Sesampainya di rumah. Jo langsung di interogasi oleh papanya.
"Jo, bagaimana bisa kamu nglakuin hal memalukan seperti itu? Di toilet umum lagi."
"Mana Jo tahu kalau di toilet ada orangnya."
"Kamu gak usah pura-pura. Kamu kenal kan dengan anaknya pak Bambang??" selidik pak Wahyu penasaran.
"Kenal dari mana sih Pa. Baru aja tadi kenal. Eh, malah dinikahin. Sudah maksa, mendadak lagi," jawab Jo kesal.
"Yang bener Jo? Terus kenapa kamu bisa berduaan di dalam toilet?" Pak Wahyu makin penasaran dengan ucapan Jo yang hanya setengah-setengah itu.
"Jo hanya ngehindari kejaran satpam Pa___ Terus Jo masuk ke toilet. Eh, gak tahunya ada mbaknya. Gak jelas lagi, mau pake baju apa mau lepas baju itu orangnya."
Mendengar jawaban Jo yang seperti itu membuat pak Wahyu menganga. "Jadi?" Pak Wahyu tak melanjutkan ucapannya.
"Jadi kenapa Pa??" sahut Jo jengah.
Pak Wahyu seperti sedang menimang-nimang jawaban Jo yang tadi. "Jadi kamu bolos lagi? Iya?" Pak Wahyu mulai sedikit emosi. Karena bukan hari ini saja Jo bolos sekolah. Tapi sudah berkali-kali tak bisa dihitung dengan jari. Pak Wahyu sudah bosan jika harus datang ke sekolah menghadap kepsek (kepala sekolah) dan minta maaf atas perlakuan anak semata wayangnya itu.
"Yah begitulah Pa," jawab Jo dengan enteng yang membuat pak Wahyu makin emosi.
"Ingat Johan Fahrurozi! Sekarang ini statusmu sudah menikah. Jaga sikap dan kelakuan kamu itu. Dan satu lagi, kamu harus segera belajar bekerja di kantor papa."
"Kenapa Pa?"
"Apa kamu gak ingat?? Kamu itu harus nafkahi istrimu. Mblonjo istrimu. Ngerti!" tekan pak Wahyu sedikit meninggikan volume suaranya.
Jo tak menanggapi. Dia sendiri juga masih bingung dengan kejadian yang di luar nalar ini. Mendadak. Tak terduga. Sekarang dia sudah menikah. Mana dengan wanita yang lebih tua lagi. Sebenarnya untuk umur si wanita lebih tua atau tidak. Jo tidak mempermasalahkannya. Yang penting wanita itu sudah mencuri perhatiannya saat ini. Karena mau tidak mau, Jo harus memikirkannya.
"Ingat itu Jo. Kerja. Karena papa sudah gak sabar bawa mantu papa kesini," lanjut pak Wahyu meninggalkan Jo sambil berangan-angan jikalau ada anak perempuan. Pasti urusan dapur akan lebih mudah.
Di tempat lain. Nesa juga mendapat banyak pertanyaan dari ayahnya.
"Nesa, apa yang sebenarnya terjadi??" tanya pak Bambang yang sudah penasaran dengan kejadian yang harus menikahkan anaknya secara mendadak tadi.
"Nesa tadinya mencari Mila Yah," jawab Nesa lirih.
'Huh, kemana lagi si Mila? Gara-gara nyari si Mila, gue jadi kena dampaknya. Bener-bener sial untuk hari ini,' gerutu Nesa dalam hati.
"Kenapa dengan Mila?"
"Mila tadi tu pamit ke Nesa, bilang pergi ke toilet. Eh ... pas Nesa cari-cari. Ternyata di toilet kagak ada siapa-siapa. Nesa gerah, jadi mau ganti baju. Eh pas mau ganti baju. Tiba-tiba tu bocah masuk. Bekap Nesa segala lagi. Nesa teriak minta tolong. Eh gak taunya para ibuk-ibuk dan bapak-bapak rempong buka pintu toilet dan nuduh kami mesum," jelasnya.
Pak Bambang mendengarkan penjelasan Nesa yang panjang lebar dengan seksama.
"Terus kenapa anaknya pak Wahyu bisa masuk? Gak kamu kunci apa toiletnya? Dasar Nesa ceroboh," cibir pak Bambang.
"Orang kunci toiletnya rusak Yah, lagian sepi juga. Jadi ya Nesa ganti baju sekalian," ucap Nesa seperti tanpa dosa.
"Untung si Jo yang masuk. Coba kalau laki-laki lain. Bisa habis beneran kamu."
"Ayah ih.... kenapa malah bela si Jo?" sewot Nesa gara-gara ucapan pak Bambang yang katanya untung si Jo yang masuk. Huft.
"Siapa yang bela? Itu berarti tandanya kamu memang berjodoh dengan si Jo," ujar pak Bambang sekenanya.
"Udah ah Yah, Nesa ke kamar dulu. Males bahas tu bocah," ucap Nesa sambil berjalan selangkah demi selangkah menjauhi ayahnya yang berada di ruang tamu.
"Nesa!!" panggil pak Bambang sedikit teriak.
"Apalagi sih Yah??"
"Ayah cuma mau ingetin kamu. Mulai hari ini kamu sudah jadi istri orang. Kamu bukan single lagi. Jadi kamu harus jaga sikap kamu bila ada cowok yang deketin kamu." Ucapan pak Bambang itu hanya dibalas anggukan malas oleh Nesa.
***
Nesa tengkurap di atas springbed. Dia tidak bisa mikir lagi tentang pernikahannya. Dan harus dibawa kemana hubungannya kelak.
"Hmmmm ini semua gara-gara tu bocah. Ngapain sih pake masuk ke toilet segala. Masalahnya kan jadi semakin runyamkan?"
"Terus si Mila... kemana tu anak? Pake ngilang segala lagi," ucap Nesa sedikit kesal.
Drrrttt Drrttt
Tiba-tiba HP nya bergetar. Nesa menatap nama yang tertera di layar Handphone nya. "Mila."
Tanpa menunggu lama, Nesa langsung mengangkat telpon dari si Mila.
"Assalamu'ailaikum."
"Wa'alaikumussalam. Sa loe di mana sekarang?? Maaf ya Sa, tadi gue ninggalin loe."
"Gila loe Mil, bisa-bisanya ninggalin gue. Tadi Gue nyari loe kemana-kemana tau gak?" Nesa mulai sedikit emosi kepada sahabatnya itu. Di antara keduanya tidak ada celah. Seperti kain dan benang.
"Maaf ya Sa, tadi pas gue keluar dari toilet. Gue gak sengaja ketemu sama si Daffa. Tiba-tiba saja si Daffa ngajakin gue jalan. Dan gue lupa kalau tadi gue jalan bareng loe. Sumpah Sa gue lupa," balas Mila dari seberang sana dengan suara menyesal.
Nesa mendengus sebal dan langsung mematikan sambungan telponnya.
Drrrtt Drrrttt
Lagi-lagi Mila menelponnya -lagi-.
"Ada apa sih Mil?"
"Jangan lupa Sa... besok PPL (Program Pengalaman Lapangan)."
"Hmmmm... gue inget kok. Di SMA Negri Bangsa kan?? Tunggu sampe ketemu besok bye... Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
****
Ke-esokan harinya Nesa dkk (dan kawan-kawan) telah berada di SMA Negri Bangsa. Nesa yang mengambil jurusan matematika ditugaskan untuk mengajar kelas X dan XI. Karena beberapa bulan lagi kurang lebih 3 bulanan kelas XII mau Ujian Nasional alias UN. Jadi untuk para mahasiswa PPL tidak dikenankan mengajar kelas XII. Kecuali terdesak.
Di hari pertamanya ini, tenaga Nesa sedikit terkuras gara-gara para siswa-siswi nya sedikit sulit diajak interaksi. Karena yang ditanyakan para murid di kelas XI tadi hanya seputaran tentang pribadinya. Bukan tentang pelajarannya.
Tak terasa bel istirahat berbunyi. Dengan gembira Nesa menyambut bel istirahat ini. Karena dia ingin bersantai di kantin.
"Sa, gimana untuk hari ini?" tanya seorang pemuda. Dia Aris. Orang yang disukai Nesa. Akhir-akhir ini, Nesa memang mulai PDKT dengan Aris. Bahkan dia janjian kencan di akhir pekan. Harapan Nesa sih tidak ingin gagal di acara nge date nya untuk yang pertama kalinya.
"Ya Alhamdulillah, lumayan lancar sih," jawab Nesa dengan sebuah senyuman. Dekat dengan Aris membuatnya agak sedikit gugup. Aris balas tersenyum.
"Ngantin yuk Sa," ajak Aris yang diangguki semangat oleh Nesa.
Nesa berjalan beriringan dengan Aris. Tak lama kemudian disusul Mila, Daffa dan Nita.
Mereka berlima sedang asyik bercanda dan menikmati hidangan yang mereka pesan masing-masing.
Saat Nesa tertawa terbahak-bahak gara-gara ulah jail si Daffa. Tiba-tiba sepasang mata menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Uhuk uhuk." Seketika Nesa tersedak dengan liurnya sendiri saat mendapati dirinya ditatap oleh bocah yang kini duduk di depannya.
'Tu bocah kenapa ada di sini? Jangan bilang dia sekolah di sini. Oh no!!' teriak Nesa dalam hati.
"Kamu kenapa Nes?" tanya Nita yang melihat Nesa terbatuk-batuk dan kemudian seperti menatap sesuatu.
"Gak papa, gue cabut dulu. Mau ke kantor lihat jadwal," pamit Nesa bohong kepada teman-temannya. Karena dia lagi malas berurusan dengan tu bocah yang tak lain adalah Jo suami brondongnya. Oh tidak. Apa-apaan dengan semua ini?
Di sisi lain.
'Jadi mbaknya ditugasin PPL di sini,' batin Jo yang melihat Nesa berada di kantin saat itu. Sebenarnya Jo merasa bahagia saat melihat Nesa ada di sekolahnya. Tapi dengan segera Jo menepis perasaan itu.
Setelah ke kantin. Bel tanda masuk pun berbunyi. Dengan malas Jo meninggalkan kantin. Dia baru ingat. Kalau jadwal setelah ini adalah MTK. Jo paling malas dengan pelajaran itu. Tak ayal, Jo akhirnya lari ke belakang toilet perempuan. Di sana ada pagar tembok yang biasa Jo gunakan untuk bolos.
Saat Jo telah sampai di belakang toilet perempuan. Jo langsung mengancang-ngancang ototnya untuk melompat naik ke atas.
satu...
dua...
ti...
"Hei bocah, ngapain loe?"
Suara seorang wanita menggagalkan atraksi yang sudah Jo ancang-ancang. Dengan malas Jo menoleh ke sumber suara.
"Menurut loe?" jawab Jo ketus.
"Jadi loe mau bolos? Gue laporin kepsek biar tahu rasa," ancam wanita itu yang tak lain adalah Nesa. Nesa yang baru saja keluar dari toilet dan tak sengaja melihat siswa yang mau keluar dari gedung sekolahan itu. Dan dengan sigap Nesa menatap dan ternyata Nesa mengenalinya.
"Ganteng-ganteng bolosan." Entah bisikan darimana. Ucapan itu spontanitas keluar dari mulut Nesa.
Jo terdiam. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang.
Mendengar ancaman Nesa tadi. Mau tidak mau, Jo harus mengikuti mapelnya sekarang juga.
Nesa yang melihat Jo tidak berkutik. Akhirnya Nesa membalikkan badannya berusaha menjauhi si mata dingin Jo.
"Mbak." Panggilan Jo reflek menghentikan langkah kakinya.
"Gue bukan mbak mu," teriak Nesa yang kini berbalik badan dan menatap Jo yang sudah berjalan mendekatinya.
"Siapa juga yang bilang kalo loe itu mbak ku," ejek Jo yang melewati Nesa begitu saja.
Nesa mendengus sebal saat Jo berlalu begitu saja di depannya.
"Loe bukan mbakku, tapi istriku," bisik Jo yang kini posisinya hanya selangkah dari Nesa. Badannya yang sengaja ia condongkan ke arah Nesa kini hanya berjarak beberapa senti yang membuat darah Nesa berdesir aneh.
Reflek Nesa mendorong Jo. "Dasar bocah!" maki Nesa sambil berlari menjauhi Jo.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SUKA BANGET NI KLO CERITANYA TTG BRONDONG..
2023-01-17
0
Sulaiman Efendy
SETELAH DINIKAHKAN, KYKNYA JO MULAI SUKA TU DGN ISTRINYA..
TAPI NESSA LUPA PESAN PAPANYA SI BAMBANG JGN DEKAT2 LAKI2 KRN SDH JDI ISTRI.
2023-01-17
0
💞⍣⃝𝒊𝒄𝒓
jo be like
2022-08-29
0