part 9

"Aku lihat di hp, sekarang kan udah canggih, apa-apa tinggal buka google, atau YouTube "

Nadia mengangguk lalu membantu Zahira menggoreng ayam.

Satu jam kemudian masakan Zahira sudah siap, ia dan Nadia segera mandi karena sudah mulai petang, setengah jam lagi akan segera Magrib.

..."Mereka yang acuh tak acuh kepada seorang pria nyatanya mereka hanya karena merasa perlu hati-hati karena merasa trauma akan masa lalu. "...

...Nadia Safira...

***

Zahira memandang ke arah bulan, ia tersenyum sekilas senyuman yang begitu tulus yang tidak pernah ia perlihatkan pada siapapun. Ia melirik pergelangan tangannya lalu berjalan untuk pulang.

Malam harinya Zahira dan Nadia sedang berkutat dengan laptop dan berkas-berkas pekerjaan nya, sesekali ia melirik kedua adiknya yang tengah fokus main ps.

"Nad, semua gaji karyawan udah di bayarkan?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Iya udah, hari senin akan di kirimkan nota beserta tagihan uang yang di tarik dari bank"

Zahira mengangguk pelan setelah mendengar jawaban Nadia.

"Ra... "

"Hmmm.... "

"Besok nggak ada kerjaan kan? " tanya Nadia hati-hati.

Zahira tampak berfikir namun beberapa saat ia menjawab.

"Iya nggak ada"

"Boleh nggak besok aku libur, aku ingin refreshing, capek di rumah terus" keluhnya sembari tertunduk lesu.

"Bukan nya besok kita mau ke mall, jalan-jalan, makan, dan mau nonton? " Ali menyahut.

Nadia lalu men shutdown laptopnya.

"Serius?? "

"Mbak Nadia nggak dengerin ya pas mbak ngomong tadi siang? "

Ali kembali menyahut.

Nadia tersenyum simpul sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Yang bayar siapa? " tanyanya kemudian.

"Ih, mbak Nadia bener-bener nggak mudeng, semuanya mbak yang bayar mbak Nadia." Ali tampak kesal pada Nadia.

Sedangkan orangnya hanya tertawa cekikikan.

"Mbak kerja apa sebenarnya? Kok Ali lihat mbak sibuk terus " tanya Ali yang tampak heran.

"Ali yang ganteng, mbak mu ini kaya lho, pekerjaan nya nggak cuma satu, selain bisnis kuliner, mbak mu juga pebisnis dalam bidang properti, dia itu gila pekerjaan Al, punya banyak restoran, toko kue, mbak mu juga pemegang saham di sebuah perusahaan, mbak mu kelewat pinter, apalagi dia tukang endorse " jelasnya panjang lebar yang membuat Ali ternganga.

"Hebat kan Al? " tanya Nadia lalu menyentil kening Ali.

Ali mengangguk setuju.

"Kamu mau minta apa aja pasti di kasih Al, "

"Eummm... Sejak kapan mbak jadi gila kerja? " Tanya Ali yang membuat Nadia tertawa cekikikan karena Ali mengatai Zahira gila kerja.

"Dua tahun belakangan ini mbak mu bekerja dengan sangat keras agar bisa sukses seperti ini, buktinya aku aja dan kak Radit kerja sama dia, itupun dengan gaji yang cukup fantastis Al"

Zahira hanya memandang adiknya dan asistennya itu acuh tak acuh. Keduanya berbicara panjang lebar hingga membuat keduanya tidur di depan TV.

"Kak Razi ikut kan besok mbak?"

Seketika Nadia dan Zahira menatap Ali dengan wajah bertanya-tanya.

"Kenapa emangnya? "

"Kemaren kan kak Razi yang nemenin ma kak Radit" jelasnya santai.

"Lihat besok aja ya, udah malem sana tidur sama adik, mbak sama Nadia mauk selesain kerjaan dulu paling bentar lagi"

Ali langsung membawa adiknya ke kamar mereka. Dan Zahira hanya menatapnya dengan lega.

"Besok ada pertemuan apa nggak Nad? " tanya Zahira pada Nadia yang tengah membereskan beberapa map.

"Setahuku sih nggak, kan aku hanya mengurus pertemuan dengan para penerbit dan mengatur jadwal mu dan restoran. yang menjadi sekretaris masalah kerjaan mu di lain itu Radit, dia yang mengurus semuanya, dia juga yang ngurus meeting di kantor, coba tanya dia deh"

Zahira melepaskan kacamatanya dan memijit kepalanya yang mulai pening.

"Tolong atur jadwal kosong minggu depan ya, intinya aku nggak mau menghadiri meeting ataupun kunjungan ke resto, toko, ataupun dengan para penerbit buku" pintanya pada Nadia yang tampak sudah selesai menyelesaikan pekerjaannya.

"Emangnya mau kemana? "

"Lihat rumah, sepertinya kita pindah ke sana aja deh, biar kerjaan kita lebih mudah, dan jaraknya juga nggak jauh dari bandara, kita lebih mudah kalo mauk berkunjung ke cabang restoran lain, lagian di sana juga deket sama kantor" jelasnya panjang lebar.

Nadia tampak berfikir karena rumah Zahira agak jauh dengan kampusnya.

"Tapi kita jadi jauh sama Radit, dan kamu lebih jauh ngajarnya, dan jaraknya lebih jauh untuk kuliah"

"Hanya satu setengah jam dari sana Nad, masalah Radit nih yang bikin bingung " keluhnya .

"Sebenarnya rumah itu sangat besar Ra, cukup nampung banyak orang, tapi klo bertiga, dan Radit pria sendiri, apa kata orang? "

"Nanti aku pikirin jalan keluarnya, kita akan membicarakan ini lusa di kampusmu saat makan siang, ayo tidur udah malam" ajaknya pada Nadia yang hanya mengangguk setuju.

Pada hari senin saat jam makan siang, Radit, Zahira, Nadia dan Razi tengah menikmati makan siang di sebuah tempat makan di depan kampus.

"Jadi kamu pengin pindah ke rumah barumu?" tanya Radit Pada Zahira yang tengah memasukkan nasi ke mulutnya.

Zahira mengangguk ia meminum jus mangga di depan nya lalu menyudahi makannya.

"Tapi jarak kita dari sana lumayan jauh Ra dari tempat ngajar kita"

"Hanya satu jam setengah, kita bisa berangkat dari sana jam setengah lima kan"

"Naik apa? Naik motor kita? "

"Pakai mobil, kebetulan sih aku udah beli mobil baru, mobil yang kemaren itu ukurannya kekecilan kalo kita lagi banyak kerjaan dan harus banyak bawaan"

"Serius?" Radit membulatkan matanya.

"Iya, mungkin hari rabu di antar" jelasnya enteng.

"Ibu bos mah bebas beli mobil baru" Nadia mencibir Zahira yang hanya di balas cengiran olehnya.

"Masalahnya masak iya kita tinggal di rumah Segede itu? Bukan muhrim lagi" Nadia mengingatkan.

Radit tampak berfikir keras.

"Sepertinya rumahmu deket sama rumah Razi Ra"

Radit, Nadia dan Zahira menatap Razi bersamaan.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu? "

"Bisakah Radit tinggal di rumahmu, bukan sebagai tamu, tapi sebagai penyewa kamar? " tanya Zahira pada Razi yang hanya di jawab dengan mengangkat bahunya.

Zahira menatap tajam ke arah Razi, ia langsung kesal pada pria di hadapannya itu.

"Kalo emang kalian mau, kalian mampirlah ke rumahku saat pergi ke rumah boss jutek kalian ini, ngomong sendiri ma orang tuaku"

"Eumm.. Baiklah " sahutnya kemudian lalu melirik jam di pergelangan tangannya.

"Aku mau balik duluan, ini udah di bayar tadi, kalian bisa langsung pergi nanti, aku duluan" katanya lalu meninggalkan Radit, Nadia dan Razi.

"Huft..... " Nadia dan Radit bernafas lega ketika Zahira sudah pergi. Radit dan Nadia menatap sinis terhadap Razi.

"Kenapa? " tanyanya karena keduanya menatapnya.

"Ngapain sih kamu tadi bersikap kek gitu ke Zahira, kamu nggak lihat tadi matanya udah ngajak perang "

"Aku hanya ngomong apa adany., lagian dia juga gitu sama aku, acuh tak acuh, jutek banget jadi perempuan, nggak ada ramah-ramahnya sama sekali"

Radit dan Nadia hanya tertawa mendengar ucapan Razi.

"Kamu suka sama Zahira?"

Tanya Nadia yang sedang tersenyum karena bahagia.

"Nggak, aku hanya tak suka pada sifatnya, aku sudah punya tambatan hati" ucapnya percaya diri.

"Kamu sudah punya pacar? Tunangan? Atau sudah punya calon istri? " tanya Radit penasaran .

"Boro-boro pacar, tunangan apalagi calon istri, mukanya aja nggak tahu, tapi aku yakin suatu saat aku pasti bertemu dengan nya" ucapnya penuh dengan keyakinan.

"Siapa perempuan yang kamu maksud? "

"Al Mahyra"

Byur...

Seketika air yang di minum Nadia keluar dan mengenai wajah Radit.

"Astaga Nadia, kebangetan kamu ini, bajuku jadi basah begini"

Radit mengomel pada Nadia.

"Maaf, aku bener-bener nggak sengaja, aku refleks kaget"

"Kamu ini selalu saja!" Radit mendengus kesal pada Nadia.

"Kamu yakin jatuh hati pada Al Mahyra Raz? " tanya Radit kemudian.

"Iya yakinlah, Nad tolong bantu aku ketemu sama dia ya, sumpah aku pengen banget ketemu sama sosok sebenarnya. "

Nadia tersenyum tipis.

"Maaf ya, aku nggak bisa, aku harus profesional , aku duluan ya aku ada kelas setelah ini " ujarnya lalu meninggalkan Razi dan Radit.

"Sabar bro, sebenarnya dia udah di sekitar kita" Radit menepuk bahu Razi lalu meninggalkannya sendirian.

..."Sekali-kali orang yang bersikap datar dan acuh tak acuh itu harus merasakan hal yang sama agar mereka sadar betapa tidak enaknya sikap datar dan acuh tak acuh yang mereka tunjukkan. "...

...Fachrul Razi Al Kaady...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!