Langkah Tiara terhenti di muka pintu saat Salman keluar dari kamar Salwa. Salman menatapnya penuh kekhawatiran. Tiara mendekat dan mempertanyakan keadaan Sabila, "Bila ada di dalam?" tanyanya khawatir
"Dia sudah tidur sejak tadi," jawab Salman dan berlalu.
Tiara lantas bergegas masuk kekamar itu dan melihat Sabila tertidur pulas dengan mata dan hidung memerah. Ia nelangsa. Segera dihampirinya gadis kecil itu dan mendekapnya erat seraya mengusap kepalanya yang masih mengenakan jilbab. Ia memandangi poto yang ada di dada Sabila, perasan bersalahnya pun menyeruak. Ia merasa gagal menjadi orangtua bagi putrinya.
"Ibu janji tak akan begini lagi," bisiknya lirih.
Tio menatapnya dari luar kamar dengan tertegun. Tetapi ia menganggap itu hal biasa dan bukanlah sebuah dosa besar. Ia lalu berbalik dan masuk ke kamarnya.
02.30 wita:
Sabila terbangun dan mendapati Tiara tengah memeluknya tertidur pulas. Ia mengangkat tangan Tiara perlahan dan turun dari tempat tidur. Ia mendengus menghirup ingusnya dan menyeka kedua matanya lalu berlari kedalam kamar mandi untuk berwudlu.
Anak itu mendirikan sholat tahajud hingga sebelas rekaat. Ia mengangkat kedua tangannya dan berdo'a, "Ya Allah.... Sabila kangen sama Mama-Papa. Sabila pengen ketemu. Apa Mama sama Papa bisa denger suara Sabila? Kalau nggak bisa Bila mohon sampaikan kepada keduanya Sabila kangen. Lapangkan kubur mama sama papa, ampuni dosa mereka, dan hamba mohon.... Jangan siksa mereka di dalam kubur. Janji ya, Ya Allah Amin." Sejenak ia terdiam. Ia pun teringat pada kakeknya. Rasanya ia ingin bertemu dengannya, tetapi dalam batin ia ragu karena berpikir Tio tak akan mengizinkannya sama seperti ia tak mengizinkannya ikut untuk makan malam.
Suara azan subuh tiba-tiba berkumandang. Sabila menatap Tiara sejenak dan berlari menghampirinya. Ia menggoyangkan tubuh Tiara hingga ibu angkatnya itu terbangun. "Bila..." desahnya sambil menusap matanya. Ia lantas bangkit. Senyum Sabila mengembang menatapnya, "Sudah sholat subuh?"
Sabila menggeleng, "Sholatnya mau sama, Ibu."
Tiara langsung memeluknya dan mencium kepalanya berkali-kali, "Ibu minta maaf," bisiknya hampir menangis.
Sabila mengelus punggungnya.
Suara kokokan ayam milik tetangga sebelah terdengar begitu nyaring. Setiap orang di rumah itu memiliki kesibukan masing-masing. Salman hari ini akan menyambangi toko mebel miliknya untuk mengecek keadaan tokonya setelah meninggalkannya beberapa lama karena ia menugaskan Ibram, putra keduanya untuk mengelolanya. Ibram sudah menunggunya di dalam mobil sejak tadi. Ia dan Mila bergegas menuju halaman depan.
"Hati-hati di rumah, nanti ada guru privet mengaji datang untuk Salwa, Lia, dan Sabila ba'da zuhur," ucapnya dan berlalu..
"Hati-hati pinta Mila."
Selepas kepergian suaminya ia lantas berbalik, ia menatap Sabila yang tengah berjalan kearahnya dengan membawa donat coklat yang ia ambil dari idalam kulkas.
"Nenek," sapanya.
Belum sempat sabila melanjutkan kata-katanya Mila mendekatinya dan lantas mengambil donat coklat itu dengan wajah muram dan lantas berlalu. Ia berpiki Sabila mengambil donat Lia diam-diam. Sedangkan Sabila berniat memberikan donat itu padanya. Sabila sama-sekali tak berpikir negativ atas perlakuan Mila. Ia malah menganggap Mila menerima pemberiannya dengan senang hati. Ia tersenyum senang dan berjalan keluar menuju taman samping rumah.
Sabila berguling-guling diatas rumput hingga seluruh baju dan kepalanya kotor. Tio keluar dari rumah dan mendapatinya tengah bermain seorang diri. Sabila menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari kejauhan. Ia pun bangkit dan menatap Tio dengan senyum yang perlahan memudar berganti menjadi raut ketakutan.
Tio mendekatinya, Sabila pun hanya berdiri terpaku. Tio lantas jongkok dan menatapnya lekat, "Senang seperti ini?" tanyanya tersenyum kecut. "Jangan repotkan siapa pun karena kamu kotor seperti ini. Mandi dan bersihkan pakaianmu sendiri," tukasnya dengan mata melotot dan enyah.
Sabila sedikit tak mengerti dengan ucapannya, tapi satu yang ia tangkap, Tio sedang memarahinya karena ia membuat dirinya kotor. Ia berlari masuk kedalam rumah menuju kamar Salwa dan masuk kedalam kamar mandi. Ia melepas pakaiannya kemudia menaruh pakaian kotornya didalam bak dan mengisinya dengan air. Gadis kecil itu sangat pintar, karena tak mendapatkan deterjen ia mencuci bajunya dengan sabun milik Salwa sampai habis. Ia mengucek pakaiannya dengan seluruh tenaganya. Sesekali ia menyeka rambut di keningnya yang berkerinyat. Senyumnya mengembang, "Selesai!" serunya girang dan lantas memeras pakaian itu. Ia kebingungan harus menaruh cuciannya dimana. Matanya nyalang menatap kesetiap sudut kamar mandi namun tak mendapati tali atau sejenisnya untuk menjemur. Ia kemudian menaruh pakaiannya di sisi bak cucian itu dan mandi. Ia mencari sabun mandi dan menatap sabun mandi Salwa yang telah ia habiskan. Karena tidak endapatkan sabun, ia mengambil sampo milik Lia dan menggunakannya untuk mebersihkan diri.
Beberapa saat kemudian Sabila keluar dari kamar mandi dan mengelap tubuhnya secara acak. Ia membuka lemari pakaiannya dan mengambil celana panjang dan baju lengan panjangnya. Setelah usai berpakaian ia menyisir rambutnya didepan cermin dan masuk kembali kedalam kamar mandi untuk mengambil cuciannya. Tetesan baju basahnya membasahi bajunya dan lantai yang dilewatinya keluar dari kamar menuju halaman belakang rumah untuk menjemur pakaiannya. "Astaga!" serunya, "tinggi sekali jemaurannya! Bila jemur dimana ya?" Ia melihat tali dari karet yang selalu dipakai oleh Lia dan Salwa untuk bermain lompat tali terbentang antara dua pohon serikaya tak jauh dari kolam renang dan lantas menjemur pakaiannya disana. "Selesai!" celetuknya dan berlari kembali menuju dalam rumah.
Mila marah besar karena lantai habis becek dengan air yang bercampur dengan sabun. Ia juga mencium aroma sabun itu yang mirip denagn sabun Salwa. Sabila tak menyangka perbuatannya akan mengundang kemarahan Mila. Ia berdiri kaku saat melihat Mila yang bertanya dengan gusar kepada seluruh pembantunya dan Tiara. Sabila membungkam mulutnya dan berbalik, "Innalillah!" serunya sembari menepuk jidat. "Bila udah buat Nenek marah!" celetuknya berbisik.
Tiara menatapnya dan berjalan mendekatinya, "Bila? Ngapai di sini, Sayang?"
Sabila berbalik dan betapa terkejutnya ibunya melihat bajunya besah kuyup, "Astaga Sayang!" sergahnya halus dan berjongkok
Mila menoleh kepada mereka. Ia menernyitkan alisnya dan mendekat, "Apa yang sudah dilakukan anak ini?" geramnya.
Sabila menunduk karena merasa bersalah. Tiara lantas bangkit dan meminta pengertian kepada mertuanya, "Sabila tak sengaja, Ma. Biar nanti aku yang akan membersihkan semuanya."
"Kamu terlalu memanjakan anak ini!" ucapnya ketus. "Kamu pikir dengan memanjakannya seperti ini ia akan tumbuh menjadi anak baik-baik?!"
Tiara menunduk tak berani menatap Mila.
"Sudah! Biar nanti pembantu saja yang bereskan!" tukasnya kesal dan berlalu.
Sabila tiba-tiba saja nyengir kuda. Tiara menatapnya dan mencubit pipinya dengan gemas, "Jail," celetuknya.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
megumi
anak 3 Thun mana tau masalah tahajjud ...kalo ngarang novel itu yg masuk akal walaupun ini imajinasi
2021-03-17
1
Tiurma Sibarani
Masih di sini thor
Semangat thor
Thor
Baca juga ceritaku yaa
Trims thor
2020-12-03
1
Yuniar
Lanjut kak semangat terus
salam dari
TERPAKSA MENIKAH DENGAN TUAN MUDA SOMBONG
2020-10-28
1