.
.
.
Jo tersenyum geli melihat sikap Nesa yang seperti itu. Dengan santai Jo masuk ke dalam kelasnya, meskipun Jo sudah tahu kalau guru mapelnya pasti sudah datang. Tanpa menatap siapa gurunya. Dengan tak sopannya Jo melewati guru itu dan langsung duduk di bangkunya.
Guru itu menatap Jo dengan tatapan membunuh.
"Dan yang baru masuk... serahkan tugas rumahmu. Sekarang!!!" bentakan Nesa membuat seluruh orang yang ada di ruangan itu menganga seketika. Padahal belum juga berkenalan. Tanpa angin tanpa hujan sudah teriak-teriak saja.
Jo yang merasa disuruh akhirnya mengambil buku tugasnya. Eits tunggu. 'bukankah itu... OMG?? kenapa dia ada di kelas gue??? jangan bilang dia guru dari mapel yang gue benci'ucap Jo kaget setengah mati mendapati siapa guru mata pelajarannya saat ini.
Dengan ragu Jo menyerahkan tugasnya. Mana belum sempat dikerjakan lagi. Jo juga lupa gak nyontek pada Amar tadi. Murid terpandai di semua mata pelajaran di kelasnya.
Dan dengan tatapan mata yang tajam Nesa meraih kasar buku yang ada di tangan Jo. Jo pasrah dan kembali duduk ke bangkunya.
"Miss... tadi kan belum dilanjut perkenalannya...???"pinta seorang murid. Ya tadi Nesa menyuruh para murid untuk memanggil dirinya dengan sebutan miss.
"Oh, baik adek-adek... tadi kan kalian sudah tahu kalau nama miss adalah Nesa Khairunnisa. Kalian bisa memanggil saya miss Nesa. Karena bu Indah sedang halangan. Jadi saya disuruh untuk menggantikan beliau..."
"Dan beliau juga menyuruh miss agar kalian mengumpulkan tugas rumah kalian pada miss... jadi mohon kerjasamanya ya adek-adek??"
"Iya miss..."jawab para murid serempak kecuali Jo yang hanya menatap wajah Nesa datar. Padahal gak tahunya hatinya gugup bukan main.
"Miss boleh nanya???"itu adalah suara Briyan. Anak playboy nomor 1 di SMA ini.
"Nanya apa?? silahkan..." Nesa yang tidak menaruh curiga pada Briyan hanya mengiyakan saja.
"Sudah punya pacar belum miss?? Boleh dong PDKT???"
"Huuuuuu...."sorak semua kelas dengan serempak kecuali Jo. Yang masih setia dengan wajah datarnya.
"DIAM!!!"teriak Nesa yang langsung menjadikan suasana kelas sunyi senyap seketika.
"Maaf ya adek-adek... miss tidak mau menjawab pertanyaan yang berbau masalah pribadi. Kalau tentang mata pelajaran. Dengan senang hati miss menjawabnya..."
Satu jam lamanya akhirnya Nesa selesai juga mengajar di kelas Jo. Nesa engap berada di ruangan itu dan secara tidak langsung saling berhadapan dengan Jo. Kepala Nesa sakit seketika saat melihat tugas Jo yang sama sekali belum dikerjakan. Sebodoh itukah suaminya.
'Ya Allah... benarkah dia suami yang Engkau kirimkan untuk hamba???'
Saat ini Nesa sedang berjalan menyusuri koridor sambil membawa beberapa buku yang ada di dekapannya. Beberapa menit lagi waktunya dia pulang. Tapi saat ini pikirannya sedang kalut tak menentu. Mendapati nilai matematika Jo yang hampir semuanya di bawah rata-rata.
Kini Jo juga sedang kalut dalam angannya sendiri. Posisi Jo saat ini sedang berdiri di dekat pembatas lantai 2. Karena dari situ dia bisa melihat aktifitas orang-orang yang ada di halaman sekolahnya.
Jo terdiam memikirkan tentang mata pelajaran matematikanya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Nesa menyukai matematika. Sedang dia sendiri sangat membencinya. Bukan benci, lebih tepatnya malas. Sebenarnya Jo mempunyai jiwa kepintaran yang cukup. Gara-gara sering bolos. Jadilah dia ketinggalan banyak mata pelajaran.
***
Nesa menuju ke parkiran khusus para guru. Dia berjalan beriringan dengan Mila. "Sa, sampai sini aja ya... gue mau cabut dulu.."ucap Mila pamitan saat sudah di garasi.
"Hemmm... pasti bareng Daffa kan??"tebak Nesa yang diangguki semangat oleh Mila.
"Gue dah jadian kemarin... sekarang giliran loe sama Aris...." bisik Mila yang membuat wajah Nesa marah dan sedikit malu saat mendengar nama Aris.
"Jadi kemarin loe ninggalin gue dan loe jadian sama si Daffa?? Gila loe Mil..." Nesa geram sendiri jika mengingat kejadian kemarin. Dia mungkin juga sudah jadian dengan si Aris kalau tidak gara-gara insiden kemarin. Padahal 3 hari lagi dia akan kencan. Huffft... ternyata sahabatnya lebih dulu jadian.
"Ya gimana lagi... double date kita gagal... maaf ya Sa.. karena Daffa sudah tidak sabar. Dan gue juga sudah tak bisa menahan perasaan ini..."ucap Mila yang pura-pura melas.
"Yaudah... husss!! jauh-jauh sana..."usir Nesa sebal yang salah diartikan oleh Mila. Mila menangkapnya kalau Nesa marah karena Aris belum menyatakan perasaannya pada si Nesa.
Tiba-tiba Aris sudah berada di sebelah Nesa.
"Sa...."panggilnya.
Nesa begitu gugup. Dia berusaha mengatur nafasnya biar jantungnya tidak copot, kan gak etis kalau tiba-tiba copot. Padahal belum juga ditembak Aris. Kenapa Nesa jadi Agresif gini sih...
"Iya..."jawab Nesa akhirnya.
"Malam minggu jadikan???"tanya Aris memastikan.
"Oh.. eh.. jadi. jadi Ris..."jawah Nesa gelagapan. Inilah waktu kencan yang ditunggu-tunggunya.
Aris tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Nesa gemas kemudian bilang sampai jumpa dan meninggalkan Nesa yang masih terpaku diparkiran.
Nesa masih tersipu malu. Masa bodoh dengan pernikahannya. Masa bodoh juga dengan si Jo. Eh mengenai si Jo, tiba-tiba perasaan tak enak menggrogoti hatinya. Nesa merasa diawasi oleh seseorang dan...
Tap..
Kedua bola matanya menangkap seseorang yang berdiri di bangunan kelas tingkat 2. Ya Nesa melihat Jo yang berdiri di sana tengah menatap dirinya dengan tajam. Nesa makin gugup. Tiba-tiba perasaan bersalah bergelayut di hatinya. Tapi Nesa berusaha menepis perasaan-perasaan yang berhubungan dengan bocah itu. Tanpa basa-basi lagi Nesa mengambil sepeda motornya dan meninggalkan sekolah itu.
Karena Jo yang sudah kelas XII, dia hanya pasrah dengan adanya mapel tambahan untuk menambah wawasan agar sedikit mudah saat menghadapi UN. Padahal ada banyak kata yang ingin ia sampaikan pada Nesa istrinya.
#
#
#
Tak terasa hari ini adalah hari sabtu. Nesa masih ada tugas untuk mengajar di sekolah Jo.
Hari ini dia mengajar ke kelas X. Anak-anak murid di kelas X sangat mudah diajak kompromi. Mungkin karena masa tahap dari SMP ke SMA. Jadi kebanyakan muridnya jadi pendiam dan penurut.
Nesa menghela nafas panjangnya. Jam mengajarpun selesai. Dia harus balik ke kantor. Karena untuk hari sabtu, dia hanya mengajar sampai jam menuju istirahat saja. Itu tandanya setelah ini dia sudah boleh pulang.
Nesa berjalan sendirian melewati koridor sekolahan. Tak sengaja dari kejauhan dia melihat Jo yang berjalan dari arah berlawanan.
Jo melangkah makin dekat dengan Nesa. Begitupun sebaliknya. Tak berapa lama keduanya sudah saling bertatap. Nesa yang bersifat acuh terus saja berjalan tanpa perduli dengan Jo.
"Mbak..." tiba-tiba saja Jo memanggilnya.
Mau tidak mau Nesa menghentikan langkah kakinya. Membalikkan badan dan menatap Jo dengan datar.
"kenapa?"sinis Nesa.
"Gue gak suka lihat loe dekat dengan cowok itu..."ucap Jo yang membuat Nesa memutarkan bola matanya jengah.
"Apa urusannya.. gue deket dengan siapapun itu bukan urusan loe..."
"Itu jadi urusan gue sekarang..."
"Gue gak peduli..." balas Nesa mulai emosi.
"Gue peduli..." jawab Jo sambil menatap Nesa dengan tajam.
"Serah loe..." Nesa emosi dan mulai membalikkan tubuhnya. Tapi dengan sigap Jo meraih tangannya. "Loe istriku... milikku..."bisik Jo tepat di telinga Nesa. Nesa bergidik ngeri dan sesegara mungkin hilang dari pandangan Jo.
Jo terdiam. Kenapa Jo merasa sakit saat Nesa dekat-dekat dengan pria lain?? Apakah Jo sudah mulai tertarik dengan istrinya itu. Entahlah, biar waktu yang berbicara.
###
Di lain tempat. Kedua orang tua saling bercengkerama. Kadang tertawa seperti tak ada beban. Meraka adalah pak Wahyu dan pak Bambang. Keduanya janjian makan siang di luar.
"Yu... gimana menantuku???"tanya pak Bambang.
"Johan baik-baik aja sih... tapi aku belum membujuknya lagi..."balas pak Wahyu sambil mengunyah makanannya dan ditelan dengan kesusahan.
"Pelan-pelan Yu kalau makan.. kamu kebiasan dari dulu makan dengan tergesa-gesa..."cibir pak Bambang.
"Alah kayak kamu nggak aja Mbang-Mbang..."cibir balik pak Wahyu gak mau kalah. Lalu keduanya tertawa bersamaan.
"Gak nyangka ya Mbang... Janji kita waktu SMA dulu sudah terlaksana dengan sendirinya..."ucap pak Wahyu sambil bernostalgia di masa-masa SMA.
"Iyo Yu... aku juga gak nyangka. Mereka dinikahkan dengan cara seperti ini..."balas pak Bambang sedikit sedih.
"Gak papa Mbang... meskipun kita tahu mereka gak bersalah. Setidaknya dengan cara seperti ini mereka akan bersikap dewasa dengan seiringnya waktu.. ya gak..."
"Hahaha... benar tuh Yu... gak sabar pengen nimang cucu..."celetuk pak Bambang kemudian yang membuat pak Wahyu makin semangat.
"Bener Mbang... jadi pengen cucu cewek deh..."
"Cucu cowok Yu..."
"Cewek Mbang..."
"Cowok Yu..."
"Cewek ..."
"Gimana kalau dua-duanya.. cewek dan cowok..." ide gila pak Bambang membuat keduanya tertawa lepas.
"Kalau gitu bantuin bujuk si Jo biar segera bekerja di kantor... gimana???"tawar pak Wahyu.
"Ok... siap boskuh..."
"hahaha..."
Tak terasa keduanya berbincang hingga waktu istirahat makan siang telah habis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BAGUS JO, LO HRS TEGAS MA NESA ISTRI LO, ENAK AZA MLM MINGGU JANJIAN MA LKI2 LAIN..
SOMPLAK BANGET ORTU MREKA, YG TRNYATA SAHABATN SMASA SMA...
2023-01-18
0
Risa Risa
wahh 😀😀😀
2022-07-16
0
🍇🐊⃝⃟🍒EndahCђαη🍁❣️🕊️⃝ᥴͨᏼ🍂
belum2 sudah posesif
2022-06-16
0