part 15

 "Ya ampun tan, anak sendiri digituin"

Nadia menggelengkan kepalanya.

"Nak Zahira mau kan? "

"Kalo jodoh nggak kemana kok tan"

    Razi, Radit dan Nadia saling berpandangan dan menatap heran ke arah Zahira karena tak biasanya Zahira bersikap begitu.

..."Siapa yang bisa menebak siapa jodoh kita, kadang sudah menemukan kecocokan tapi belum mendapat restu, dan kadang sudah siap namun terhalang restu orang-tua, jodoh memang seunik itu. "...

...Fachrul Razi Al Kaady....

                          ***

  Semenjak Zahira mengunjungi rumah Razi, mamah Razi selalu membicarakan tentang Zahira hingga membuat Razi kesal seperti sore ini mamahnya kembali ngomel-ngomel ingin pergi ke rumah Zahira.

"Mah, Zahira itu sibuk dan banyak kerjaan dan minggu ini mauk ke Singapura " katanya mencoba membuat mamahnya mengerti karena akhir-akhir ini ia sudah jarang bertemu Zahira lantaran Zahira sibuk.

"Itu pasti hanya alasanmu nggak mau nganterin mamah ke rumahnya "

   Razi mendengus kesal.

"Tahu ah terserah mamah , Razi mending jalan-jalan ke taman dari pada dengerin ocehan mamah" ujarnya lalu meninggalkan mamahnya yang berteriak memanggilnya.

   Razi berjalan dengan raut wajah kesal. Bayangkan saja mamahnya itu selalu ngotot ingin menemui Zahira di rumahnya, memang jaraknya tidak jauh tapi Razi sangat malu karena mamahnya terus mene rus ingin menjadikan Zahira sebagai istrinya.

     Razi kemudian duduk di bangku taman mencoba untuk menenangkan diri. Razi melirik anak-anak yang sedang bermain kejar-kejaran. Sebuah senyum mengembang di bibirnya.

    Perasaan ingin bisa segera menikah dan memiliki anak kembali muncul ia tertawa kecil mengingat sampai saat ini ia belum bisa bertemu dengan Al Mahyra sosok gadis yang ia impikan.

   Razi menatap lurus ke arah anak-anak yang sedang bermain kejar-kejaran dan tatapannya berhenti melihat seorang gadis yang tengah ikut bermain dengan mereka.

   Gadis yang sering membuatnya merasa sesak bila melihat dirinya menangis, sosok yang membuatnya merasa kesal saat melihat dirinya bersama pria lain gadis itu adalah Zahira.

  Zahira tertawa lepas bersama anak-anak itu. Ia tampak sangat bahagia. Razi terpaku melihat Zahira mencebikkan bibirnya meniru gaya anak yang ngambek hingga membuat anak-anak disampingnya tertawa.

   Zahira memicingkan matanya saat melihat Razi terus menatapnya. Kemudian ia menghampiri Razi.

"Kenapa kamu terus menatapku?" tanya Zahira lalu membenarkan hijabnya.

"Karena aku punya mata" jawabnya santai yang membuat Zahira mendesah frustasi.

"Tumben kamu berada di taman? " tanya Zahira lalu duduk di sebelah Razi

"Lagi bosen di rumah dengerin mamah ngomel-ngomel" jawabnya mendengus kesal.

"Kenapa? "

"Mamah tuh ngotot pengen ke rumah kamu, tahu sendirilah mamahku bagaimana"

  Zahira hanya tersenyum mengingat kelakuan mamahnya.

Razi menatap Zahira sekilas ia bisa melihat bahwa mata gadis di sampingnya itu menyimpan luka.

"Are you okay? " tanya Razi yang langsung membuat Zahira menoleh ke arahnya.

"I'm okay" jawabnya lalu memandang ke arah anak-anak.

"Kamu sepertinya trauma berat, maaf yah bukan berniat mencampuri urusanmu tapi kamu harus maju dan melupakan apa yang terjadi, aku tahu yang kamu alami itu sangat menyakitkan tapi ketahuilah bahwa kita tidak bisa terus-menerus berada di satu tempat, kita harus melihat tempat lain"

  Zahira tersenyum sinis seolah-olah menutupi jiwanya yang rapuh.

"Aku bukan trauma tapi saat ini mungkin aku masih merasa nyaman dengan kesendirian ini. yah kadang-kadang memang aku suka mengingat apa yang sudah berlalu, tapi dari situ aku justru berterima kasih karena dari kejadian itu malah membentuk ku agar menjadi wanita yang lebih kuat " ucapnya mantap.

"Perihal Cinta bagaimana? "

"Sebenarnya allah nggak pernah salah memberikan kita Cinta, yang salah itu cara kita mencinta"

"Lalu kamu tidak mau mencoba membuka diri lagi?  Maksudku yah kamu ngerti sendirilah" kata Razi cengengesan.

"Aku sih kadang masih suka takut untuk membuka hati. aku tahu bahwa semua pria itu tidak sama tapi mungkin masih lebih merasa takut, dan masih nyaman sendiri"  terangnya lalu matanya menerawang.

"Dengar Ra, Tidak semua orang yang datang ke dalam kehidupan kita itu datang untuk menyakiti kita, suatu saat akan ada seseorang yang akan mempertaruhkan segalanya demi membuatmu tersenyum dan bahagia. "

   Zahira tertawa cekikikan mendengar ucapan Razi.

"Sejak kapan kamu berubah jadi sok puitis gitu? " tanyanya menahan tawa. "Tapi ngomong-ngomong emangnya beneran klo kamu pengen banget ketemu sama si penulis Al Mahyra itu? " tanyanya kemudian.

   Razi menjawabnya dengan anggukan kecil.

"Alasannya? "

"Nggak ada khusus sih, tapi aku merasa setiap karyanya menyimpan pedih dan luka yang berasal dari hatinya sendiri, mungkin novel-novel buatannya itu hanya fiksi belaka dan tidak nyata, tapi kadang-kadang aku merasa bahwa ada beberapa tulisan yang sebenarnya berasal dari hatinya, jeritan, kesedihan, dan kadang-kadang luka yang di maksud dalam tiap novel karyanya itu seperti mengisyaratkan bahwa ia tengah meminta bantuan, dan merasa amat terluka, tapi nggak tahu kenapa sih"

  Zahira mematung seketika saat Razi bisa merasakan bahwa memang benar beberapa hal yang ia tulis berasal dari hatinya. Zahira mencoba membuat dirinya tenang kembali.

"Memangnya kamu mencintainya atau kamu ingin menikahinya? "

"Nggak sepenuhnya benar dan nggak sepenuhnya salah, di bilang Cinta ya nggak juga, tapi kadang aku ingin tahu seperti apa sosoknya. apa seperti yang ada dalam pikiranku, hanya sosok wanita yang menyalurkan jeritan isi hatinya melalui novel atau hanya itu menurut perasaanku saja, anggap saja aku kagum terhadapnya "

"Terus.. "

"Aku hanya ingin tahu dirinya karena aku kadang merasa bahwa aku seperti mengenalnya, saat melihat fotonya yang tertutup masker itu aku seperti pernah melihat mata yang sama"  jelasnya lalu tersenyum kecut. "Oh iya kamu jadi ke Singapura?" tanyanya kemudian.

"Iya, tapi perasaan ku agak nggak enak, entah kenapa " jawabnya terlihat cemas.

"Yakin aja klo semuanya akan baik-baik saja, lagian disini ada Radit, Nadia, dan ada aku, kami akan membantumu jika ada masalah, kamu hanya perlu menghubungi kami "

  Zahira mengangguk mencoba tenang.

"Aku duluan ya, aku belum berkemas malem ini mak berangkat "

"Ok. Nanti aku akan ikut mengantar mu"

  Zahira mengangguk pelan lalu berlalu meninggalkan Razi yang masih duduk.

                             ◈

  Zahira sudah berangkat ke malaysia dan di satu sisi keluarganya tengah mengalami masalah.

  Terjadi keributan besar di rumahnya. Kakak ayahnya meminta agar ayah Zahira dan keluarganya pergi dari rumah mereka.

  Dan ayah Zahira jatuh sakit karena shock dengan kejadian tersebut.

"Ibu, Al minta bantuan kakak ya, kakak pasti bisa bantuin kita bu"

Kata Ali yang tak tega melihat keadaan keluarganya.

"Ayahmu tidak mau Al, kita lihat keadaan dulu ya, klo keadaan nya tetap dan pamanmu tetap kekeuh mengusir kita, kita akan hubungi kakakmu" kata ibu Zahira lalu menghela nafas panjang.

..."Semua orang pernah merasa terluka, dan punya masa lalu yang buruk, tapi akan lebih baik ketika kita bisa menjadikan masa lalu sebagai cerminan di masa sekarang. "...

...Fachrul Razi Al Kaady...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!