.
.
.
Ke esokan paginya.
Jo keluar dari kamarnya dan menatap pak Wahyu yang sudah sibuk dengan laptopnya. Padahal hari ini hari minggu, tapi lihat lah pak Wahyu, dia tetap sibuk dengan pekerjaannya.
"Pa..."panggil Jo mendekati pak Wahyu.
"Ya..." sambil melihat penampilan Jo.
"Astaghfirullah Jo.... jam berapa ini? cepetan siap-siap.. Ndang....!!!"gertak pak Wahyu yang melihat Jo belum siap apa-apa. Mandi aja juga belum.
"Apa Jo harus datang pa???"tanya Jo lagi tanpa memerdulikan perintah pak Wahyu.
"Ya harus.... papa gak mau tahu, kamu harus datang ke rumah mertuamu. Dia sudah baik-baik mengundangmu!!!" fokus pak Wahyu kini teralihkan pada Jo. Pagi-pagi anaknya sudah berbuat masalah. Pak Wahyu memijit pelipisnya. Pening.
"Tapi papa jawab dulu,,, ada hubungan apa papa sama ayah mertua??"tanya Jo yang masih penasaran. Pasalnya tadi malam dia tidak bisa tidur seperti cacing kepanasan. Padahal AC di kamarnya juga menyala. Tapi rasa penasaran membuat tubuhnya kepanasan tak tenang.
"Sahabatan...."
Jo menimang-nimang jawaban pak Wahyu. Pantas saja, apa gara-gara mereka sahabatan. Jadi mereka main setuju aja nikahin mereka. Biasanya kan papanya itu paling anti kalau Jo menikah muda apa lagi belum bekerja seperti yang pak Wahyu harapkan.
"Sudah cepetan mandi sono!!!" usir pak Wahyu seraya mendorong bahu Jo. Jo akhirnya tersadar dan rasa curiganya kini terpecahkan.
***
Jo sudah sampai di depan rumah Nesa. Grogi, yang saat ini Jo rasakan. Ini pertama kalinya dia akan bertemu dengan orang tua dari seorang cewek. Bahkan cewek itu sekarang telah menjadi istrinya. Tanpa embel-embel pacaran, terus lamaran bahkan tidak ada cerita cinta di dalam pernikahannya. Kecuali nikah dadakan dengan orang yang tak dikenal. Horor. Tak seperti percintaan yang pernah Jo bayangkan. Tapi nyatanya, bayangan itu tidak ada. Yang ada hanyalah fakta, bahwa dia sudah menikah di usia yang ke -18 tahun.
"Assalamu'alaikum..." salam Jo di depan pintu rumah pak Bambang.
Suara salam dan ketukan pintu membuat sang empunya rumah membukakan pintu.
"Siapa ya??" Dinda membukakan pintu dan mendapati seorang pria yang pasti berumuran lebih tua darinya dan lebih muda dari mbaknya.
"Emmm... pak Bambang ada??" Jo balik bertanya.
Pak Bambang yang merasa namanya disebut-sebut akhirnya melongokkan kepalanya dari balik gorden pembatas ruang tamu dan ruang TV.
"Eh Jo... masuk.."
"Din... itu mas iparmu. Jok dijarno ae to...(jangan dibiarkan aja...) suruh masuk!!!" perintah pak Bambang yang membuat Dinda melongo.
'Hah, yang bener saja. Masak lakinya mbak Nesa bronis sih??' gerutu Dinda dalam hati, Dinda merasa mbaknya itu sangat beruntung.
"Oh eh mas.. silahkan masuk... aku Dinda adeknya mbak Nesa..."
"Oh... aku Johan. Panggil mas Jo aja..."jawab Jo kemudian mengekori Dinda yang menyuruhnya langsung menemui pak Bambang.
Jo dan pak Bambang saling berhadap-hadapan. Jo benar-benar mati kutu. Biasanya, dia selalu baik-baik saja, jika berhadapan dengan semua orang.
"Eh mantu ayah... Ayah sudah nunggu lama tau," ucap pak Bambang yang akhirnya membuat Jo nyengir. Jujur saja pak Bambang orangnya santai tidak galak seperti apa yang dia fikirkan sebelumnya.
"Oya, ada apa ya Yah???"tanya Jo yang sudah penasaran.
"Santai aja nak Jo.. gak usah grogi gitu. Ayah gak akan memangsa mantu ayah sendiri hahaha..."
"Hehehe..."Jo ikutan ketawa, akhirnya ketegangan di wajahnya memudar. Pak Bambang ternyata sama kocaknya dengan pak Wahyu. Jadi cocok aja kalau mereka sahabatan. Fikir Jo, sambil menilai gaya pak Bambang yang sedang berbicara dengannya.
"Nak Jo,,," panggil pak Bambang, raut mukanya mulai terlihat serius. Tiba-tiba ketegangan itu kembali terlihat pada wajah Jo. Jo menelan salivanya sendiri dengan cemas.
"Iya Yah..."
"Sebenarnya, ayah tahu kalau kalian sama-sama tidak bersalah. Tapi semua itu ayah ketehaui setelah kalian resmi menikah..." semburat kekecawaan terpampang nyata di wajah pak Bambang.
"Apa ayah menyesal karena telah menikahkan kami??? Jo akan lakukan yang terbaik untuk pernikahan ini..." ucap Jo mantap. Aura kedewasaannya mulai dirasakan oleh pak Bambang.
'YESS....' di balik raut wajah kecewanya, sebenarnya hati pak Bambang bersorak kegirangan. Trik untuk mengelabuhi Jo akhirnya berhasil. Yes yes yes.
"Ayah tidak menyesal, hanya saja ayah ingin kamu memenuhi syarat yang diajukan oleh istrimu. Apa kamu lupa???" trik kedua meluncur begitu saja. Ini cara terbaik untuk membujuk Jo segera bekerja di perusahaan papanya.
Jo dengan ragu-ragu menatap wajah pak Bambang. Haruskah secepat itu?? Haruskah dia bekerja dalam waktu singkat ini?? Bahkan dirinya belum juga lulus. Mungkin pekerjaan dalam waktu singkat yang menerimanya satu-satunya adalah perusahaan papanya. Kalau itu terjadi, papanya pasti akan bersorak kemenangan. Karena selama ini Jo malas berurusan dengan perusahaan pak Wahyu. Kepala Jo jadi nyut-nyutan mendengar perkataan pak Bambang barusan.
"Jo tidak lupa Yah... InsyaAllah Jo akan segera melaksanakannya..."
"Jangan InsyaAllah... kau harus janji Jo??"desak Pak Bambang. Jo menghela nafas pasrah. Ucapan pak Bambang begitu menekan dirinya.
"Ya, Jo janji akan segera mencari pekerjaan..."
Final. Akhirnya Jo mengucapkan janjinya. Itu tandanya mau tidak mau dia harus bekerja di perusahaan ayahnya.
Pak Bambang tersenyum penuh kemenangan. Di balik hatinya, dia mencibir pak Wahyu yang belum mampu membujuk anaknya. Kini pak Bambang dengan bangganya, akhirnya dia berhasil menaklukan mantunya itu yang katanya sulit dibujuk untuk bekerja.
"Nah,,, itu baru namanya mantu ayah. Apa kamu gak tahu, ayah sudah gak sabar ingin menimang cucu..."
Glek.....
Cucu??? Bahkan Jo saja belum yakin dengan Nesa. Masak secepat itu ayahnya memikirkan cucu. Bisa copot kepala Jo kalau lama-lama berada di sini. Apa ayah mertuanya gak memikirkan tentang status Jo yang masih SMA?. Apa kata dunia kalau anak SMA sudah jadi papa?? Jo menghela nafas berat. Tak bisa berfikir lagi.
***
Kini Jo, pak Bambang dan Dinda sudah berada di ruang makan.
"Mbakmu mana Din??"tanya pak Bambang saat menyadari tidak menemukan keberadaan Nesa.
"Di kamar Yah..."jawab Dinda pelan.
"Cepet panggilin, bilang kalau suaminya ada di sini..." balas pak Bambang seraya berbisik. Dinda mengangguk dan berlalu meninggalkan kedua pria dewasa dan pria remaja itu.
"Mbak Nesa..."
Nesa yang sedang asyik mendengarkan musik dengan headphone nya terkejut dengan suara cempreng milik adiknya itu.
"Apaan sih Din... ganggu aja.."
"Tuh, di ruang tamu ada suaminya mbak..."
Seketika mulut Nesa menganga. 'Ngapain tu bocah kemari???' batin Nesa tak senang akan kedatangan Jo. Pasalnya Jo telah menghancurkan suasana saat dimana Aris menyatakan cinta untuknya.
"Huft... kenapa dia kemari???"tanya Nesa cuek.
"Katanya, ayah yang mengundangnya sarapan???"
Sedekat itukah pak Bambang dan Jo??? Masa bodo.
Dengan malas Nesa menghampiri ruang makan.
"Nesa,, ini suami mu loh...cium tangannya!!!" perintah pak Bambang membuat Nesa melotot dan kemudian memutar matanya jengah. Sedang Jo jadi gugup sendiri.
Dengan terpaksa Nesa menghampiri Jo dan mencium... Oh No!! Siapa umurnya yang lebih tua... Apa Nesa harus benar-benar mencium tangan anak ingusan ini???
Nesa menatap pak Bambang, tapi yang ditatap terus melotot seperti mau lompat aja tu bola matanya.
Dengan sangat-sangat terpaksa Nesa meraih tangan Jo yang sudah sangat di sengaja oleh Jo, tangannya di letakkan di atas meja.
Huft,,, akhirnya Nesa mencium punggung tangan Jo. Jo tersenyum bahagia. Sepertinya dia memang harus segera bekerja. Biar bisa hidup seatap dengan istrinya... ckckck
Bantu Vote ya... biar author makin semangat menulisnya. Makasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
bundaoskaa
masuk jebakan Batman 😂😂
2022-06-25
0
🤩😘wiexelsvan😘🤩
seru lucu kocak bikin sakit kram perut ketawa trus 🤣🤣🤣
2021-12-09
1
Suwito Suwit
Jo orangnya baik dan dewasa,,dan gak berandalan,
2021-09-29
0