part 16

"Ibu, Al minta bantuan mbak ya, mbak pasti bisa bantuin kita bu"

Kata Ali yang tak tega melihat keadaan keluarganya.

"Ayahmu tidak mau Al, kita lihat keadaan dulu ya, klo keadaan nya tetap dan pamanmu tetap kekeuh mengusir kita, kita akan hubungi mbakmu" kata ibu Zahira lalu menghela nafas panjang.

..."Semua orang pernah merasa terluka, dan punya masa lalu yang buruk, tapi akan lebih baik ketika kita bisa menjadikan masa lalu sebagai cerminan di masa sekarang. "...

...Fachrul Razi Al Kaady...

                           ***

  Dua hari sudah Zahira berada di negara malaysia. Dan keadaan ayahnya semakin parah, pamannya semakin menjadi dan menyuruh keluarga Zahira pergi dari rumahnya karena pamannya ingin menjual rumah mereka.

"Om, Ali mohon jangan usir kami dari rumah kami, kami mau tinggal dimana jika om mengusir kami? " mohon nya Ali kepada omnya itu karena omnya sudah melemparkan barang-barang mereka keluar rumah.

"Tidak bisa! kalian harus pergi dari rumah ini!" hardiknya dengan begitu angkuh.

"Om, lihatlah keadaan ayah, tolong jangan lakukan ini"

  Ali, ibu dan Fatah menangis tersedu-sedu memohon kepada omnya.

"Hardi to.... long ja....ngan lakukan ini pada keluargaku" kata ayah Zahira terbata-bata.

"Aku tidak peduli!  Kalian harus pergi sekarang juga! " tekannya pada ayah Zahira.

   Tiba-tiba ayah Zahira merasakan sakit di jantungnya dan langsung pingsan.

"Ayahhhhhhhh...... "

                              ◈

    Zahira terlihat mondar mandir di depan kamarnya, ia terlihat cemas karena perasaannya mendadak tidak enak.

  Amira yang melihatnya menjadi tidak mengerti melihat bosnya itu mondar-mandir di depan pintu.

"Ada apa bu?  Ibu tampak mencemaskan sesuatu? " tanyanya.

"Nggak tahu nih Mir, perasaan saya mendadak nggak enak" jawabnya lalu duduk untuk menenangkan diri.

"Ibu yang tenang ya, in syaa allah semuanya akan baik-baik saja, ibu minum dulu ya"

  Amira memberikan segelas air putih dan Zahira meminumnya.

"Ibu lebih baik siap-siap sekarang, jam dua kita akan meeting dengan pak Richard "

  Zahira menganggukkan kepalanya dan langsung pergi ke kamar hingga ia mengabaikan panggilan via whatsapp dari Ali.

  Setengah jam kemudian Zahira sudah siap untuk pergi meeting, ia mengambil ponselnya dan matanya mendelik saat melihat chat dan panggilan via whatsapp dari Ali banyak sekali. Zahira membacanya dan Zahira langsung terduduk lemas dan menangis setelah membaca pesan dari Ali.

  Zahira langsung menelfon Ali dan beruntungnya langsung di angkat oleh Ali.

"Halo Al?  Bagaimana keadaan ayah? "

"Ayah masih belum sadarkan diri sejak pagi kak, penanganannya terlambat karena terbentur biaya"

"Maaf ya mbak lagi di Singapura, tapi sesegera mungkin mbak akan pulang hari ini dan masalah biaya biar nanti mbak hubungi Nadia dan Radit untuk mengurusnya, kalian baik-baik disitu, sekarang mbak akan telfon Nadia"

"Iya mbak"

  Zahira segera menghubungi Nadia namun tidak di angkat. ia mencoba menghubungi Radit tapi tidak di angkat juga. Zahira frustasi karena Nadia dan Radit tidak menjawab telfonnya ia harus bagaimana?

  Di saat ia menangis tersedu-sedu dan di landa cemas ia teringat pada Razi, ia langsung menghubungi Razi dengan wajah penuh harap agar Razi mengangkatnya.

"Halo?" kata Zahira dengan suara tersedu-sedu.

"Iya kenapa Ra, ada apa?  Kenapa suaramu tersedu-sedu apa kamu menangis? " Razi terdengar cemas.

"Ayah aku Raz,..." kata Zahira terbata-bata menceritakan keadaan ayahnya dan keluarganya.

"Kamu tenang ya, aku Radit dan Nadia langsung ke sana, kamu jangan khawatir kami akan mengurusnya"

Zahira tertunduk pilu setelah mengakhiri sambungan telefon dari Razi.

                               ◈

  Sekitar jam lima sore Nadia, Radit dan Razi berada di rumah sakit untuk mengurus administrasi biaya rumah sakit ayah Zahira.

  Ibu Zahira terlihat sangat khawatir dengan keadaan suaminya itu. Nadia yang tak tega melihatnya langsung menghampiri ibu Zahira.

"Ibu yang sabar ya, om pasti baik-baik saja, dokter sudah memberikan perawatan terbaik disini"

  Ibu Zahira sedikit tersenyum dan mengangguk.

"Terimakasih kalian sudah membantu kami, padahal saya nggak kenal sama kalian tapi kalian baik sekali mau membiayai semua biaya rumah sakit suami saya"

"Ibu memang tidak mengenal kami, tapi kami adalah teman anak ibu. kami teman Zahira dia yang meminta kami agar mengurus segala keperluan kalian, maaf yah Zahira mungkin tengah malem baru bisa pulang karena ada meeting di Singapura. sebenarnya dia sudah mau pulang dan meninggalkan meeting nya, tapi kami melarangnya karena kami tahu meeting ini sangat penting bagi perusahaan nya" kata Nadia mencoba menjelaskan keadaan Zahira.

  Ibu Zahira terdiam sejenak lalu tersenyum.

"Apa Zahira baik-baik saja? "

"Alhamdulillah tan dia baik"

  Ibu Zahira merasa lega setelah mendengar Zahira dalam keadaan baik. Nadia menatap Ali dan adiknya Fatah.

"Al, kamu pulang ya sama Fatah ikut kak Radit, istirahat dulu kamu sama Fatah pasti capek, biar kakak sama kak Razi yang jagain ayah kamu" pintanya pada Ali.

"Kita di usir kak, kami nggak punya rumah " Ali menjawab dengan berlinang air mata

  Nadia tersenyum lalu mengelus kepala Ali.

"Pulang ke rumah mbak mu, mbak mu udah pindah nggak terlalu jauh dari sini. mbak mu udah ceritain semuanya, kamu jangan khawatir ya, semuanya akan baik-baik saja. setelah Zahira pulang semuanya akan baik-baik saja"

Nadia tersenyum berusaha menghibur kedua adik Zahira.

"Mas Radit tolong bawa mereka pulang, nanti akan aku suruh karyawan dari restoran untuk mengirimkan mereka makanan"

  Setelah mendengar ucapan Nadia akhirnya Ali dan Fatah pulang di antar oleh Radit.

  Tinggal ibu Zahira, Razi dan Nadia di rumah sakit. Dokter keluar dari ruangan Ayah Zahira.

"Gimana keadaan suami saya dok? " tanya ibu Zahira ketika dokter keluar.

"Suami ibu sudah membaik, tapi harus di rawat inap untuk beberapa hari. " jelasnya dokter tersebut.

"Boleh kami masuk dok? " tanya Nadia.

"Silahkan, saya tinggal dulu" ujar dokter tersebut lalu meninggalkan mereka.

  Ibu Zahira, Nadia dan Razi masuk dan terlihat lebih baik, ayah Zahira tersenyum melihat istrinya itu dan matanya terlihat bertanya-tanya ketika melihat Razi dan Nadia.

"Ini nak Nadia dan Razi, mereka yang mengurus biaya administrasi rumah sakit "

  Ayah zahira tersenyum.

"Terimakasih sudah menolong kami, sungguh kami berhutang Budi pada kalian"

"Om nggak berhutang Budi sama sekali ke kita, semuanya Zahira yang bayar, tapi Zahira masih di Singapura belum bisa pulang untuk melihat langsung keadaan om" tutur Nadia, perlahan ia mendekati ayah Zahira.

  Ayah Zahira merasa sedih mengingat dua tahun lebih ia tidak bertemu putrinya itu.

"Maaf sebelumnya karena Nadia lancang mengatakan ini di saat keadaan om belum pulih benar, tapi om harus tahu dulu pernikahan Zahira batal karena pria itu yang membatalkan nya"

"Maksud kamu? " tanya ayah.

Zahira yang merasa terkejut.

"Andri yang membatalkan pernikahan mereka karena orang tuanya tidak setuju, bahkan Andri menghina Zahira,  mengatakan bahwa Zahira tidak pantas di cintai ataupun di nikahi. Andri bahkan menghina Zahira, tapi Zahira menerimanya begitu saja, tanpa mengatakan apapun. bahkan saat keluarga kalian menyalahkan Zahira, Zahira diam dan tidak mengatakan apapun dan menerima semua perlakuan kalian" terangnya pada Ayah Zahira sambil terisak isak.

  Nadia benar-benar harus meluruskan kesalahpahaman antara Zahira dan kedua orang tuanya.

...Kadang allah menguji kita tidak hanya untuk menguji seberapa sabar kita menghadapinya, tapi juga untuk membuat kita sadar bahwa kita harus belajar dari ujian tersebut, karena ujian datang bukan hanya untuk menguji, tapi juga untuk memberikan hikmah dan pelajaran....

...Al Mahyra...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!