"Akhirnya kamu pulang juga, dari tadi Ayah nelponin Bunda terus nanyain kamu. Kenapa ponsel kamu mati?? Kenapa kamu pergi gak bilang-bilang dulu??" Widia terus bertanya dan nyerocos tanpa henti. Namun Putri malah tersenyum mendengar Widia yang sedang bawel.
"Ini anak, di tanya malah ketawa. Kamu seneng lihat semua orang khawatir sama kamu!" Widia menatap Putri dengan sedikit kesal. Putri pun memeluk Widia sambil tersenyum bahagia.
"Makasih Bunda ku sayang.. Putri sayang banget sama Bunda." Putri terus memeluk Widia sehingga membuat amarah Widia memudar dan membalas pelukan Putrinya tersebut.
"Bunda juga sayang sama Putri. Maafin bunda ya, karena udah marah-marah, bunda hanya takut terjadi apa-apa sama kamu."
"Iya Putri ngerti kok, Putri juga gak marah karena bunda omelin Putri. Malahan Putri seneng karena artinya Bunda sangat menyayangi Putri."
"Heem." Suara deheman dari Teh Ani. Putri pun langsung berlari ke arah Teh Ani dan langsung memeluknya.
"Hemm dasar cucu Nenek yang nakal, kenapa baru pulang??" Tanya Teh Ani sambil mengusap rambut Putri.
"Tadi tuh ada bapak-bapak yang hampir menabrak Putri, untungnya Putri langsung mengelak kalau gak hemm mungkin Putri udah tinggal nama saja." Putri bercerita sambil duduk di sofa bersama Teh Ani dan Widia.
"Apa?? kamu hampir tertabrak?? Apa kamu gak apa-apa sayang??" Tanya Widia yang semakin khawatir.
"Tenang aja Bun, Putri langsung menghindar jadi sekarang Putri masih sehat walafiat. Tapi gara-gara tuh bapak-bapak Putri jadi nyasar." Putri bercerita sambil memajukan bibirnya
"Kamu nyasar?? Gimana ceritanya?? Coba kamu ceritakan dari awal." Ucap Teh Ani yang mulai khawatir.
Putri pun menceritakan apa yang sudah terjadi pada dirinya pas tadi siang. Widia dan Teh Ani mnedengarkan sambil memegangi tangan Putri. Putri terus bercerita sampai ia tak menyadari kalau mata kedua orang yang mendengarkan ceritanya sampai berkaca-kaca.
"Begitu ceritanya." Putri mengakhiri ceritanya dan tersenyum ke arah Widia dan Teh Ani secara bergantian.
"Kenapa pada sedih sih, orang Putri juga baik-baik aja." Ucap Putri sambil menggenggam tangan kedua wanita yang ia sangat sayangi itu.
"Lain kali kamu harus membawa powerbank, agar kamu bisa mengatisipasi keadaan yang seperti tadi." Ucap Widia
"Iya Bundaa, biasanya Putri emang suka bawa chargeran. Tapi Putri kelupaan tadi. Mungkin karena Putri terlalu bersemangat untuk ke kampus di hari pertama. Yaudah ah jangan sedih-sedih gitu nanti Putri ikut sedih." Putri memajukan bibirnya lagi sehingga membuat Widia dan Teh Ani tersenyum melihatnya.
"Nenek, Putri lapar!!" Putri merengek sambil memegangi perutnya yang sudah keroncongan. Teh Ani pun langsung membawa Putri ke meja makan dan membuka tudung saji yang ada di meja makan.
"Makan yang banyak ya sayang." Nenek tersenyum lembut. Putri pun langsung menyantap makanannya dengan lahap sehingga membuat Widia dan Teh Ani tersenyum lebar.
***
Ferdi terlihat sedang memandangi foto Widia di dalam kamarnya. Ia terlihat sedih dan matanya berkaca-kaca.
"Bagaimana kabar kamu Wid, aku kangen sama kamu. Apakah kamu masih mengingat aku?? Dimana kamu sekarang." Gumam Ferdi sambil mengusap-usap foto Widia yang sedang tersenyum. Tiba-tiba saja foto Widia direbut dari tangannya dengan kasar. Ferdi pun langsung menoleh kebelakang dan langsung marah kepada Amel karena sudah merebut barangnya.
"Apa-apaan kamu??" Teriak Ferdi sambil menatap tajam ke arah Amel.
"Dia lagi.. dia lagi.. kenapa selalu dia yang ada di hati kamu!! Kenapa kamu selalu mengingatnya?? kenapa??" Teriak Amel yang tak kalah kencangnya dari suara Ferdi.
"Kamu sudah tahu jawabannya. Kenapa kamu selalu bertanya." Ferdi mencoba mengambil kembali foto Widia yang di rebut Amel. Namun Amel kangsung menghindar.
"Apa selama ini kamu masih belum bisa membuka hati kamu kembali untuk aku?? Lalu kenapa kamu gak menceraikan aku saja!! Argggggkh." Amel semakin kehilangan kendali ia berteriak dan mengobrak abrik isi kamarnya. Semua ia lempar kesana-kemari sambil menangis histeris.
"Mau kamu ambil berapa banyak foto Widia yang aku simpan pun percuma. Karena Widia selamanya ada di hatiku. Dan ingat, semua ini terjadi karena kesalahanmu yang membuat aku terpisah dari orang yang aku cintai." Ferdi pergi meninggalkan Amel setelah mengatakan pernyataan yang membuat Amel semakin marah.
Keyzia yang mendengar pertengkaran orang tuanya pun hanya bisa menangis di dalam kamarnya. Ia memegangi mulutnya, karena takut tangisnya di dengar oleh orang lain. Ia pun menutupi tubuhnya dengan selimut sambil menahan dadanya yang terasa sesak.
***
Widia terlihat pucat, seharian ini ia terus muntah-muntah dan tidak nafsu untuk makan. Setiap kali ia memakan sesuatu ia pasti dengan cepat memuntahkannya kembali. Semua orang pun panik kecuali Teh Ani yang malah tersenyum.
"Nenek, kenapa nenek tersenyum melihat Bunda kesusahan seperti itu?" Tanya Putri yang merasa kesal dengan sikap neneknya.
"Bunda, apa gak sebaiknya kita periksakan bunda ke dokter??" Tanya Putri yang masih khawatir.
"Gak usah, masuk angin biasa kayaknya." Tolak Widia yang berbaring di sofa.
"Kamu yakin hanya masuk angin biasa?" Tanya Teh Ani yang membuat Widia dan putri menatapnya bersamaan sehingga membuat Teh Ani tertawa.
"Maksud Mama?" Tanya Widia yang masih tak mengerti.
"Apa kamu datang bulannya teratur??" Tanya Teh Ani.
"Datang bulan?? Ah ya sudah dua bulan ini ak enggak..." Widia nampak sedang berfikir sementara Teh ani dan Putri menunggu jawaban dari Widia dengan semangat.
"Apa jangan-jangan. Ah masa sih ma, apa akhirnya aku hamil anak Anton??" Tanya Widia yang tak percaya.
"Lebih baik kita cepat periksakan kamu Wid." Teh ani bersemangat sekali
"Tapi aku takut kecewa lagi dengan hasilnya Ma." Widia mulai lemas karena takutnya ini hanya praduganya kembali. Selama ini Widia dan Anton sudah berusaha untuk memberikan adik kepada Putri. Namun hasilnya nihil. Karena tingkat kesuburan Anton yang begitu sedikit. Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk Anton dan widia untuk memiliki buah hati mereka.
"Kita coba periksa dulu ya Bun." Ucap Putri yang masih cemas melihat keadaan Widia. Akhirnya Widia pun menurut dan mereka pun pergi ke klinik terdekat. Setelah menunggu antrian yang lumayan panjang akhirnya namnya di panggil. Widia pun masuk ke dalam ruangan dokter bersama Teh Ani dan Putri yang mengggandengnya.
"Selamat sore dokter." Sapa Widia.
"Sore bu, silahkan duduk." ucap dokter Ifi. Widia pun duduk bersama Teh Ani sementara Putri berdiri di belakang Widia.
"Apa keluhannya?" Tanya dokter Ifi
"Seharian ini saya mual terus dok, kepala terasa pusing dan pokonya gak enak badannya." Ucap Widia
"Baik, kalau gitu saya periksa dulu ya. Mari berbaring dulu bu." Dokter Ifi pun langsung memeriksa Widia saat Widia sudah berbaring. Setelah selesai memeriksa dokter Ifi pun langsung duduk kembali ke kursinya sambil tersenyum. Widia pun duduk kembali di samping Teh Ani.
"Jadi bagaimana dok, apakah saya baik-baik saja?" Tanya Widia terlihat cemas.
"Ibu gak usah khawatir, karena kondisi ibu baik-baik saja. Selamat ya bu, Ibu akan segera mempunyai buah hati. Usia kandungan ibu sudah memasuki bulan ke 2." Ucap Dokter Ifi sambil tersenyum lebar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🌺💐H@5#🌺💐
hehehe akhirnya terjawab yg di tanyakan di fart sebelum nya 😊 Widia nya hamil tak pa biar terlambat dptnya yg penting Anton jadi ayah aseli 🥰
2021-01-04
2
❤️YennyAzzahra🍒
Yeee hamil hhh..
aku sdh hadir mega yaaa
2020-10-31
2
Dewi Ws
like
2020-10-31
2