.
.
.
Jo sudah menunggu Nesa di seberang kampus yang lumayan tak bisa dijangkau dari kampus Nesa. Hanya Jo yang bisa menjangkaunya. Jo hanya ingin tahu, siapa teman yang dimaksud oleh Nesa itu.
Tak lama kemudian para mahasiswa mulai berhamburan keluar.
"Mil,, jelong-jelong yuk....???" ajak Nesa pada sahabat 11 12 nya.
"Kemana Sa???"
"Serah loe aja, penting gue seneng..."
"Sorry Sa,, hari ni gue diajak jalan sama Daffa..."tolak Mila dengan wajah menyesal.
"Kemana?? gue ikut dong Mil??"
"Gak bisa Sa,, loe bakal jadi obat nyamuk kalo loe maksa ikut. Mendingan tuh sama Aris. Tadi gue denger dia mau minta jawaban dari loe..."
"Hah apa???" Nesa menganga tak percaya. Dia belum siap menjawab cintanya Aris. Bagaimana ini??? Nesa bimbang sendiri.
"Sudah, nyantai aja. Gue cabut dulu..." Mila menepuk punggung Nesa lembut sebelum pergi peninggalkan Nesa yang masih mematung.
"Sa,,, loe di sini?? gue anter loe pulang ya..."itu Aris, dia bersikap lembut kepada Nesa.
"Eh ih,, i-iya Ris..." dengan terpaksa Nesa mengikuti ucapan Aris. Lebih baik membuang waktunya dengan Aris dari pada harus berduaan dengan si Jo yang otak mesum itu, fikir Nesa tanpa tahu menahu kalo Jo sudah mengintainya.
***
Aris membawa Nesa ke sebuah cafe untuk anak-anak muda. Cafe itu bertemakan gitar, karena di mana-mana semuanya serba hiasan gitar. Bahkan mejanya pun berbentuk seperti gitar. Nesa agak canggung sih saat memasuki tempat itu. Saat Aris menggandeng tangannya, dengan cepat Nesa menepisnya. Bukan maksud apa-apa, hanya Nesa tak yakin akan masuk ke dalam cafe itu.
"Ris,, jangan di sini..."ucap Nesa takut-takut.
"Kenapa Sa??"tanya Aris bingung, padahal tempat ini adalah tempat tertutup dan lumayan romantis jika Nesa tahu.
"Gue gak nyaman Ris,,, lebih baik di tempat biasa yuk.. yang rumah makan deket taman kota itu..."pinta Nesa penuh harap pada Aris.
Aris menghela nafas berat. Dia bukanlah tipe pria penyabar. Tapi demi Nesa gak apalah sekali-kali mengalah. Untung cinta, batin Aris yang kemudian mengangguk pasrah.
Jo menatap kejadian itu panas. Ia mencoba nge-chat Nesa tapi tak dibalas. Nelfon juga gak diangkat. Haaaaaaaah,,, sebenarnya Jo mempertanyakan statusnya saat ini. Jo emang gak maksa Nesa buat cepet-cepet nerima dia. Tapi Jo hanya ingin Nesa menganggap kalau dia adalah suaminya.
Jo terus membuntuti Nesa kemanapun dia pergi. Jo hanya ingin memastikan kalau Nesa aman-aman aja. Jo hanya takut Aris menyakitinya. Orang yang keras dan gak bisa ngendalikan emosinya.
Nesa dan Aris memasuki warung itu, Jo hanya mengamatinya dari jauh. Wajah Nesa terlihat bahagia. Bahkan tertawa lepas saat bersama Aris. Jantung Jo terasa tersayat, kenapa tiba-tiba dia sakit hati??? Rasanya dia ingin marah, ingin menangis melihat itu semua. Jiwa ABG nya masih belum labil. Jo meninju sebuah pohon. Dia baru tersadar akan cobaan hidup. Seperti ini kah cobaan untuknya. Sekolah belum lulus, harus dipaksa menikah dan harus bekerja. Mungkin jika itu bukan Jo, orang lain tak kan mampu merasakannya. Padahal Papanya orang kaya, seharusnya Jo bisa memanfaatkan itu. Tapi sayang, Papanya ingin Jo memulai dengan nol. Darah segar mengalir dari kepalan tangan kanannya yang berada di sebuah pohon beringin yang tumbuh lebat di pinggiran taman kota itu. Jo tak tahan lagi. Dengan segera dia menghampiri keberadaan Nesa.
Nesa tersentak saat ada tangan yang menarik pergelangan tangannya. "Jo..."
Jo memilih diam dan terus menyeret Nesa sampai di bawah pohon beringin itu. Aris yang sedari tadi meneriakinya tak digubris oleh Jo. Perduli apa tentang Aris. Dia aja gak pernah mengerti tentang perasaan Jo.
"Jo... apa-apaan sih!!! Kayak anak kecil aja, main tarik-tarik. Sakit tau!!!!"gerutu Nesa sambil mengelus-ngelus tangannya yang sedikit terasa nyeri.
Bugggggh
Buggggggh
Jo tersungkur gara-gara menerima bogeman yang secara tiba-tiba. Bibirnya robek, ada sedikit darah mengalir di sana.
Nesa terkejut bukan main. Menyaksikan Jo yang tak berdaya gara-gara ulah Aris. Aris masih mengepalkan tangannya ke udara. Ingin meninju Jo untuk yang ke-3 kalinya. Tapi dengan sigap Nesa menghadangnya, hingga tinjuan itu jatuh ke pipi Nesa. Mata Nesa membelalak tak percaya.
Aris yang tersadar salah sasaran akhirnya menyesal. "Sa... maafin gue...."Aris mengulurkan tangannya berniat untuk mendekap Nesa. Tapi dengan kasar Nesa menepis tangan Aris itu.
"Jauhi gue Ris..."ucap Nesa lirih, matanya berkaca-berkaca.
"Tapi Sa, dia gak patut loe lindungin kayak tadi. Dia itu cuma anak ingusan pengganggu hubungan kita Sa, loe harus sadar..."ucap Aris dengan percaya dirinya dan sesekali menunjuk wajah Jo yang masih terduduk di tanah.
Nesa menggeleng dan langsung memeluk Jo dari samping.
"Dia suami gue Ris..."jawab Nesa pelan. Nesa sudah tak tahan membendung air matanya. Buliran hangat itu akhirnya terjun bebas di pipi chubby nya.
Jo merasa bahagia, akhirnya Nesa mengakui kalo Jo adalah suaminya. Jo harus tersenyum bahagia sekaligus sedih, karena Nesa harus terluka gara-gara ngelindungin dirinya.
"Apa??? Loe bercandakan Sa?? Candaan loe gak lucu..." Aris berkacak pinggang tak percaya dengan pengakuan Nesa barusan.
Nesa menggeleng pelan. "Ini gak bercanda Ris, gue sungguh-sungguh. Dan maaf, gue gak bisa nerima cinta loe..."
"Apa??? Loe gila??? Loe PeHaPe-in gue Sa... Loe!!!" Aris menunjuk Nesa dan ingin menamparnya. Beruntung, dengan sigap Jo menahan pergelangan tangan Aris.
"Jangan sentuh istri gue,,,"ucap Jo sarkastik.
"Ck,, gue gak terima atas kelakuan kalian berdua. Gue pastikan kalian berdua bakalan sengsara...." ancam Aris dan akhirnya meninggalkan Jo dan Nesa.
Nesa menangis dalam dekapan Jo. Ada rasa menyesal karena tidak mengikuti perintah dari suami brondongnya itu. "Ma-af.... Ma-a-fin a-ku..." ucap Nesa terbata-bata.
Jo merenggangkan pelukannya, memegang kedua pundak Nesa. Menatap wajah sang istri yang sedang menangis itu.
Tangan kanan Jo terulur menghapus air mata yang terus berjatuhan dari mata Nesa.
"Husssshh,, sudah Nesa. Aku sudah maafin kamu.
Kamu tau gak, alasan kenapa aku ngelarang kamu deket-deket dengan Aris?? Alasannya ya ini,,, Aris orangnya kasar. Suka memukul, gak peduli itu cewek atau cowok. Aris akan memukulnya jika dia emosi ..." Jelas Jo yang membuat Nesa tersadar akan semuanya.
"Kamu kenal sama dia???"pertanyaan yang sudah lama Nesa pendam akhirnya muncul juga di saat yang mungkin kurang tepat.
"Sudah lah,, itu gak penting.. lebih baik kita pulang ya... Ni pipimu membiru, harus segera dikompres..." titah Jo sambil membelai pelan pipi Nesa yang lebam itu. Nesa tersenyum meskipun pipinya terasa nyeri.
"Kamu juga harus segera diobati... Ni bibirmu berdarah..."balas Nesa sambil -sengaja- menekan bibir Jo yang sobek.
"Awww..." reflek Jo meringis kesakitan akibat ulah jail sang istri itu.
Keduanya saling tertawa dan langsung cussss menuju ke apartement.
Next episode nunggu vote kalian ya ... see you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SI JO KOQ GK NGELAWAN, APA SI JO GK BSA BELADIRI, GMN MAU LINDUNGI ISTRI..
TU NESA, LIAT KN KLAKUAN ARIS,, CALON GURU, TPI GK PNY MORAL & AHKLAK... CALON GURU ANJING TU SI ARIS...
2023-01-18
0
bundaoskaa
maksudnya mungkin jiwa ABG nya masih labilya Thor
2022-06-25
0
Rina Juwita
ceritax bagus
2021-07-02
0