part 4

"Hidup itu ibarat buku, jika kamu tidak membuka lembaran selanjutnya, bagaimana kita akan tahu cerita berikutnya"

Zahira Al Mahyra.

                            ***

Berangkat bertugas mengajar itu sudah menjadi aktivitas sehari-hari Zahira, ia mengajar setiap hari kecuali hari sabtu dan minggu. ia lebih memilih istirahat di rumah dan menikmati waktu santainya dengan memasak, atau semacam berjalan-jalan dan berkutat di depan laptopnya guna menulis cerita.

Siang ini Zahira izin tidak masuk mengajar karena harus bertemu dengan rekan kerja yang akan menjalin kontrak kerja sama dengan nya terkait novel yang akan di rilis menjadi film.

Zahira dan Nadia tengah menjemput Radit yang kebetulan masih punya jadwal mengajar di dekat kampus Nadia.

"Lama amat sih Ra? " pekik Nadia menahan jenuh karena terlalu lama menunggu Radit.

Zahira menggeleng pelan melihat Nadia menggerutu kesal.

"Dia lagi ngajar Nadia, bisa sabar nggak sih kamu ini?" ucapnya pelan lalu melirik jam di pergelangan tangan nya.

Sekali lagi Zahira mendengar gerutu-an Nadia, padahal ia hanya menunggu di dalam mobil ber ac, tapi Nadia masih saja kesal.

Mata Nadia membulat sempurna saat melihat Radit keluar dengan seorang pria, Nadia segera keluar dari dalam mobil dan menatap tajam ke arah Radit.

"Lama amat sih? bisa berkarat aku di dalam mobil gara-gara nungguin kamu!" Katanya ketika Radit sudah di depan nya bersama pria di sampingnya.

Radit menghembuskan nafas perlahan mendengar celotehan Nadia.

"Iya maaf Nadia yang kalem"

Radit melirik pria di sampingnya.

"Razi, aku duluan ya, aku mau nganterin mereka dulu"

Pria di sampingnya itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya, ia menatap Nadia dan ia baru ingat bahwa dia manager penulis novel terkenal.

"Kamu asistennya Al mahyra kan? " tanya pria yang bernama Razi tersebut.

Seketika Nadia dan Radit gelagapan mendengar nama Al mahyra.

"Ehhh... Iya" kata nadia tersenyum kikuk.

"Ayo Dit, nanti kita telat" Nadia segera mengalihkan pembicaraan untuk menutupi kegugupan nya.

Radit dan Nadia masuk ke dalam mobil dan Radit beralih yang menyetir mobil. Kaca mobil terbuka sedikit menampakan seorang gadis berhijab biru muda tengah membaca beberapa kertas ber map hijau.

Razi tertegun menatap wajah Zahira yang begitu anggun meski tanpa memakai make up, ada rasa ingin mengecup kening gadis tersebut. Mobil yang di kendarai Radit perlahan berjalan dan beberapa sudah menghilang di jalan.

"Astaghfirullah" kata nya ketika sadar dari lamunan nya lalu beranjak pergi.

Sore harinya Zahira tengah berada di hamparan rumput di dekat perumahan nya.

Ia duduk di atas rumput hijau, pada sore hari memang sangat cerah sehingga ia bisa melihat senja yang akan segera larut.

Zahira tersenyum melihat beberapa anak tengah bermain sepeda, dan beberapa ada yang sedang bermain lari-lari.

...Kadang-kadang hal-hal yang sederhana itu mampu membuat kita tersenyum, tidak perlu menunggu melihat hal luar biasa agar kita tersenyum, karena nyatanya untuk tersenyum itu terkadang hal yang datang tiba-tiba. tapi beberapa orang dengan ikhlas tersenyum setiap saat, karena bagi mereka tersenyum adalah tanda bahwa kita menikmati dan mensyukuri apa yang ada tanpa adanya keluhan....

...Zahira Al Mahyra....

Zahira menatap langit yang mulai berubah warna, langit sudah senja dan ia berdiri dan melihat beberapa orang sudah pulang, ia sendiri harus pulang .

"Assalamualaikum "

"Waalaikumsalam"

Zahira menengok ke belakang.

Seorang pria tengah berdiri di belakangnya. Pria itu mengamati penampilan Zahira yang memakai gamis berwarna hitam dengan hijab yang senada.

Zahira ingat betul pria didepan nya itu adalah pria yang di tarik-tarik oleh muridnya kemarin. Zahira menatap pria itu dengan tatapan dingin.

"Sedang apa kamu disini? " tanyanya begitu ketus dan mengalihkan pandangannya dari pria itu.

"Rumahku di situ, aku hanya berjalan jalan tadi" jawab Razi begitu singkat.

"Aku pamit duluan" cetusnya kemudian pergi meninggalkan pria itu.

Pria itu tersenyum menahan geli karena sikap Zahira yang begitu dingin terhadap nya, Ia lalu melangkah menuju rumahnya.

Malam harinya setelah makan malam Zahira dan Nadia duduk di depan rumahnya dengan beralas tikar. Mereka sedang mengetik beberapa berkas kontrak kerja sama.

"Kamu yakin Ra nggak mau ikut terjun langsung melihat proses syuting film dari novel mu? " tembaknya pada Zahira dengan ekspresi datar.

"Nggak gitu Nad, klo melihat proses syuting nya tiap hari aku nggak bisa, paling sesekali aku akan lihat untuk berjalan dengan baik atau nggak, ada yang kurang atau nggak"

Nadia manggut-manggut lalu kembali mengetik ia tersenyum lebar setelah berhasil menyimpan nya di file.

"Nadia, bisa carikan aku beberapa karyawan wanita? tiga atau dua orang " celetuknya mengingat ia butuh tambahan karyawan di toko rotinya.

"Untuk toko kue atau untuk restoran? "

"Untuk toko kue, mereka kewalahan melayani pembeli, sedangkan mereka hanya bertiga"

Nadia tampak sedang berfikir bahwa toko kue dan roti milik Zahira memang sangat ramai.

"Sepertinya aku buka lowongan kerja di instagram ku saja deh, siapa tahu ada yang minat"

"Aku sebenarnya pengen buka toko roti di mall di royal plaza, atau di tunjungan plaza gitu, tapi harga sewanya mahal betul aku takut nggak bisa bayar"

"Kamu mau buka usaha apalagi? Restoran ada, toko kue dan roti ada, ada cabangnya juga ada. kamu juga mengajar, punya kantor sendiri, gaji mu bahkan sangat besar, di tambah uang dari penerbit buku sangat fantastis, apalagi klo ada yang mau merilis menjadikan novel mu menjadi film, kamu juga menginvestasikan pendapatan mu ke dalam bidang properti. Bukankah pendapatan mu sangat banyak, masih kurang ya?" Tanyanya menatap Zahira dengan wajah lesu.

Zahira nyengir menatap sahabatnya, memang benar Zahira punya banyak bisnis, bisnis kuliner, bisnis properti, bahkan ia menyembunyikan satu hal dari Nadia bahwa menjadi pemegang saham di perusahaan asal malaysia. Kepandaiannya memang membuatnya bisa dengan cepat bisa menjadi seorang pengusaha tapi sayangnya ia memilih menjadi seorang guru.

Bisnis kuliner miliknya memang sudah lama ia miliki, hanya saja tidak seramai sekarang, ia menjadi donatur tetap di sebuah panti asuhan di Surabaya.

"Minggu ini tolong ajak Radit kesini, aku harus menggaji semua karyawan, aku butuh kalian untuk mengurus nya, aku pusing memikirkan nya, aku sudah menghubungi manager restoran agar mengirimkan hasil penjualan bulan ini, jadi tolong kamu sama Radit lihat laporan keuangan dan gaji mereka. lagian sudah tugasmu"

Zahira memijit keningnya yang mulai pusing.

"Aku harusnya minta naik gaji karena harus menghitung jumlah uang yang masuk dan keluar" kata Nadia lalu mengirim pesan pada Radit.

Zahira tampak berfikir dan menimbang-nimbang apa yang di katakan oleh Nadia ada benarnya juga. Nadia dan Radit menemaninya selama dua tahun lebih. selalu ada untuknya, dan selalu membantu kesulitannya dalam bekerja, mereka berdua saksi untuk kesuksesan yang ia dapatkan, dan mereka juga berperan penting dalam karirnya.

"Eummm... Baiklah bulan ini gaji mu dan Radit aku naikkan" ucapnya mantap.

Nadia yang mendengarnya langsung kegirangan, dan ia segera mengirim pesan pada Radit untuk memberitahu dirinya.

Zahira hanya tersenyum kecil melihat Nadia yang tampak sangat bahagia.

"Bahagia itu sederhana, entah dengan bersyukur karena memiliki hal sederhana atau justru membuat orang lain bahagia."

Zahira Al Mahyra.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!