Saat Hani merasakan angin dingin berhembus ke arahnya membuat bulu kuduknya berdiri, serta pundaknya yang terasa lebih berat. Membuatnya semakin tidak nyaman. Tiba – tiba ada yang menepuk pundaknya. Reflek Hani langsung membanting orang yang menepuk pundaknya dengan gerakan bela diri.
“Argh!!!”Rintih anak laki – laki yang terjungkal itu.
Tindakan Hani itu cukup mengundang banyak perhatian. Tak terkecuali polisi di sana. Semua orang memandang ke arah Hani.
“Ada apa itu?” Teriak salah satu polisi yang sedang berjaga di depan garis polisi.
“Jae, kamu gak papa kan?” Ucap seorang sekaligus membantu anak laki – laki itu berdiri.
“Eh, maaf ya. Reflek tadi.” Ucap Hani dengan sedikit gemetar.
Mama Hani yang mendengar suara Hani langsung berlari kecil menuju Hani. Dia dengan sedikit kesusahan karena berdesakan dengan orang lain yang mengerumuni Hani.
“Ada apa Han?” Tanya Ratih, Mama Hani cemas.
“Anu... Ma tadi aku gak sengaja banting dia ma. Aku reflek ma,” Jelasnya.
“Kamu kenapa sih han?” Bisik mama Hani.
“Maaf semua, ini hanya kesalahan kecil. Maaf sekali lagi. Sini nak, menepi dulu. Saya belikan minum ayo nak.”
Mama Hani mengandeng tangan seorang siswa yang tidak sengaja di banting oleh Hani tadi. Menariknya pelan keluar dari kerumunan. Hani hanya bisa berjalan mengekor mamanya sambil menundukkan kepalanya, karena malu.
“Sini nak duduk dulu ya. Saya belikan minuman dulu. Hani kamu di sini temani dia di sini ya.” Perintah Ratih, mama Hani.
“Iya ma.”
Mama Hani pergi berlalu meninggalkan mereka. Dia menyabrang menuju toko kelontong di sebrang jalan sekolah.
Hani hanya berdiam diri di depan anak laki – laki yang dia banting tadi. Suasana sangat canggung saat itu. Hanya terdengar suara motor, mobil lalu lalang dan juga suara sirine yang menggelegar.
“Maaf ya, beneran tadi aku reflek.” Ucap Hani tiba – tiba.
“Iya gak papa kok.” Jawab siswa itu santai.
“Anak baru ya?” Lanjutnya.
“Iya.”
“Jaelani, Biasa di panggil Jae.”
“Hmm?” Hani terlihat bingung dan mengerutkan keningnya.
Siswa itu hanya tersenyum melihat Hani yang kebingungan.
Tidak lama kemudian, mama Hani datang lengkap dengan dua botol minuman mineral di tangannya. Dia memberikan salah satu botol itu ke Hani. Satunya dia buka penutup botolnya dan memberikannya kepada Siswa itu.
“Ini nak, di minum dulu.”
“Terima kasih tante.”
Mama Hani tersenyum. Siswa itu meminumnya seteguk, kemudian menutup kembali.
“Saya permisi dulu tante.” Ucapnya.
“Loh, istirahat dulu disini ya. Kenapa sih kok buru – buru. Beneran udah gak apa - apa?” Tanya Ratih, Mama Hani khawatir.
“Iya gak papa tante, saya permisi.” Siswa itu langsung beranjak pergi setelah berpamitan dengan Mama Hani.
Sekarang di sana hanya ada Hani dan Mamanya. Mama Hani menatap anaknya heran.
“Kamu kenapa Han?”
“Hmmm. Tadi mah, aku merinding gitu, terus pundak aku rasanya berat ma. Tiba – tiba anak tadi menepuk pundakku. Aku reflek ma, aku banting dia.” Jelas Hani.
Mama Hani menghembuskan nafas berat. Dia tersenyum tipis mendengar penjelasan anak semata wayangnya itu. Mama Hani hanya bisa pasrah saat itu, dia paham situasi Hani, karena Hani memiliki sixth sense, dia sering merasa terancam tiba – tiba. Kemampuan itu baru saja dia dapatkan. Dia masih belum bisa membedakan mana situasi yang berbahaya karena ulah manusia, atau berbahaya karena ulah makhluk halus.
"Hani sayang, anak mama. Lain kali, kamu harus bisa baca situasi. Pokoknya kamu hati – hati ya pakai ilmu beladiri itu.” Ucap Mama Hani sambil mengelus rambut Hani.
Hani hanya bisa mengangguk pasrah. Hani merasa tidak salah melakukan hal itu. Karena pada saat itu, dia merasa kalau dirinya sedang terancam. Perasaanya tidak enak, seakan akan ada orang yang terus memperhatikan dia. Bahkan, sampai siswa itu pergi, dia merasa tetap di awasi entah oleh siapa.
“Oh ya Han. Kata wakil kepala sekolah tadi. Sekolah di liburkan tiga hari. Sekolah di tutup sementara untuk penyelidikan.”
“Tuh kan bener mah. Libur.” Ucap Hani semangat.
Mama Hani hanya tersenyum tipis melihat anaknya itu. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk memanggil taksi online melalui aplikasi.
Lima menit kemudian, mobil berwarna putih datang dan berhenti tepat di depan Hani dan mamahnya. Kaca mobilnya perlahan turun.
“Dengan ibu Ratih?”Tanya sopir taksi.
“Iya, benar. Tolong antar anak saya ya pak. Sesuai aplikasi alamatnya.”
“Baik ibu.”
“Kamu pulang sendiri ya Han. Mama sama papa langsung berangkat kerja.”
“Siap ma.” Ucap hani sambil mengulurkan tangannya.
Mama Hani menyambut uluran tangan Hani. Hani langsung mencium punggung tangan mamanya. Kemudian, dia masuk ke dalam mobil.
Tidak butuh waktu lama, mobil langsung melaju meninggalkan area sekolah. Namun berjalannya lambat, karena arus lalu lintas yang macet karena kejadian di sekolah itu.
Hani menatap keluar jendela, melihat banyak siswa siswi serta orang yang berkumpul di sekitar sekolah. Orang – orang sedang sibuk dengan ponselnya. Sibuk untuk merekam video keadaan sekolah saat ini. Hani hanya menggeleng melihat kejadian itu.
Pundak Hani kembali terasa berat. Dia memijit pelan pundaknya, sambil memutar ringan kepalanya ke kanan dan kekiri.
Pak supir yang memperhatikan Hani dari sepion pun berkata.
“Penggel dek badannya?”
“Iya nih pak.”
“Kayaknya pegelnya bakal lama deh, dek. Soalnya....” Lanjutnya.
“Hah?”
Pak sopir terdiam sejenak, kemudian dia melanjutkan kalimatnya.
“Macet dek, jadi sampainya lama.”
“Oh.... Iya pak. Macet banget kayaknya.” Jawab Hani.
“Iya, soalnya ini lingkungan sekolah. Wajar kalau macet. Orang hari biasa aja macet dek, apalagi ada kejadian ini. Tambah macet.”
“Hmmm.”
Hani masih merasakan tidak nyaman di pundaknya. Punggungnya pun juga lama – lama terasa semakin hangat. Padahal saat ini dia berada di sebuah mobil ber AC.
Dua puluh menit kemudian.
Hani sudah sampai di depan rumahnya. Di turun dari mobil.
“Terima kasih pak.” Ucapnya.
“Hati – hati ya dek.” Sahut pak sopir.
“I- iya.”
Hani menutup pintu mobil taksi itu, dan berjalan menuju gerbang rumahnya. Gerbang rumahnya sanggat tinggi. Rumahnya sangat mewah, berlantai dua dengan tipe modern.
Hani menekan bel di tembok yang menjorok ke dalam di tembok pinggir pagar. Tidak lama kemudian pagar terbuka.
“Sudah pulang, mbak?” Tanya satpam rumah Hani, Pak Herdi namanya.
“Iya nih pak. Oh iya, aku libur tiga hari lo pak.” Jawab Hani sambil berjalan dan melompat kecil masuk ke halaman rumahnya.
“Kenapa mbak?” tanya pak satpam lagi, sambil menutup pagar.
“Sekolah libur pak, karena masih di gunakan penyelidikan pak. Bapak tau berita gak pak? Ada siswi meninggal di sekolah.”
“Oh berita tadi pagi mbak?”.
“Yap, itu sekolahku.”
Pak satpam diam terpaku mendengar itu.
“Aku masuk ya pak.” Lanjut Hani.
“Oh iya mbak, Silahkan.”
Hani berjalan sambil melompat kecil menuju rumahnya. Sambil bersiul dia, membentangkan kedua tanggannya,
“AAAAA LIBUR!!!” Teriaknya, kemudian dia berlari menuju pintu.
Sampai di depan pintu, dia mendorong pintunya kuat – kuat. Pintunya terbuka lebar hingga batas maksimalnya. Kemudian dia melangkahkan kaki perlahan, sambil sedikit berjinjit.
“Welcome back to my sweet home.” Teriaknya.
Brak!!!
Tiba – tiba pintu tertutup dengan sendirinya. Hani terkejut bukan main, tangannya langsung menyentuh dadanya. Dia merasakan jantungnya berdegup sangat kencang. Matanya mengedarkan pandang ke segala arah. Kemudian, terdengar suara pintu terbuka.
Perlahan dia menuju sumber suara, dia mencari mana pintu yang terbuka itu. Ternyata itu adalah pintu kamarnya, terlihat ada jari di pintu yang terbuka itu. Hani melotot, dia memastikan bahwa yang di lihatnya itu benar.
Pintu semakin terbuka lebar perlahan, dan....
~ Terima kasih, sudah mampir baca~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Toni Hartono
hb
2022-11-23
0
Toni Hartono
har.......inikah.......meranya baju
2022-11-23
0
Kak Ya
nyimak
2022-03-30
1