.
.
.
.
*Jo*
Jangan deket-deket dengan cowok itu. Aku gak suka
Sebuah pesan Whatshap masuk ke HP Nesa. Nesa dengan santainya membuka pesan itu dan setelah membacanya, seketika mata Nesa membulat. Kemudian memutar kedua matanya jengah, dan lagi-lagi tak dibalas oleh Nesa.
"Bocah itu tetep aja begitu," gumamnya.
Waktu jam pelajaran ke 4 dan ke-5, tak sengaja Nesa melihat jadwal untuk kelas Jo. Dan ya, jadwalnya adalah MTK. Nesa jadi penasaran, apa Jo akan bolos di setiap mata pelajaran itu??
***
Di kelasnya Jo.
"Mar,,," panggil Jo kepada Amar.
"Ya."
"Nyontek MTK nya???"
"Loe tu kebiasaan deh Jo," ejek Amar tapi tetep ngasih contekan. Dengan santainya Jo menjiplak semua tulisan jawaban Amar itu. Selesai nyontek, Jo titip tugasnya pada Amar dan dia ijin keluar bentar.
"Mau bolos lagi loe Jo," desis Amar sedikit sebal tapi tak digubbris oleh Jo.
Sebelum bu Indah datang, Jo mengambil langkah kaki seribu untuk sampai ke belakang toilet perempuan. Entah apa yang ada di otaknya Jo. Tapi Jo hanya mondar-mandir seperti setrikaan baju.
Ternyata sudah sedari tadi Nesa mengawasi gerak-geriknya. Tapi Nesa curiga, kenapa Jo hanya mondar-mandir tak jelas seperti itu. Mungkin lebih baik Nesa menegurnya sebelum anak itu bolos kembali.
"Heh...kamu!!!!" teriak Nesa. Saat ini Nesa sudah membiasakan dirinya dengan aku-kamu saat berbicara dengan Jo.
Jo yang merasa di teriaki hanya menatap wajah Nesa.
'Ish... kenapa dia ke sini???' gumamnya.
"Mau bolos lagi hemmmm???" tanya Nesa dengan sorot mata yang tak bisa diartikan.
"Mulai perhatian nih???" goda Jo membuat mulut Nesa tak percaya.
"Sinting..." desis Nesa mulai terpancing dengan ucapan Jo barusan.
"Kenapa sih kamu tetep deket-deket dengan cowok itu???"
"Kenapa??? Kamu cemburu???" goda balik Nesa menaik turunkan alisnya.
"Ck, cemburu??? terlalu dini untuk kata cemburu bagiku," jawab Jo datar, keduanya saling tatap dan jarak keduanya semakin dekat dan suasana tegang mulai menyelimuti keadaan sekitar.
"Klo gitu gak usah larang-larang aku bisa gak sih???" tandas Nesa, ya sebenarnya Nesa juga tidak mau durhaka sama suaminya. Tapi suaminya ini lebih cocok jadi adiknya. Jadi Nesa belum siap untuk semuanya yang serba dadakan ini.
"Gak bisa," jawab Jo santai. Keduanya terlihat semakin tegang.
"Sa,,, ada apa ini???" Suara seseorang membuyarkan ketegangan di antara keduanya.
"Ah... eh.. Aris... ini aku memergoki anak ini mau bolos," jawab Nesa gelagapan sambil mengusap-usap ujung rambutnya grogi.
"Loe memang berandalan,, dari dulu gak berubah," cibir Aris santai.
"Itu bukan urusan loe," balas Jo dengan tajam.
"Akan menjadi urusan gue klo loe gangguin calon pacar gue. Ngerti!!!"
"Ck, calon pacar?? Gue bukan loe yang harus mencampuri kisah asmara adeknya sendiri," sindir Jo yang langsung membuat Aris emosi.
"Dan kamu..." tunjuk Jo pada Nesa.
"Jauhin dia sebelum menyesal," lanjut Jo kata-kata itu ditujukan kepada Nesa. Nesa hanya diam mematung tidak mengerti.
"Keterlaluan." Emosi Aris memuncak. Kedua tangannya sudah mengepal dari tadi. Kalau saja ini bukan lingkungan sekolah, pasti satu bogeman mentah sudah melayang di pipi Jo sedari tadi.
Nesa sendiri masih bingung dengan obrolan keduanya. Apakah Jo kenal Aris? Apakah Aris kenal Jo? pertanyaan-peetanyaan itu berputar-putar di otaknya.
"Ris..." panggil Nesa. Seketika Aris berusaha meredamkan emosinya.
"Iya Sa..."
"Kalian saling kenal???" tanya Nesa penasaran.
"Gak usah dibahas Sa,, loe tadi dicariin bu Indah... jadi dengan inisiatif gue sendiri, gue nyariin loe. Gak taunya loe di sini," balas Aris berusaha mengalihkan obrolan mereka.
"Bu Indah nyariin gue?? Ada apa ya Ris???"
Aris yang ditanya hanya mengendikkan bahu tanda tak tahu juga.
***
Setelah kejadian itu. Nesa tidak lagi mendapatkan chat dari Jo. Padahal tugas PPL nya seminggu lagi akan berakhir. Tapi Jo tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya entah di rumahnya atau di sekolahan. Sebenarnya Nesa merasa ada yang kurang juga tanpa kehadiran Jo. Hingga akhirnya Nesa mencoba mencari tahu sebenarnya ada apa dengan suami brondongnya itu?.
Di tempat lain waktu makan siang. Setelah melalui banyak kesibukan, pak Wahyu akhirnya mengajak pak Bambang untuk bertemu.
"Mbang,,, sebenarnya apa yang kamu katakan pada Jo??? Sampai dia langsung melamar kerja di kantorku."
Dengan senyum sumringah pak Bambang menanggapinya. "Aku hebatkan... tanpa mengatakan apapun. Anak mantuku sudah mau bekerja di kantormu," jawab pak Bambang membusungkan dada seolah dia bangga dengan prestasinya.
"Ck,,, jiwa kepedeanmu ternyata masih mendarah daging. Gak berubah juga udah 41 tahun gitu..." cibir pak Wahyu yang merasa kalau sikap pak Bambang terlalu percaya diri untuknya.
"Gak apa, 41 tahun adalah masa puber kedua. Bukane kamu yo begitu???" ledek pak Bambang yang akhirnya membuat pak Wahyu tertawa.
Kedua orang itu akhirnya saling goda-menggoda hingga waktu yang lama.
***
Akhir-akhir ini fokus Jo terbagi jadi dua. Sekolah dan bekerja paruh waktu. Seusai pulang sekolah dia harus bekerja di kantor pak Wahyu sampai jam 7 malam. Harusnya sampai jam 8 malam. Karena Jo masih sekolah, akhirnya pak Wahyu memberinya toleransi.
Di kantornya pak Wahyu tak membedakan pekerjaan antara anak atau karyawan. Semua diratakan. Jo pikir, dia akan di anak emaskan. Rupanya tidak. Pak Wahyu benar-benar menyuruh Jo melakukannya dari nol (0). Mau tidak mau juga, Jo melakukannya.
Jo melihat jiwa ketegasan pak Wahyu. Bahkan Jo tak pernah menyangka, kalau pekerjaan pak Wahyu begitu banyak, hingga papanya itu tak ada niatan untuk kawin lagi. Pantas saja pak Wahyu tak terlalu mengurusnya. Dan Jo akhirnya tahu, bekerja itu tak semudah saat ia hanya meminta uang dan uang. Jo merasakan sendiri susahnya mencari uang. Dia menyesal telah membuat papanya sedih.
Mulai hari ini, ia berjanji. Tidak akan bolos lagi dan bekerja sungguh-sungguh. Demi keluarganya dan kebahagiaan papanya.
Ngomong-ngomong keluarga??? Bagaimana kabar istrinya??? Tapi sementara ini Jo memang sengaja untuk menjauhinya. Memberi jarak ke Nesa. Supaya dia bisa menerimanya saat mereka hidup seatap. Berumah tangga yang seutuhnya tentunya.
Saat ini Jo merenung di kantin sekolahan. Tadi Jo sudah melihat Nesa pergi dari kantin. Jadi Jo memberanikan diri untuk ke sini, itu karena dia kelaparan. Pak Wahyu hari ini tak seperti biasanya, yang selalu membelikannya sarapan sebelum berangkat kerja. Tapi karena hari ini pak Wahyu ada rapat. Jadi Jo terabaikan begitu saja. Jo masih merenungi masa depannya. Dia hanya ingin pernikahan sekali saja seumur hidupnya. Tapi melihat kedekatan Nesa dan Aris, Jo semakin tidak yakin. Apakah sekarang Nesa sudah jadian dengan Aris?? Bahkan jawaban itupun Jo tidak tahu. Jo belum kenal jelas dengan Nesa. Apakah Nesa akan berselingkuh di belakangnya?? Entahlah, Jo tidak berharap Nesa begitu.
Ternyata Nesa tidak benar-benar pergi dari kantin. Dia menemukan Jo setelah dua minggu terakhir ini Nesa tak menjumpainya.
Nesa berusaha memecahkan pertanyaan yang selama ini menghantuinya. 'Apa Jo marah padaku???' Pertanyaan itulah yang membuat Nesa cemas. Tapi Sesegera mungkin Nesa mencoba masa bodo.
Dengan Aris, hubungannya tetap tak ada kemajuan. Hanya sebatas PDKT. Nesa belum menjawab cinta Aris. Bagaimana mau menjawab kalau pak Bambang terus menyebut-nyebut nama Jo setiap dia mau keluar dari rumah. 'Ingat Sa, kamu sudah punya Jo sebagai suamimu.'
Begitulah kata-kata yang selalu pak Bambang lontarkan ketika Nesa mau keluar rumah.
Sebenarnya Nesa juga heran dengan sikap pak Bambang padanya. Terlalu berlebihan. Nesa ingin mencari tahunya suatu saat kalau ingat.
Dengan perlahan Nesa mendekati di mana Jo duduk.
"Nesa, ngapain masih di sini???" Itu Mila. Nesa geram sendiri. Kenapa di saat seperti ini Mila malah datang bukannya pacaran saja. Huft.
Jo mendengar nama Nesa dipanggil, dengan buru-buru dia menenggak minumannya dan pergi menghilang dari hadapan dua mahasiswi itu. Jo benar-benar belum siap untuk ketemu Nesa saat ini.
Nesa tak menghiraukan ucapan Mila, kini dia terfokus pada tempat duduk Jo tadi.
"Yah... hilang deh. Ini semua gara-gara loe Mil..." sewot Nesa sambil melangkahkan kakinya menjauhi Mila.
Mila mengernyitkan dahinya bingung. "Gara-gara gue gimana?? Orang tadi gue nyari loe, karena habis ini jadwal loe ngajar di kelas X-B," desis Mila yang tak terima disalahkan sepihak oleh Nesa.
Nesa mendengus sebal. 'Ya gara-gara loe lah,.. Jo jadi pergi. Padahal gue mau menyapanya,' ucap Nesa dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
🤩😘wiexelsvan😘🤩
trik bang jo boleh jg nich 👍😅😅
2021-12-09
1
♏pi Mυɳҽҽყ☪️☀️
cieee nesa kangen tuch 💕
2021-07-20
0
Pipit Sabela
ko aku jadi sedih ya kalo jadi Jo
2021-06-29
0