"Aku tidak pernah menyesali apa yang terjadi di masa lalu, mungkin masa buruk di masa lalu adalah bagian terpenting yang menuntunku untuk belajar menjadi lebih baik kedepannya..
Ada banyak orang yang meminta agar segera melepas kesendirian ini, tapi aku belum mampu, aku yakin pada saat dan waktu yang tepat, allah akan mempertemukan aku dengan mu yang akan menjadi jawaban dari setiap do'a panjang ku...
Al Mahyra.
***
Sudah enam hari Zahira berada di malaysia dan hari sabtu ini Zahira akan pulang. Pesawat yang tumpangi Zahira sudah mendarat di Indonesia sekitar jam delapan pagi dan ia tengah menunggu Radit dan Nadia.
"Ada dimana sih Zahira? " pekik Nadia pada Radit dan Razi yang tengah berada di parkiran.
"Sabar Nad, katanya udah jalan kesini" kata Radit menghembuskan nafas panjang.
Razi hanya menggelengkan kepalanya melihat dua sejoli yang berceloteh tidak jelas.
Beberapa saat kemudian Zahira muncul, ia memakai gamis berwarna hitam, senada dengan hijab dan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Zahira memang gadis yang sangat cantik meski tanpa memakai riasan wajah.
Zahira menyunggingkan senyum kepada mereka bertiga.
"Kenapa sih kamu makin cantik" kata Nadia yang hanya membuat Zahira mengernyitkan dahinya.
"Kamu ini klo bicara suka nggak jelas"
"Udah pada makan kan? " tanyanya kemudian.
"Udah, kami makan di jalan tadi" jawab Radit yang terlihat senang melihat sahabatnya itu datang.
"Ayo pulang aku punya hadiah untuk kalian, Dan juga Razi" ajaknya pada Nadia Radit dan melirik ke arah Razi sekilas.
Ketiganya pun langsung pulang menuju rumah Zahira, setelah melewati perjalanan satu jam lebih akhirnya mereka sampai di rumah Zahira.
Mereka langsung duduk di teras depan rumah Zahira yang begitu nyaman dan segar karena banyak bunga-bunga yang Zahira tanam di depan rumahnya.
Mereka berempat berbincang-bincang cukup lama hingga jam sepuluh mereka masih Setia berbicara panjang lebar tentang pekerjaan.
"Oiya Razi, ini untukmu " kata Zahira menyodorkan bingkisan kepada Razi.
"Makasih ya" katanya lalu mengambil bingkisan dari Zahira.
"Bukalah, kamu pasti suka" ucapnya tersenyum kepada Razi, dan sekilas Razi terkesima melihat senyuman Zahira. namun ia langsung tersadar dan langsung membuka bingkisan dari Zahira.
Sebuah novel karya dari Al Mahyra atau lebih tepatnya novel karyanya. Novel dari cetakan pertama yang masih belum di pasarkan bahkan ada tanda tangan dari sang penulis Al Mahyra yang tak lain adalah dirinya sendiri.
"Itu novel cetakan pertama dari penulis favorit mu Al Mahyra, aku dengar kamu sangat suka"
Radit dan Nadia tersenyum karena Zahira terlihat lebih baik kepada Razi.
Razi terdiam sejenak menatap buku di tangannya, ia tidak menyangka akan mendapatkan tanda tangan Al Mahyra. Seulas senyum mengembang di bibirnya.
"Terimakasih "
Zahira mengangguk kecil.
Ting
Zahira melihat layar hpnya dan terlihat bertanya-tanya dalam pikirannya.
087xxxxxx
Bagaimana kabarmu?
Aku merindukanmu.
Andri
Deg
Seketika Hp Zahira jatuh dari tangannya yang membuat Radit, Nadia dan Razi terkejut. Zahira terlihat langsung pucat pasi dan terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun, matanya sendu dan terlihat tampak shock.
"Ra kamu kenapa? " tanya Nadia yang tampak khawatir.
Zahira tetap terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Nadia, dirinya terlalu shock mengetahui yang mengirim pesan kepadanya adalah pria yang sudah membuatnya selalu di bayang-bayangi oleh perasaan luka.
"Ra, kamu kenapa? Apa yang terjadi siapa yang mengirim pesan? " tanya Nadia sekali lagi namun Zahira tetap terdiam karena tak mendapatkan jawaban dari Zahira, Nadia langsung melihat Hp Zahira dan ia menutup mulutnya setelah tahu bahwa pria itu yang mengirim pesan.
Nadia menatap Zahira dengan wajah prihatin, Nadia pun langsung memeluk erat tubuh Zahira. dirinya faham pasti sahabatnya ini merasa terluka karena kehadiran pria itu. Zahira menangis sesenggukan dalam pelukan Zahira hatinya terasa sakit mengingat semua yang sudah ia alami dua tahun lalu.
Razi menatap Zahira yang menangis dalam pelukan Nadia, ia terlihat begitu rapuh dan pilu, untuk pertama kalinya ia melihat Zahira menangis, gadis yang selama ini selalu dingin dan datar itu menangis tersedu-sedu di pelukan Nadia, ada rasa sakit di hatinya melihat Zahira menangis seperti itu.
Nadia mengantarkan Zahira ke kamarnya agar ia bisa istirahat. Ia menutup pintu kamar Zahira lalu kembali ke teras depan rumah menemui Radit dan Razi.
"Gimana keadaannya Nad? " tanya Radit yang duduk bersedekap tampak gelisah.
"Dia hanya shock mas, aku yakin dia bisa mengatasi semua ini" Nadia tersenyum kecut.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya Razi yang tampak khawatir.
"Dia baik-baik saja, tidak usah khawatir"
Razi merasa sedikit lega mendengar jawaban Nadia.
"Mas, besok tolong anterin kita ke rumah Zahira, kita akan secepatnya pindah ke sana, aku yakin pria itu akan mengganggu Zahira lagi"
Radit menganggukkan kepalanya.
"Apa dia sangat terluka karena perbuatan pria itu? " tanya Razi begitu hati-hati takut salah bicara.
Nadia menghela nafas pelan, ia memijit keningnya yang merasa pusing. Sejenak ia terdiam namun akhirnya iapun buka suara.
"Zahira bukan terluka karena perasaannya, bukan karena sayang ataupun Cinta. dia selalu sewajarnya dalam hal apapun, dia terluka karena pria itu yang menyebabkan keluarganya menjauhinya, sampai orang tuanya masuk rumah sakit dan akhirnya keadaan itu yang menyebabkan ia di usir keluarganya "
Nadia tersenyum tipis mengingat perjuangan Zahira agar bisa melupakan segalanya.
"Zahira sangat terpukul "
Razi faham maksud perkataan Nadia. Ia bisa melihat jelas bagaimana semua itu membuatnya sangat terluka, kecewa bahkan trauma.
"Ya udah klo gitu semoga dia baik-baik saja, aku mau pulang dulu mau membicarakan tempat tinggal Radit"
"Katanya Zahira harus ngomong sendiri sama orang tua kamu? " celetuk Radit di iringi tatapan penuh selidik.
"Ngelihat keadaannya aku nggak tega, jadi biar aku ngomong sendiri aja, kalian bisa sambil berkemas. ya udah aku pamit assalamualaikum " kata Razi lalu berlalu meninggalkan Radit dan Nadia yang masih penuh dengan tatapan selidik.
◈
Malam harinya Nadia Dan Zahira masih berkemas dan mengepak barang.
"Kamu nggak ingin berhenti ngajar aja Ra dan fokus sama bisnis dan perusahaan aja? " tanya Nadia hati-hati takut salah bicara.
Zahira menghela nafas lalu berhenti mengepak barang, ia duduk dan terdiam sesaat, tapi kemudian ia tersenyum.
"Klo aku berhenti, ijazahku nggak ada gunanya, aku udah minta waktu untuk mengajar hanya dua kali dalam seminggu"
"Kamu udah bicarakan ini sama kepala sekolah? "
"Lebih tepatnya udah ngadain rapat di sana Nad, emang sih banyak yang keberatan, dan nanya alasannya apa. tapi ya aku bilang klo aku harus ngurus perusahaan, dan akhirnya mereka setuju"
"Pastinya mereka nggak akan melepaskan mu, secara kamu guru berprestasi "
Zahira hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Nadia.
"Lanjutin esok aja, besok aku akan menghubungi karyawan di kantor untuk membantu mengemas barang-barang yang lain"
Nadia hanya mengangguk menatap kepergian Zahira. Sesampainya di kamar nya, Zahira menatap foto perempuan yang sangat ia rindukan bertahun-tahun.
"Zahira kangen.. " liriknya pelan disertai air mata yang mengalir.
..."Aku bukan terluka karena seseorang pergi dari kehidupan ku, tapi aku merasa sangat terluka jika karena kesalahan seseorang aku harus menjauh dari keluarga ku. "...
...Zahira Al Mahyra....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nurafni Zalfaalituhayu
sosok zahira yang penuh misteri.......dengan kehidupanya
2022-05-30
0