.
.
.
Setelah sarapan pagi. Pak Bambang dan Dinda sengaja pergi keluar rumah meninggalkan pasangan pengantin baru itu.
Jo hanya diam diri duduk di ruang TV. Dia benar-benar kikuk mau ngapain. Apalagi pak Bambang sudah berpesan 'jangan pulang dulu kalau ayah belum datang'. Jadi dengan terpaksa beginilah keadaan Jo sekarang. Hanya nonton TV. Dan Nesa?? Tau kemana istrinya itu. Kalau nikahnya atas dasar cinta. Pasti saat ini adalah kesempatan emas untuk bermesraan. Bermesraan?? Kayaknya di khayalan Jo aja dulu.
Nesa yang tidak menyadari kalau Jo masih berada di rumahnya akhirnya terkejut juga.
"Eh bocah... loe gak balik??"
Jo menatap Nesa datar. "Aku-kamu..." balas Jo sedingin mungkin.
"Kesambet loe." Nesa panik, ngapain juga panggil aku-kamu. Nesa belum siap.
"Bicara sama suami yang sopan.. bukan loe-gue... Mengerti???" balas Jo santai tapi sedikit menggertak.
Seperti di skak mart, akhirnya Nesa tidak bisa berbuat apa-apa. Di otaknya terngiang-ngiang aku-kamu, aku-kamu, aku-kamu.
"Aaaarghh..." teriak Nesa frustasi dan akan meninggalkan Jo. Tapi dengan cekatan Jo menarik tangan Nesa. Membuat Nesa menoleh ke arahnya.
"Apa???"
"Boleh aku cium kamu???"
"Gila ya... kamu bener-bener omes (otak mesum).."
"Setidaknya aku kan suamimu... wajar dong minta cium istri," sewot Jo.
Nesa jadi emosi sendiri ngehadapin kelakuan bocah yang baru dikenal ini bahkan belum kenal sudah jadi suaminya aja. Apa lagi sekarang, ternyata dia juga otak mesum.
"Aku belum terima ya.. kalau kamu itu suamiku," tandas Nesa dengan sinis.
Jo melepaskan tangan Nesa. Menyudutkan Nesa ke tembok. "Oh ya... Apa kau masih berharap sama cowok itu??" tanya Jo masih dengan ekspresi datar. Tapi mampu membuat jantung Nesa berdebar-debar.
'Gila nih brondong,' batin Nesa sudah mulai tak karu-karuan dengan posisi yang seintim ini untuk kedua kalinya bersama dengan Jo.
"Ehmmm.... ternyata ada yang sedang bermesraan. Din, tutup mata kamu. Belum waktunya," seru pak Bambang yang entah kapan datangnya.
'Slamet... Slamet...' Nesa mengelus dadanya merasa lega karena posisi Jo sudah sangat menjauhinya.
"Eh.. ayah dari mana???" tanya Nesa sambil mencoba menghilangkan rasa gugupnya.
"Ayah dari mini market depan. Di salam gak ada yang jawab ternyata asyik pacaran, dasar pengantin baru," ejek pak Bambang yang membuat kedua anak remaja beda usia itu jadi salting sendiri.
Jo nyengir kuda. "Berhubung ayah sudah pulang, Jo akan pamit pulang," pamit Jo kepada pak Bambang.
"Buru-buru aja, terusin aja yang tadi."
"Ah... a-apa??" tanya Jo dan Nesa gugup bersamaan.
"Wahaha..." Pak Bambang tertawa terbahak-bahak melihat raut anak dan mantunya. Kocak banget menurut pak Bambang.
"Ayah apaan sih???" Nesa geram.
"Udah Yah... Jo pamit dulu. Assalamu'alaikum," pamit Jo buru-buru sambil meraih tangan pak Bambang. Dan reflek meraih tangan Nesa. Nesa sedikit emosi, karena Jo benar-benar memanfaatkan situasi ini. Untuk hari ini, Nesa sudah 2 kali mencium punggung tangan Jo.
"Jangan lupa balas chat ku oke," ucap Jo dengan senyum termanisnya. Karena masih di depan ayahnya. Akhirnya Nesa berdehem mengiyakan. Padahal chat apa juga, mereka gak pernah chatting.
Pak Bambang yang sudah tersadar akhirnya menatap Jo. "Wa'alaikumussalam," jawab pak Bambang sedikit telat.
Jo sudah berlalu, Nesa masih dengan raut emosi akhirnya meninggalkan pak Bambang dan menuju ke kamarnya. Dinda?? Entahlah, anak itu sudah tak terlihat lagi.
Di dalam kamar, Nesa terngiang-ngiang dengan perkataan Jo. 'Boleh aku cium kamu??'
"Ish,,, bocah mesuuummmm," teriak Nesa di balik bantal agar teriakannya tak terdengar sampai keluar.
***
Sesampainya di apartementnya, Jo langsung masuk ke kamarnya. Pak Wahyu? Papanya itu orang yang sibuk. Jarang sekali pak Wahyu ada di rumah meskipun itu off karena pak Wahyu adalah DirUt(Direktur Utama). Beda dengan pak Bambang yang hanya karyawan, jadi pekerjaannya tidak terlalu menuntutnya.
Jo senyum-senyum sendiri membayangkan ekspresi Nesa saat bagaimana Jo bilang ingin menciumnya. Cewek itu benar-benar membuat Jo kesengsem sendiri.
Jo mengambil handphonenya. Mencari nama istriku di sana.
*Jo*
Lagi ngapa??
Nesa membuka matanya dan mendapati kontak dengan name 'suamiku' terkejut bukan main. Ini pasti ulah Jo malam itu yang mengambil paksa HP nya.
"Bales gak ya???" desis Nesa.
"Males ahhh...."
*Jo*
Kok gak bales??
"ihhh... masa bodo," gumam Nesa membanting HP nya. "Coba Aris yang chat gue, pasti langsung gue bales dengan senang hati."
Jo yang merasa chat nya terabaikan, akhirnya menghela nafas pasrah. Sepertinya dia akan berusaha keras untuk mendekati Nesa.
***
Senin 06.45 waktu setempat.
Seperti sekolahan pada umumnya. Hari Senin adalah hari khas upacara pengibaran bendera merah putih. Jo yang tingginya sangat lumayan. Dia berdiri di baris pertama.
Di sana terlihat Nesa istrinya yang ikut berbaris di posisi para guru. Mata Jo tetap terfokuskan pada wanita itu. Wanita yang harus ia fikirkan dari pada dirinya. Meskipun tidak ada cinta di antara keduanya. Tapi ikatan mereka yang sudah sah di mata agama dan negara. Mau tak mau, Jo harus menjaga istrinya. Membimbing istrinya meskipun Jo tidak yakin 100% bisa membahagiakan Nesa. Setidaknya Jo akan berusaha.
Tak terasa waktu upacara pun selesai. Mata Jo memanas saat mendapati Nesa berjalan beriringan dengan Aris. Musuhnya. Sudah tidak ada kesempatan lagi. Jo harus segera bekerja di kantor ayahnya. Biar mereka hidup serumah. Setidaknya dengan begitu, Jo bisa mengontrol kegiatan Nesa dengan leluasa.
Jo menghampiri Nesa dengan wajah datarnya. Wajah yang menutupi rasa kemarahan pastinya.
"Miss, boleh minta tolong??" ucap Jo mendekati Nesa yang sedang asyik berbincang-bincang dengan Aris. Entah apa yang diomongin oleh keduanya itu.
"Emmm... tolong apa ya???" tanya Nesa pura-pura tak kenal. Tapi sejujurnya hatinya dongkol banget. Nesa sudah tahu. Pasti Jo akan menyerbunya dengan pertanyaan-pertanyaan kenapa gak bales chat ku?? Kenapa masih bersama cowok itu?? Hemm, Nesa sedang males saat ini, jika harus membahas hal itu.
"Bisa jelasin tentang soal matematika yang kemarin???" tanya Jo dusta pastinya.
"Ow, biar gue aja. Kebetulan gue juga mengajar MTK di sini," serobot Aris yang membuat Jo emosi menatap Nesa.
Nesa yang ditatapnya memasang wajah santai tak keberatan. Tanpa mengucapkan kata sepatahpun. Akhirnya Jo pergi meninggalkan mereka berdua.
"Aneh," desis Nesa spontan yang didengar oleh Aris.
"Apa kalian begitu dekat??" selidik Aris pada Nesa.
Nesa gelagapan, takut kalau ketahuan. Nesa belum siap jika hubungannya dengan Aris harus berakhir sebelum mereka jadian.
"Aaa itu hanya sebatas murid dan guru, loe percayakan???"
"Iyadeh... percaya bu guru."
Jo benar-benar kecewa untuk hari ini. Mulai hari ini, ia putuskan untuk mendatangi perusahaan Papanya. Bekerja di sana. Titik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
INI NESA CALON GURU, TPI GK PUNYA AHKLAK SAMA SUAMINYA...
SI JO PUN KLI INI KURANG TEGAS SAMA NESA..
2023-01-18
0
🤩😘wiexelsvan😘🤩
semangattt bang jo bwt nessa jatuh cinta ya,,,,q suport dr sni okeyyy 😍😍😍
2021-12-09
1
Indra Nur Laraswati
semangat buat jo💪💪💪
2021-07-03
0