Salwa dan Lia berhamburan masuk ke dalam rumah sambil membawa lembarah hasil ujian mereka. Dengan mata berbinar keduanya memperlihatkan hasil ujian mereka kepada Mila.
"Umi, aku dapat nilai 95 ulangan matematika!" seru Salwa
"Kalau aku dapat nilai seratus diulangan Bahasa Inggris!" sergah Lia.
"Anak-anak Umi hebat semua!" puji Mila seraya membelai pipi mereka.
"kalau Bila nanti dapat nilai sejuta dipelajaran menggambar!" sergah Sabila yang kini berdiri di atas sofa bersama Tiara yang sedang memotong kukunya.
Mila dan Lia tertawa terbahak-bahak. "Nilainya cuma sampai seratus,Bila!" timpal Salwa.
Mata Sabila membulat dengan dua gigi depannya yang tersungging manis. Tiara meraih pinggangnya dan memeluknya, "Sabila, mau masuk sekolahnya kapan?"
Wajah Mila nampak tak suka dengan pertanyaan Tiara. Ia merasa keberatan jika Tio harus membiayai anak itu.
"Besok, boleh...?" tanya Sabila sumringah
"Itu bagus, nanti Ibu bicara sama Papa."
Sabila lantas memeluknya dengan erat.
Tak berselang lama seorang guru mengaji tiba di depan gerbang dan memencet bel. Yusuf, adik bungsu Salman yang baru berusia 13 tahun membukakan gerbang untuk ustazah Nia. Ia mempersilahkannya masuk dan membimbingnya kedalam rumah. Senyum hangat Mila mengembang menyambut kehadirannya seraya memeluknya.
Kini Sabila, Salwa, dan Lia sudah siap di hadapan ustazah Nia untuk belajar mengaji. Ustazah Nia menatapi Sabila yang terlihat begitu lucu dengan hijab dan baju busana muslimnya. Tanpa sadar ia mengulurkan tangannya meminta Sabila untuk mendekat padanya, "Ya Allah... Cantik sekali!" pujinya
"Mirip, Mama,''" celetuk Sabila
Nia menatap Tiara dan ia merasa herah karena Sabila dan Tiara tak mirip sama-sekali."Sekarang duduk di samping, kakak" perintah Nia dan Sabila menurutinya.
"A'uzubillahiminassyaitonirrojim..... Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirrobbil'alamin!" Nia mengawalinya dengan membimbing ketiga gadis kecil itu membaca surat Al-fatihah. Ketika ia hendak mengajarkan kepada mereka surat Al-lahab Sabila memekik,"Bila, sudah hapal bu guru!"
Salwa dan Lia menatapnya kagum. Nia lantas mengetes kemampuannya. Sungguh diluar dugaan Sabila membacanya dengan fasih dan tartil. Tiara tak menyangka Sabila ternyata sangat pintar, ingatannya mengacu pada Asrul. Asrul yang ia kenal adalah seorang lelaki alim dan itulah yang membuatnya menyukainya. Ia menatap Sabila lekat, "Ini sudah takdir kita, Asrul," bisiknya dalam hati. Ia menhela nafas berat sambil terus menatap wajah Sabila.
Seperti jadwal yang sudah diatur Salman dan Nia pelajaran mengaji sampai pukul dua siang. Salwa dan Lia mencium tangan ustazah Nia ketika ia hendak berlalu. Dari kejauhan Sabila cemberut memandangi ustazah Nia dalam gendongan Tiara, "Salim sama bu guru," bujuk Tiara. Tetapi ia malah bertambah manyun. "Kenapa?"
"Sebentar bingit ngajinya," selanya.
Tiara tersenyum dan berjalan mendekati ustazah Nia.
"Bila, bu guru pamit dulu ya"
Sabila malah membuang muka. Ustazah Nia lantas mendekatinya dan membelai kepalanya. Ia pahan jika Sabila masih ingin diajari olehnya. "Insyaallah besok mengaji lagi."
"Promis?" tanyanya.
Ustazah Nia mengangguk, "promis," ucapnya dan memohon pamit kepada Tiara dan Mila.
Saat ini Tio sedang berbincang dengan seorang pelanggannya untuk menanyakan kepuasan mereka terhadap menu dan pelayanan di restorannya. Ia menatap seorang anak kecil di hadapannya sekilas dengan penuh kekaguman. Anak laki-laki itu nampak sehat dan tampan dengan tubuh gempalnya. Rasa rindunya untuk memiliki seorang anak menyelimuti sukmanya hingga membuatnya merasa cemburu kepada pasangan yang sedang ditanyainya itu.
Ia berlalu dengan sopan dan masuk kedalam kantornya. Ia duduk dengan kasar seraya menhembuskan nafas dan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Ia terdiam sejenak, "Sampai kapan lagi aku harus bersabar!" tukasnya berbisik. Seseorang mengetuk pintu dan masuk seraya agak sedikit membungkuk dan berdiri di hadapannya, "Ada apa?"
"Maaf, Pak. Saya mau mohon izin untuk cuti dua hari," ucap Yono, salah satu pekerjanya dengan perasaan takut.
Tio merasa gusar dan lantas bangkit, "Kamu baru bekerja beberapa hari tapi sudah mau minta cuti?!"
Yono kian merasa ketakutan, "Anak saya sakit,Pak. Dia kena demam berdarah dan tadi pagi istri saya menelpon kalau anak saya sudah di bawa ke rumah sakit."
Seketika emosi Tio mereda berganti menjadi rasa kasihan, "Ya sudah. Aku beri waktu dua hari"
Yono menatapnya dengan haru seraya mengucapkan terimakasih berkali-kali. Tio mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu rupiah dan memberikannya padanya. "Gunakan ini untuk menambah biaya pengobatan."
Yono terharu dan mengusap matanya yang berair, "Semoga Bapak diberi keturunan yang soleh dan soleha," ucap Yono dan pamit dari hadapannya.
Tio tertegun, "Amin," bisiknya.
Kediaman bapak Alwi, Lombok Timur:
Nunik, ibunda Asrul memeluk erat baju Asrul dan mencimnya dengan linangan air mata. Ia sudah lama menyimpan kerinduan kepada mendiang putranya itu. Ingin sekali ia mendatangi makam putranya, tapi ia takut pada suaminya yang ia sangka masih memndam amarah. Ia juga penasaran dan ingin bertemu dengan cucunya Sabila. Ia ingin meemluk gadis kecil itu dan mendengar ia memanggilnya dengan sebutan Nenek. Ia pun bangkit dan membuka lemari pakaian Asrul dan menaruh baju itu di tempatnya dengan rapi.
Alwi memejamkan mata di atas kursi goyang dengan sebuah kitab yang ia dekap dengan satu tangan menempel di dadanya. Lelaki tua renta itu sudah merasa letih dengan amarah yang ia simpan hingga bertahun-tahun yang membuat tubuhnya menjadi gampang sakit-sakitan. Ia membuka mata dan berbisik, "Asrul... Anakku...."rintihnya.
Nunik menatapnya dari kejauhan. "Sampai kapan Bapak akan seperti ini?" tanyanya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
SimboLon Hayati Nur
Asrul nolak Tiara tp Tiara ttp sayang y Ama Nabila jrg2ada seperti itu
2021-06-23
1
𝕤𝕒𝕟𝕠
gak setuju ah.. bila nikah sama bandot tua si Tio.. dia baru 3 thn.. umur tiara aja 28 thn.. la si Tio berapa? pasti lebih tua kan?
terus si salman kok di panggil kakek dan adiknya yg bungsu baru 13 thn.. ini gue yg salah baca apa gue gak bisa memahami nya..
2021-03-13
5
Yusa Yuwet
mewek bacanya.....
2020-12-03
1