Nadia hanya mengangguk menatap kepergian Zahira. Sesampainya di kamar nya, Zahira menatap foto perempuan yang sangat ia rindukan bertahun-tahun.
"Zahira kangen.. " liriknya pelan disertai air mata yang mengalir.
..."Aku bukan terluka karena seseorang pergi dari kehidupan ku, tapi aku merasa sangat terluka jika karena kesalahan seseorang aku harus menjauh dari keluarga ku. "...
...Zahira Al Mahyra....
***
Rumah besar dan mewah itu begitu terlihat ramai. Beberapa orang sibuk menata barang dan merapikan rumah.
Terlihat Zahira tengah mengatur karyawan yang di panggilnya untuk membantunya pindahan ke rumah barunya itu. Rumah yang sangat besar dengan lantai tiga.
Sejenak Nadia terkesima melihat rumah yang akan ia tinggali, ruang tamunya dua kali lipat lebih besar dari rumah yang sebelumnya, ada taman didepan rumahnya. Dan jangan lupakan jenis-jenis bunga yang tertata rapi halamannya.
"Ya ampun Ra, sumpah rumah mu Bagus banget"
Zahira hanya memutar bola mata nya mendengar celotehan Nadia.
"Kamu mauk kamar di atas apa di bawah Nad? " tanya Zahira lalu menyeret kopernya.
"Di bawah aja deh, males naik tangga"
Zahira menganggukkan kepalanya lalu berjalan meninggalkan Nadia yang sibuk melihat-lihat rumah barunya itu.
Zahira berjalan melihat halaman depan rumahnya yang telah tertata rapi beberapa jenis bunga anggrek, Mawar, dahlia dan jenis bunga lainnya. Tak lama kemudian ia menghubungi seseorang.
Razi dan Radit berjalan ke arah Zahira yang tengah sibuk menelfon. Mereka melihat beberapa karyawan yang tengah menata barang-barang.
"Model rumahnya Bagus ya Raz" kata Radit berjalan masuk melewati Zahira.
"Iya Bagus, nggak terlalu mencolok , tapi enak di pandang"
Keduanya pun masuk dan melihat beberapa barang sudah selesai di tata.
"Nad.. " Radit memanggil Nadia yang tengah menata buku.
Nadia tersenyum lalu menghentikan aktivitasnya dan langsung berjalan ke arah Radit.
"Kalian sudah lama? " tanya nya.
"Baru aja, oiya klo kalian tinggal disini rumah yang di sana gimana? " jawabnya menatap sekeliling mereka.
"Mauk di kontrakan"
Tak lama Zahira datang dan menghampiri mereka.
"Dit, kamu bisa nggak ke restoran? "
"Ngapain Ra? "
"Aku udah pesan makanan buat kita, karena kita belum pada makan, pelayan di restoran nggak bisa nganterin"
"Baiklah" kata Radit hendak berangkat namun du tahan oleh Zahira.
"Mau naik apa kamu? "
"Sepeda motor sama Razi"
"Kamu pikir kamu mau bawa makanan 10 bungkus? Kamu ke sana mau bawa makanan lima puluh porsi nih bawa mobil!" ucapnya ketus.
Sekitar jam dua siang Zahira, Nadia, Razi dan juga Radit tengah berbincang-bincang di halaman rumah Zahira yang terlihat nyaman.
"Sepertinya aku betah tidur disini, nyaman dan adem" kata Radit yang tidur terlentang.
"Tidur aja disini ya kali ada yang mengira kamu gelandangan"
Zahira menatap sinis ke arah Radit yang hanya di balas cengiran. Nadia menatap layar hp-nya karena sedang menerima pesan dari perusahaan perfilman.
"Ra, hari selasa perusahaan mauk ngadain meeting" bisiknya pada Zahira agar tak terdengar oleh Razi.
"Perusahaan perfilman? " tanyanya.
Nadia mengangguk.
Ting
Zahira melihat layar hpnya dan chat dari Amira masuk.
Amira
Bu, saya mau mengingatkan bahwa seminggu lagi ibu akan menghadiri rapat di Singapura.
^^^Amira^^^
^^^Iya, sehari sebelum rapat saya akan berangkat ke malaysia, kamu bisa kan temani saya ke Singapura?^^^
Amira
In syaa allah bisa bu. Akan saya siapkan berkas-berkas untuk pertemuannya.
^^^Zahira^^^
^^^Terimakasih mira.^^^
Zahira melirik Nadia, Razi dan Radit bergantian.
"Raz, apa ibumu perbolehkan Radit ngekost di rumahmu? " tanya Zahira menatap Razi.
"Iya boleh, awalnya sih mama nolak, tapi akhirnya dia bolehin karena hanya satu orang"
Zahira menganggukkan kepalanya.
"Bila aku sudah tiak sibuk, aku akan mengunjungi mamamu"
Zahira tersenyum datar lalu berlalu meninggalkan mereka bertiga. Dan Razi yang melihatnya hanya mendengus pelan.
"Dia itu kadang ramah, kadang dingin bener. aku nggak yakin mamaku bakalan suka padanya" dengus nya terlihat sebal
Radit dan Nadia hanya tertawa.
"Denger ya Raz, meski Zahira sikap nya seperti itu, orang tua yang berkenalan dengannya selalu terpikat dan ingin Zahira jadi menantunya"
"Sudahlah lagian kamu bakalan jarang ketemu Zahira.
kan sekarang dia hanya mengajar seminggu dua kali, dia akan lebih sibuk sama kerjaan nya, dan bakalan bolak balik ke luar negeri"
Radit tertawa terbahak-bahak mengingat para guru nya akan kehilangan guru cantik mereka.
"Kenapa Dit? " tanya Razi yang melihat Radit tertawa.
"Pasti para guru yang naksir sama Zahira bakalan sedih karena jarang ketemu bu guru cantik"
Razi mendengus dingin.
"Kenapa tidak gabung aja di perusahaan papamu?" tawarnya pada Razi.
Razi menghembuskan nafas kasar lalu menatap Radit.
"Yang sebenarnya klo kerja di perusahaan papa, mama sama papaku ngebet nyuruh aku nikah, secara aku hanya anak laki-laki nya. adikku perempuan, mereka tuh ngebet nyuruh aku nikah dan ingin aku segera punya anak"
"Kenapa nggak turutin aja, kamu nikah aja Raz, banyak cewek yang naksir kamu dan mauk jadi istri kamu"
"Hei kamu pikir nikah segampang itu? membuat dan membangun suatu hubungan itu tidak segampang membalik telapak tangan, kamu dan Nadia saja butuh waktu lama "
Radit menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan Razi.
"Apa kamu serius ingin menikah dengan Al Mahyra? "
"Pada dasarnya aku hanya kagum padanya"
Zahira muncul dan duduk di dekat Nadia.
"Jika kamu kagum pada Mawar kamu akan memetiknya, tapi jika kamu mencintai Mawar, kamu akan merawatnya dan menyiraminya setiap hari"
Ucapan Zahira membuat ketiganya menatapnya dengan intens dan Zahira malah menatap datar mereka bertiga.
"Ayolah jangan menatapku seperti itu, kalian pasti mengerti maksud perkataan ku"
"Sejak kapan kamu pandai berkata-kata seperti itu? " tanya Razi pada Zahira yang hanya di balas tatapan tajam darinya.
"Dit, tolong siapin berkas perusahaan untuk hari rabu, seminggu lagi aku mauk ke Singapura, jadi kamu harus atur pertemuan di kantor dulu untuk pekan depan "
"Singapura? Sama siapa? " tanyanya kemudian.
"Sama Amira, asistenku yang di sana" jawabnya enteng.
"Aku sama siapa klo kamu ke Singapura, masak aku tinggal sendirian di rumah segede ini? " tanya Nadia.
"Kamu segera nikah saja sama Radit biar nggak aku tinggal-tinggal terus" ejeknya pada Nadia membuat Nadia kesal.
"Mas.... Tuh Zahira ledek aku" rengek nya pada Radit .
"Tapi kamu hanya menghadiri rapat doang kan? Bukan untuk bertemu siapapun? " tanya Radit penuh selidik.
"Aku nggak tahu ya, aku berharap sih itu aja, perasaan ku agak nggak enak soalnya, takut ketemu anak klienku lagi, sungguh ngeselin banget" jujurnya.
"Kenapa sih capek-capek kerja keras padahal gaji mu mengajar cukup fantastis, punya bisnis makanan, resto, cafe, toko, dan perusahaan, di tambah perusahaan di luar negeri, apa setelah menikah kamu tetap ingin kerja keras? " tanya Razi menatap gadis cantik di dekat Nadia itu.
"Nggak tahu sih, entar sekiranya nyaman menurut ku dan calon bapaknya anak" jawab Zahira santai yang disusul gelak tawa dirinya karena merasa ngeri dengan ucapannya sendiri.
"Kita tak pernah tahu akan bagaimana kita kedepannya, tapi sebisa mungkin yah aku ingin mengikuti alurnya, nikmati prosesnya dan menjalani seperti apapun hasilnya." ucapan Zahira membuat ketiganya mengangguk.
..."Karena tidak ada yang bisa menjamin akan seperti apa masa depan dari seseorang, tapi syukuri, jalani dan nikmati. "...
...Zahira Al Mahyra....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments