part 14

"Kita tidak pernah tahu akan bagaimana kita kedepannya, tapi sebisa mungkin yah aku ingin mengikuti alurnya, nikmati prosesnya dan menjalani seperti apapun hasilnya." ucapan Zahira membuat ketiganya mengangguk.

"Karena tidak ada yang bisa menjamin akan seperti apa masa depan dari seseorang, tapi syukuri, jalani dan nikmati. "

Zahira Al Mahyra.

                           ***

  Malam hari terasa begitu dingin dan membuat Razi bergidik merinding karena merasa kedinginan. Razi berjalan ke arah dapur di rumahnya untuk membuat teh hangat.

  Setelah membuat teh Razi berjalan ke arah ruang keluarga di dekat kamar yang di sewa oleh Radit.

"Tumben kamu berada disini Raz? " tanya seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah mamahnya.

  Razi tersenyum lalu menyuruh mamahnya itu duduk.

"Lagi suntuk aja mah, makannya duduk disini" jawabnya santai.

"Kemana temanmu itu? " tanyanya.

"Lagi buat laporan sepertinya di dalem kamarnya" jawabnya singkat.

"Dia udah mau nikah? "

"Iya mah, tapi nggak tahu yah masih belum ketemu waktu yang pas untuk pulang dan membicarakan sama keluarganya "

"Kamu kapan mau nikah? "

  Razi mendengus kesal tiap kali mamahnya bertanya kapan dirinya akan nikah.

"Temanmu guru juga kan?  Tapi kok kelihatannya sibuk bener? "

"Dia emang guru mah, tapi dia juga kerja sama temennya sebagai sekretaris, yah Radit sama calon istrinya kerja sama temen mereka "

"Udah kek artis aja punya sekretaris dan asisten pribadi " kata mamah Razi yang di iringi gelak tawa.

"Lagi ngetawain apa nih? " tanya seorang pria yang sudah cukup tua yang tak lain adalah papah Razi. Pria itu duduk di dekat mamah Razi.

"Jangan ketawa gitu mah, teman nya itu guru juga. malah guru yang paling pinter di tempat aku mengajar, selain guru dia juga punya beberapa restoran, cafe dan toko, bahkan banyak cabangnya di luar kota. selain itu dia punya kantor dan perusahaan sendiri, lebih hebatnya dia direktur utama di sebuah perusahaan di malaysia" paparnya kepada kedua orang tuanya.

   Mamah dan Papah Razi tercengang mendengar perkataan anaknya itu.

"Pasti kaya bener ya boss temanmu itu" celetuknya pada Razi.

"Nggak tahu ya mah, soalnya orang nya sederhana banget. emang sih rumahnya di tempat yang dulu rumahnya yang paling Bagus di kompleks tempat tinggal kami. tapi sekarang sudah pindah, sekarang rumahnya lebih besar, lantai tiga, punya dua mobil, tapi klo mengajar ke sekolah pakai motor, penampilannya pun sederhana banget" jelasnya lagi pada orang kedua orang tuanya.

"Seperti apa sih orangnya? " tanya orang tuanya penasaran.

"Orang nya cantik, cantik banget malah, baik, tapi orang nya dingin, berwajah datar, tapi nggak sombong, dia itu pokoknya sempurna walaupun tidak ada manusia yang sempurna. dia nggak ada celahnya hanya saja dia itu dingin sama pria nggak mudah untuk bisa dekat ma dia" jawabnya dengan wajah lesu.

"Jadi dia perempuan? " tanya mamah Razi memastikan dan Razi mengangguk.

"Dia pernah di sakiti sama pria mah, pria itu bilang dia nggak pantas di nikahi ataupun dicintai, semua keluarganya menyalahkan nya dan mengusirnya dari rumah sampek sekarang "

  Razi tertunduk lesu mengingat bagaimana Zahira menangis beberapa hari yang lalu.

"Kasihan sekali gadis itu, terkutuk lah pria kurang ajar yang sudah menyakitinya itu! "  katanya mamanya Razi terlihat sangat kesal hingga Razi dan papahnya bergidik ngeri.

"Assalamualaikum.. "

  Terdengar suara uluk salam dari luar.

"Ada orang di luar sepertinya, bukain pintu sana" suruh nya pada Razi.

   Razi langsung bergegas dan membukakan pintu dan terlihat Zahira dan Nadia berdiri di depan pintunya.

"Kalian?  Eh..  Ayo masuk" ajaknya pada Zahira dan Nadia.

"Kok tahu rumah ku disini? " tanya Razi pada keduanya.

"Kemaren nanya sama mas Radit hihi" jawab Nadia lalu cengengesan.

   Mereka berjalan ke arah ruang tamu dan terlihat kedua orang tua Razi.

"Mah kenalin ini Zahira dan ini Nadia calon istrinya Radit "

Razi memperkenalkan Zahira dan Nadia kepada kedua orangtuanya. Mereka mencium punggung tangan kedua orang tuanya Razi lalu di persilahkan duduk.

"Ini ada sesuatu buat tante" kata Zahira seraya menyodorkan paper bag berisi roti buatan Zahira sendiri.

"Terimakasih yah, harusnya nggak usah repot-repot " kata mamah Razi lalu mengambil paper bag yang di berikan Zahira .

"Itu roti buatan Zahira sendiri lho tan, tante pasti suka, anak tante aja suka banget sama roti ataupun kue buatan Zahira" celetuk Nadia yang langsung di tatap tajam oleh Zahira.

   Mama Razi tersenyum lalu meninggalkan mereka untuk membuat minuman.

"Oh iya?  Jadi Razi sangat suka kue buatan nak Zahira ya? " sahut papah Razi membuat Razi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya om, bukan hanya kue buatan Zahira tapi masakannya juga, kita sering makan di rumah Zahira dan Zahira yang selalu masak untuk kami"

  Razi mendengus kesal pada Nadia, ingin sekali rasanya Razi menyumpal mulut Nadia.

"Radit nya ada om? " tanya Zahira mengalihkan pembicaraan karena sudah merasa sangat malu.

"Oh iya sampek lupa untuk ngasih tahu Radit, bentar ya aku panggil Radit dulu" kata Razi lalu meninggalkan Zahira dan Nadia bersama kedua orang tuanya.

   Tak lama berselang mama Razi muncul membawa minuman dan kue yang di bawa oleh Zahira.

"Ayo diminum" suruh nya lalu duduk di dekat suaminya yang sudah lebih dahulu mencomot kue yang di bawa Zahira.

"pantas saja Razi suka, kuenya enak banget " kata papah Razi yang hanya di balas senyuman oleh Zahira.

   Mamah Razi terlihat gemas menatap Zahira yang menurutnya sangat cantik, imut, dan juga manis.

   Tak lama kemudian Radit dan Razi muncul. Radit membawa berkas yang di minta oleh Zahira.

"Ini berkasnya Ra, " katanya lalu menyodorkan berkas di tangan nya.

"Makasih ya"  kata Zahira di iringi senyuman.

"Jadi nak Zahira ini bosnya Radit? " tanya mamah Razi.

   Zahira tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Nggak gitu Tan, kami hanya partner kerja, kita semua berteman kok"  jawabnya cepat.

  Mamah Razi tersenyum lebar dan merasa ingin menjodohkan Razi dan Zahira.

"Nak Zahira ini sangat cantik sekali, mau nggak nikah sama anak tante? " ucapnya polos yang membuat Razi dan papahnya merasa sangat malu karena kekonyolan ucapannya.

"Mah.. " tegur Razi pada mamahnya namun tak di hiraukan.

"Nak Zahira mau ya nikah sama anak tante, tapi anak tante ini nakal, resek, dan juga kadang usil" jelasnya.

Nadia dan Radit tertawa mendengar ucapan mamanya, membuat Razi mendengus kesal pada mamanya.

"Mah, mamah kok menjelek-jelekkan anak sendiri sih, aku ini anak mama sendiri lho" Razi tak terima.

  Zahira hanya tersenyum santai menanggapi perkataan mamah Razi.

"Nak Zahira kan baik, cantik, pinter lagi, yah anak tante ini nggak jelek-jelek amat sih, yah cukup tampan meski nggak seberapa " kata mama Razi tanpa merasa berdosa.

  Nadia tertawa melihat mama Razi yang begitu julid.

"Ya ampun tan, anak sendiri digituin"

Nadia menggelengkan kepalanya.

"Nak Zahira mau kan? "

"Kalo jodoh nggak kemana kok tan"

    Razi, Radit dan Nadia saling berpandangan dan menatap heran ke arah Zahira karena tak biasanya Zahira bersikap begitu.

..."Siapa yang bisa menebak siapa jodoh kita, kadang sudah menemukan kecocokan tapi belum mendapat restu, dan kadang sudah siap namun terhalang restu orang-tua, jodoh memang seunik itu. "...

...Fachrul Razi Al Kaady....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!