Zahira menyodorkan paper bag di tangannya kepada Razi, Razi tersenyum simpul lalu mengambil nya.
"Terimakasih" ucapnya lalu di balas dengan anggukan oleh Zahira.
Radit dan Razi lalu melangkah pergi menuju rumah Razi yang berada di ujung jalan.
..."Bagi orang-orang yang memiliki luka di hatinya, mereka selalu mencari-cari pekerjaan, dan kesibukan demi melupakan luka yang di rasakan nya atau justru untuk mengalihkan pemikiran nya."...
...Radit Supriadi....
***
Radit dan Razi masih berbincang-bincang di rumah Razi, mereka baru saja datang dari musholla.
"Kamu mau nginep di rumah Zahira? " tanya Razi pada Radit yang tengah menatap langit karena mereka duduk di depan rumah Razi.
"Enggaklah, aku hanya mau ngambil motor, kebetulan aku minta Zahira untuk kreditin motor, dan dia setuju" jawab Radit dengan santai.
"Baik banget kayaknya dia sama kamu? "
Radit tersenyum ke arah Razi.
"Dia baik sama semua orang, dia udah bantuin aku selama ini tanpa perhitungan, membiyayai adikku tanpa perhitungan, dia baik banget sama keluarga ku"
Razi menatap Radit yang tersenyum penuh arti.
"Kamu menyukainya? " tanya Razi yang membuat Radit membulatkan matanya karena kaget, sesaat ia terdiam tapi akhirnya ia tertawa terbahak-bahak hingga membuatnya bertanya-tanya.
"Kok ketawa sih, ada yang lucu emangnya?"
Radit tampak sedang berfikir untuk mengatakan sesuatu.
"Yang perlu kamu tahu dia itu sedang terluka hingga meninggalkan trauma yang sangat dalam, bila mengingatnya mungkin masih membuat ku dan Nadia sangat sedih"
"Memang nya apa yang terjadi? "
Radit menghela nafas secara perlahan, ia tertegun mengingat kejadian dulu.
"Dia dulu sudah bertunangan, tapi dia di tinggal pergi tanpa alasan. orang tuanya mengira pria itu pergi karena sikap Zahira, saat pria itu pergi Zahira tidak mengatakan apapun, dia nerima gitu aja tanpa mengatakan apapun, bahkan meski pria itu mengatakan bahwa Zahira tidak pantas di cintai apalagi di nikahi, dia terima gitu aja"
Razi merasa sakit mendengar cerita Radit.
"Selama dua tahun dia nggak pernah pulang, bahkan meski dia punya segalanya dia jauh dari kata bahagia.
dulu dia periang, banyak tertawa sangat ramah dan ceria, tapi setelah kejadian itu dia jarang tersenyum, dingin, dan dia trauma untuk kembali memulai hubungan " ucapnya lirih membuat Razi merasa sakit hatinya mendengar cerita Zahira.
"Jadi itu alasannya kenapa sikapnya begitu? " tanya Razi pada Radit yang di balas anggukan olehnya.
"Dia terlalu baik sampai-sampai dia masih mau memaafkan pria itu, masih mau mendoakan nya saat pria itu sakit, dia terlalu baik sampai-sampai ia tidak bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada hubungannya, ia menanggung rasa malu, hinaan, kecewa, terluka, dan bahkan dia menanggung kesalahan yang bahkan bukan kesalahan nya Raz dia terlalu baik"
Radit memejamkan matanya mengingat apa yang terjadi pada sahabatnya, ia begitu marah saat ada pria yang menyakiti Zahira.
"Aku menganggapnya seperti adik perempuan ku, apalagi dia selalu menolong ku, tapi saat dia mengalami semua itu, dia hanya menerima nya tanpa mengatakan apapun, bahkan dia tidak mengizinkan aku memukul pria itu"
"Dia perempuan yang kuat Dit, itu sebabnya dia bisa melewati semua ini, dia akan pulih dia hanya butuh waktu" Razi mencoba menenangkan Radit yang tampak sangat sedih.
Radit menghela nafas lalu tersenyum.
"Jangan katakan semua ini pada orang lain, ini rahasia tidak ada orang yang tahu tentang ini kecuali aku dan Nadia, dan sekarang kamu tahu ini, aku harap kamu tidak menceritakannya pada orang lain"
"Iya aku faham"
"Aku mau ke rumah Zahira, kamu mau ikut atau nggak? " tanya Radit lalu berdiri dari tempat duduknya.
"Boleh"
Keduanya langsung pergi menuju rumah Zahira yang jaraknya hanya melewati tiga rumah.
◈
Radit membuka gerbang rumah Zahira lalu masuk ke dalam rumah Zahira yang terbuka lebar di ikuti Razi.
"Dimana Zahira? " tanya Radit pada Nadia yang tengah menyiapkan makan malam di meja makan.
"Masih ngaji" jawabnya singkat dan di angguki oleh Radit yang masih Setia berdiri dengan Razi.
"Kok pada berdiri, ayo duduk dan makan malam"
Zahira muncul dari kamarnya ia mengenakan gamis berwarna putih dengan pashmina warna hitam. Zahira berjalan ke meja makan lalu duduk di ikuti Razi dan Radit. Mereka makan dalam diam tanpa sepatah katapun sampai akhirnya mereka selesai. Nadia dan Zahira membereskan piring dan meja makan lalu duduk di ruang depan rumah Zahira.
"Ini kunci motormu"
Zahira menyodorkan kunci motor pada Radit. Radit tersenyum lalu mengambil nya.
"Makasih ya.. "
"Sama-sama "
Zahira melirik jam di pergelangan tangannya sudah jam delapan lebih.
"Ini sudah malam, kalian lebih baik pulang sekarang kami mauk tidur" Zahira menyuruh Radit dan Razi pulang.
"Kueku? " tanyanya di iringi tawa khasnya.
Nadia menatap Radit dengan tatapan sinis, Nadia pergi ke dapur mengambil paper bag lalu ia berikan pada Radit.
"makasih, aku sama Razi pamit dulu"
Radit pamit pulang dan berjalan ke luar rumah Zahira.
"Kita pamit ya, assalamualaikum" kata Radit, ia menyalakan motornya setelah Razi naik lalu menjalankan motor nya ke jalan kompleks perumahan Zahira.
Sekitar jam sepuluh malam Razi masih belum tidur, ia duduk di dekat jendela melihat pemandangan sekitar rumahnya yang terasa sangat hangat bila malam hari.
Ia menatap kearah rumah Zahira, alisnya mengkerut ketika melihat Zahira tengah berada di atas balkon rumahnya.
Balkon rumah Zahira memang terlihat nyaman, berbagai jenis tanaman dan bunga berjejer rapi di tiap sudutnya.
Zahira memang benar-benar gadis yang memiliki selera yang Bagus, rumahnya bahkan terbilang rumah yang paling Bagus, rapi dan terlihat Indah daripada rumah lain nya.
"Betapa baiknya gadis itu" gumamnya dalam hati di iringi senyuman yang tulus.
Razi memandang Zahira dari kejauhan, Zahira memang gadis yang cantik hanya saja ia acuh tak acuh pada penampilan nya yang selalu sederhana, bahkan kemana-mana ia selalu cukup dengan gamis, hijab sederhana, sepatu kets dengan kaos kaki panjang, dan tas sederhana.
Razi kembali teringat akan cerita Radit tentang Zahira. Entah kenapa hatinya merasa sakit mendengar betapa terlukanya hati Zahira tapi tidak mengatakan apapun dan menerima nya begitu saja, bagaimana bisa Zahira melakukan itu, sedangkan adiknya di putusin oleh pacarnya saja langsung menampar wajah pacarnya.
Razi menghela nafas panjang mengingat adiknya di putusin pacar nya, sampai-sampai ia terkena amukan adiknya, padahal Razi sudah melarang adiknya Pacaran, beruntung nya setelah adiknya sadar orang tuanya langsung memasukkan adiknya ke pesantren.
Razi kembali melihat ke arah Zahira yang sedang memperbaiki tataan tanaman bunga miliknya, entah berapa banyak uang yang ia keluarkan untuk membeli tanaman di rumahnya itu, berbagai jenis bunga anggrek dan bunga Mawar berjejer rapi, tak terhitung berapa banyak jenis bunga di sudut rumah gadis berparas cantik itu.
...Aku kagum pada allah yang telah menciptakan gadis sepertimu, kamu begitu tabah menghadapi semua masalah mu. kamu bahkan tidak mengatakan apapun saat seseorang dengan teganya menyakitimu, menghinamu dan mengecewakan mu. tidak bisakah kamu bersikap selayaknya manusia lain yang meminta alasan ketika melakukan tindakan?...
...Fachrul Razi Al Kaady...
◈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments