.
.
.
Pagi yang begitu cerah membuat Nesa bangun lebih dulu. Nesa menuju dapur, memasak seperti biasanya.
Sesekali Nesa melirik pintu kamarnya dan pintu kamar mertuanya. "Tumben Papa dan Jo sama-sama bangkong hari ini..."gumam Nesa lirih sambil terus melanjutkan aktifitas paginya.
Tak lama kemudian pak Wahyu keluar kamar, sudah memakai pakaian kantor lengkap dengan dasi dan juga jas nya. Dengan cepat Nesa segera membuatkan kopi untuk sang mertua. Karena Nesa merasa tak enak gara-gara kebohongannya tadi malam.
"Pagi Pa.. ini kopi buat Papa..." Nesa mengulurkan secangkir kopi dan piring kecil atau lepek biasa orang jawa menyebutnya.
Pak Wahyu menerima kopi buatan Nesa. "Makasih mantu... Oya, hari ini Papa ada urusan keluar kota. Kayaknya 2 hari Papa gak pulang. Jangan bergelut kayak semalam ya?? Papa gak jamin Jo akan selamat kalau ayahmu tau..."
Nesa jadi kikuk sendiri, lagian ini bukan ulah Jo melainkan ulah si brengsek Aris. Nesa gak akan maafin Aris yang sudah membuat hidupnya seperti ini.
"Tenang aja Pa, ini untuk pertama dan terakhir. Nesa janji..."balas Nesa mantap sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.
"Bagus, ini baru namanya mantu Papa... Gak salah kan, ternyata janji Papa dan Ayahmu dulu membuahkan hasil..."ucap pak Wahyu tersenyum lebar. Dia belum tahu kalau Nesa dan Jo belum tahu tentang perjanjian keduanya.
"Maksud Papa???"selidik Nesa penasaran dengan ucapan pak Wahyu barusan.
"Aaa, itu lupakan saja... kamu sudah selesai masaknya???"
"Ya ampun, Nesa lupa..." Nesa langsung lari tergopoh-gopoh menuju dapur. Sayur lodehnya hampir saja gosong. Untunglah belum benar-benar gosong. Tapi sayurnya jadi kering, bukan lodeh lagi. Nesa memanyunkan bibirnya.
Dengan berat hati Nesa harus memasak menu baru. Jadinya menu pagi ini cuma telur goreng dan mie instan goreng. Gak sesuai ekspektasinya.
Jo keluar dari kamarnya, seperti biasa Jo sudah mengenakan seragam SMA nya. "Kayak bau hangit..."desis Jo yang membuat Nesa semakin memanyunkan bibirnya.
"Kenapa kamu??? Gosong masakannya..."tanya Jo yang langsung duduk di ruang makan. Sedang pak Wahyu masih duduk di ruang tamu sambil menikmati kopi buatan sang menantu.
"Sok tau..."sewot Nesa yang masih mengerucutkan bibirnya.
"Bibirnya biasa aja kelles... Apa mau aku----"
"Cukup!!! Nih cepetan dimakan..." potong Nesa tajam sambil menyodorkan sebuah piring yang sudah berisi menu pagi ini.
"Yang romantis gak bisa ya?? Apa harus sekasar itu sama suami???"lirih Jo yang pura-pura tertindas.
"Gak bisa, mau kamu makan atau gak serah kamu..." balas Nesa yang masih kasar dan berlalu untuk menemui pak Wahyu.
Jo mendengus kesal, mungkin si Nesa sedang PMS kali. Jadinya dia marah-marah gak jelas kayak tadi.
"Pa,, sarapannya sudah selesai..."ucap Nesa pada pak Wahyu yang ternyata sedang sibuk dengan HP nya. "Boleh bawakan saja ke sini???"pinta pak Wahyu. Nesa mengangguk patuh.
"Kenapa??? Masih marah??"tanya Jo yang melihat Nesa kembali ke ruang makan.
"Gak..." balas Nesa singkat. Dan langsung nyelonong menuju ke ruang tamu lagi. "Ini Pa,,,"
"Makasih nak Nesa..." ucap pak Wahyu sambil menyunggingkan senyumnya.
"Sama-sama Pa... Nesa mau ke ruang makan dulu..."jawab Nesa dan kembali ke ruang makan. Menikmati sarapan paginya dengan malas.
***
"Ada apa???"tanya Jo yang melihat Nesa sedang melamun.
"Aku takut sama Aris..."balas Nesa lirih. Tadi pak Wahyu sudah berangkat kerja, karena sedang ditunggu klien katanya. Kini keduanya sudah berdiri di ruang tamu dan di apartement itu tinggal lah mereka berdua.
"Kamu jangan takut,, apa kamu nglibur aja hari ini...? Lagian pipimu juga masih lebam kan?? Pasti dikepoin nanti sama temen-temenmu..."usul Jo yang membuat mata Nesa berbinar.
"Iya kamu benar,, aku libur aja hari ini..."
"Ya udah, aku berangkat dulu ya... Aku pulang jam tujuh malam nanti. Kamu jangan bosan..."
"Hah?? jam tujuh?? Jadi aku sendirian dong???"Nesa kembali manyun.
"Maunya ditemenin terus ya???"goda Jo, yang langsung kena pukul oleh Nesa.
"Kepedean.. Pedemu tingkat dewa... Dah sono berangkat!!! Hussssh hussssh..."usir Nesa sambil mengibas ngibaskan tangannya. Bahasa isyarat untuk mengusir Jo.
Jo menyeringai. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Nesa. Mengunci kedua tangan Nesa di belakang tubuh Nesa. Nesa memejamkan matanya. Hembusan nafas Jo menyapu bagian hidung dan pipinya.
Nesa berusaha menahan nafasnya. Jo benar-benar membuatnya kehabisan oksigen. Jantungnya berdetak bagaikan genderang yang mau perang.
Cup!!! Sekali kecup, membuat kaki Nesa lemas layaknya jelly. Jo mengalihkan dunianya.
"Morning kiss...." Jo melepaskan Nesa begitu saja. Senyumnya mengembang.
"Berangkat ya... nanti malam kita coba yang lebih..."lanjut Jo sambil mengedipkan sebelah matanya, nakal.
Nesa tak bergeming. Dia terus memegangi dadanya yang sepertinya mau lompat dari sarangnya. Nesa tak menghiraukan perkataan Jo, karena dia sibuk mengatur nafasnya.
Hingga salam dari mulut Jo yang membuat Nesa tersadar dan langsung menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu. Jo benar-benar membuatnya gila untuk hari ini.
***
Nesa terus membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur. Kadang menungging sambil membenamkan kepalanya di bantal. Tapi perlakuan Jo tadi pagi benar-benar membuat jantungnya berdebar-debar. Nesa langsung membalikkan tubuhnya kembali, menutup wajahnya dengan bantal.
"Aaaaa, dasar Jo mesum...!!!"teriak Nesa dibalik bantal. Bayangan Jo yang sudah dua kali mencium bibirnya tetap terngiang-ngiang di otaknya.
Nesa mengacak rambutnya frustasi. "Kayaknya gue pulang aja deh... gak betah gue di sini..." Nesa bergegas menuju lemari pakaian. Segera dia mengganti bajunya.
Setelah selesai, Nesa merogoh HP nya yang ada di sling bag nya. Memesan ojek online untuk mengantarnya ke rumah pak Bambang.
Nesa meninggalkan apartemen itu dan menitipkan kuncinya ke pak Tono selaku scurity kepercayaan pak Wahyu.
Hampir setengah jam lebih perjalanan, akhirnya Nesa menginjakkan kakinya di halaman rumahnya. Hawa segar rumah minimalisnya membuat dirinya selalu rindu pada rumahnya itu.
Drrtttt... Drrrtttt
*Jo*
Lagi ngapain???
"Ck, ni anak... balas gak ya??? Nanti aja deh, mending gue masuk ke rumah" Nesa mengaduk-ngaduk sling bag-nya mencari benda kecil nan pipih itu.
"Dapat..." dengan senyum yang mengembang Nesa langsung membuka pintu rumahnya. Beruntung, pak Bambang yang selalu perhatian itu memberikan kunci cadangan buat anak-anaknya. Tentu nya Nesa dan Dinda. Karena waktu mereka pulang kan tak menentu, dengan kemurahan hatinya pak Bambang memberikan kunci cadangan buat mereka berdua.
"Huuuuuhhhh... Akhirnya gue di kamar ini..." Nesa segera menghempaskan tubuhnya di kasur. Dua malam tak tidur di kamarnya membuat Nesa kangen juga sama suasana kamar nya itu.
Drrrt Drrrrt...
*Jo*
Kemana sih, kok gak bales???😟
*Nesa*
Pulang...
*Jo*
Kemana???
*Nesa*
Ke rumah ayah lah,, kemana lagi?
*Jo*
Kok gak pamit...?
*Nesa*
Gak perlu
*Jo*
Nanti ku jemput. Maaf ya, kamu pasti kesepian tadi
"Idiiiiih,, sok perhatian banget. Pasti ada maunya. Dan apa tadi pagi yang dia bilang nanti malam kita coba yang lebih... Ck, apa maksudnya....??? Aaaaa... dasar Jo omes!!!"
Nesa kembali membenamkan wajahnya. Membayangkan apa yang akan Jo lakuin padanya. Nesa begidik ngeri. Apa Jo akan meminta hak nya????
Next up...
Bantu vote ya... makasih semua... Author jadi semangat menulisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Tri Sulistyowati
lumayan...
2021-06-29
0
0316 Toiyibah,S,Pd.
lanjuut
2021-05-25
0
Anonymous
ini bukti pepatah bahwa jumlah usia tak menjamin kedewasaan.
umur segitu seharusnya sdh tahu apa kewajiban sbg istri, apa yg boleh dan tak boleh d lakukan sebagai istri, termasuk pergi tanpa izin suami itu salah.
2021-02-04
3