama
55
Eps 53 Mimpi atau nyata?
56
Eps 54 Obat nyamuk
57
Eps 55 Cinta
58
Eps 56 Terjadi lagi
59
Eps 57 Bisikan misterius
60
Eps 58 Sisi lain
61
Eps 59 Anak pak Wanto
62
Eps 60 Di rumah sakit jiwa
63
Eps 61 Pengakuan Hani
64
Eps 62 Secepat mungkin
65
Eps 63 JANGAN
66
Eps 64 Belum berakhir
67
Eps 65 Masa berkabung
68
Eps 66 Lebih dekat
69
Eps 67 Percakapan rahasia
70
Eps 68 Hani dalam bahaya
71
Eps 69 Pengakuan pelaku
72
Eps 70 TIDAK
73
EPILOG
74
Tanya dong.
75
Terima kasih
76
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!