“Kamu pergi!!!”
“Hah?” Hani terkejut.
Tiba – tiba dia melihat ada bayangan hitam besar di belakang Della.
“Jangan ganggu aku! Pergi!!!”
Della berteriak sekencang – kencangnya.
Viola mengetaui itu langsung memeluk erat Della. Entah kenapa Della menutup telinganya erat – erat.
Saat ini semua mata tertuju ke Hani. Mereka menatap heran kecuali Jaelani. Melihat Hani yang kesakitan dan ketakutan karena di terjatuh dan di tatap tajam oleh teman temannya. Jaelani dengan sigap menutup kepala Hani dengan jaketnya yang belum sempat dia lepas tadi.
“Biasa aja dong matanya!” Bentak Jaelani ke orang yang mengerumuni Hani.
“Kenapa sih kamu Jae? kita biasa aja kali. Kamu aja yang...” Ucap salah satu siswi.
“Udah udah, bubar.” Ucap Galih.
Jaelani membantu Hani berdiri, masih dengan kepala di tutupi jaket Jaelani. Sedangkan Galih sibuk membubarkan teman – temannya.
“Bawa dia ke bangku mu!” Perintah Galih ke Jaelani.
“Vio, bawa Della ke UKS sekarang.” Perintah Galih ke Viola.
Viola hanya mengangguk dan memapah Della. Galih mengikuti Viola dan Della dari belakang mengekor.
Di bangku Jaelani....
Hani menangis tersedu, dia masih syok dengan apa yang dia alami barusan. Sedangkan Jaelani ingin sekali menepuk – nepuk Hani. Tapi dia masih takut, jika tiba – tiba Hani membantingnya lagi. Akhirnya dia hanya bisa duduk dan memandangnya.
Situasi kelas ini masih tidak kondusif. Semua mata masih tertuju ke arah Hani. Ada yang melihat terang – terangan dan ada juga yang melirik. Mereka juga berbisik dengan kelompoknya masing – masing.
Bahkan siswi yang duduk di depan Hani, hanya diam saja tidak menoleh sedikitpun ke belakang. Jaelani bingung dia tidak bisa berbuat apa – apa.
Kring... Kring... Kring...
Bel masuk berbunyi. Galih dan Viola masih belum kembali, Hani masih menangis.
Harusnya saat ini jam pelajaran matematika, tetapi yang datang malah pak Tony wali kelas mereka. Namun, pak Tony datang langsung berjalan menuju Hani.
“Hani... kamu gak apa – apa?” Tanya pak Tony.
Hani masih belum bisa menjawab.
Kemudian pak Tony menatap Jaelani. Tangannya memberi kode, agar Jaelani mendekat ke pak Tony.
“Jae, bapak pesan sama kamu. Tolong kamu dan teman – teman jangan ganggu Hani ya? Kalau dia tidur di kelas biarkan. Asalkan dia tidak menggangu, paham?” Jelas pak Tony.
“Iya pak.”
Pak Tony merasa kasihan musibah yang menimpa Hani. Apalagi keadaan sekolah ini tidak kondusif terutama keadaan Della.
Setelah itu pak Tony pergi ke depan kelas dan berdiri disana. Lagi – lagi tangan pak Tony memberikan isyarat untuk semuanya agar diam tidak membuat kericuhan. Bukan tanpa alasan, saat ini situasi sekolah sedang tidak bisa di kontrol terutama kelas Hani.
Rasanya setiap hari ada saja masalah yang terjadi menimpa kelas itu. Bahkan belum ada satu minggu dari hari kejadian. Kelas Hani sudah di cap kelas terkutuk. Tidak jarang siswa siswi kelas lain tidak mau berurusan dengan siswa siswi kelas Hani. Mereka takut terkena imbas dari kejadian beberapa hari yang lalu.
...***...
Di UKS.
Della masih menutup telinganya, dia juga menolak duduk Ranjang UKS. Dia masih berdiri tegap di tengah jalan. Viola juga tidak sanggup menenangkan dan membujuk Della. Tidak lama kemudian, ada psikolog sekolah datang lengkap dengan tas yang masih di cangklong.
“Ada apa ini? Saya baru datang langsung di suruh ke sini?” Tanya wanita itu.
Kemudian salah satu guru lainnya menjelaskan keadaan yang terjadi. Psikolog itu mengangguk paham. Perlahan dia mencoba mendekati Hani. Degan susah payah dia membujuk Della agar dia mau duduk.
Tiga puluh menit waktu yang di butuhkan. Della akhirnya mau duduk, dan masih di tempat sama. Kemudian wanita itu memerintahkan, agar semua orang menunggu di luar UKS. Setelah ruangan itu sepi. Dengan sabar dan halus wanita itu berkata.
“Della... Kamu bisa, cerita sama ibu sekarang. Lihat sudah tidak ada orang, kecuali kita berdua.”
Lalu, Dela memeriksa ruangan itu, memastikan benar – benar tidak ada orang di sana. Setelah yakin dia mulai bercerita.
“B-Begini bu, tadi waktu aku duduk itu. Entah kenapa tiba – tiba aku mendengar kayak ada orang berantem gitu loh bu. Tapi aku cek di kelas gak ada yang berantem. Terus pas aku lihat anak baru itu. Suaranya makin kencang bu. Aku sebel bu dengerinnya. Terus aku dorong anak baru itu.” Jelas Della.
“Jadi, kamu itu dorong anak baru itu karena kamu merasa risih gitu?” Tanya wanita itu.
“Gak tau. Pokoknya aku sebel aja sama dia. Kalau aku di dekat dia rasanya di telinga kayak ada orang yang lagi berantem tapi bisik bisik bu.” Jawab Della, kemudian dia meneteskan air mata.
Setelah memahami keadaan Della. Wanita itu membujuk Della untuk tidur di ranjang. Lagi – lagi, Della menolak. Kemudian wanita itu beranjak keluar, tetapi Della memegang tanggannya erat.
“Jangan tinggalin aku senidiri bu. Takut!”
Akhirnya wanita itu tidak jadi pergi dan mengeluarkan phonselnya.
Tidak lama kemudian Viola masuk. Wanita itu menyuruh Viola duduk di hadapan Della. Setelah merasa keadaan aman, dia pergi.
Di depan UKS
“Menurut diagnosa saya sepertinya Della mengalami Skizofernia yaitu gangguan jiwa yang membuat pegidapnya mengalami halusinasi. Karena dia bilang tadi seperti mendengar bisikan – bisikan padahal dia sedang berada di tempat keramaian. Ini perlu penangan lanjut. Lebih baik kita bicarakan dengan orang tuanya.” Jelas wanita itu.
“Baik.” Ucap pak Tony.
“Oh iya bagaimana keadaan anak yang di dorongnya tadi?”
“O... Dia tadi menangis tersedu. Dia seperti ketakutan.” Jawab pak Tony.
“Bisa bantu saya untuk membawa anak itu ke ruang BK pak?” Pinta wanita itu.
Pak tony mengangguk dan langsung bergegas ke kelas.
Di dalam kelas.
Hani masih sesenggukan, perasaannya saat ini tidak karuan antara malu, dan takut campur menjadi satu. Sedangkan Jaelani hanya bisa melirik Hani memastikan dia dalam keadaan tidak membahayakan dirinya sendiri.
Tok tok tok.
Pak Tony mengetuk pintu. Guru matematika itu memberi ijin masuk. Pak Tony langsung menuju bangku Hani. Membujuknya untuk ikut ke ruangan BK. Hani pun setuju, dia pergi ke ruang BK bersama pak Tony.
Sebenarnya Jaelani khawatir, dia ingin ikut. Tapi dia sadar kalau dia tidak mungkin bisa pergi.
Di ruang BK.
Hani duduk berhadapan dengan wanita psikolog tadi. Lagi – lagi dengan sabar dan lemah lembut wanita itu bertanya.
“Kamu kenapa?” Tanya wanita itu.
Hani masih terdiam.
“Kamu bisa cerita ke ibu. Mungkin ibu bisa batu masalah kamu.” Ucap wanita itu meyakinkan Hani.
Tidak lama kemudian Hani mulai berbicara sambil sesenggukan.
“Tadi aku tiba – tiba di dorong bu. Aku gak tau kesalahanku bu.” Jelas Hani.
“Hmmm... Iya iya ibu paham.”
“Terus kenapa kamu menangis?” Tanya wanita itu lagi.
“Takut bu.”
“Takut? Takut kenapa?.”
“Takut sama....”
“Hmmm? Gak apa – apa, jangan takut.”
“Ibu guru percaya gak ya kalau aku bilang ada bayangan di belakang Della?” Pikir Hani.
“Hani... Jangan takut nak, gak apa – apa kok. Hmm?.”
Hani menghembuskan napas berat.
“Aku takut....”
~ Terima kasih, sudah mampir baca~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
senja
typo! mendekati Della bukan Hani!
2022-04-02
0
Euis Teuki
terkadang sulit berbicara tentang makhluk halus sama orang biasa
hani yang sabar ya
author "wedding dress" mampir nih
aku udah kasih like
2020-11-25
1