PUTRI KEYZIA
Setelah 15 tahun berlalu, akhirnya Putri dan keluarganya tiba di tanah kelahirannya. Ya selama 15 tahun ia dan keluarganya pindah ke luar negeri menemani Tuan Anton yang tidak lain ayah tiri dari Putri. Senyum Putri begitu nampak jelas di wajahnya. Begitu pula Widia, Teh Ani dan Anton yang berjalan di belakang Putri. Mereka nampak bahagia karena telah tiba di tanah kelahirannya kembali.
Mereka pun langsung masuk ke dalam mobil yang sudah di pesan Anton dan langsung pergi menuju rumah Anton yang berada di jakarta. Ya mereka memutuskan untuk tinggal di rumah Anton di jakarta. Sebenernya Putri malas untuk melanjutkan kuliah di negara kelahirannya. Karena Putri sudah memiliki kekasih di negara xx. Namun apa daya, keluarganya memutuskan untuk ikut memindahkannya bersamaan dengan pindahnya mereka. Widia khawatir akan terjadi sesuatu kepada Putri kalau Putri di tinggal sendiri di negara itu.
Awalnya Putri merasa kecewa dengan keputusan Bundanya. Namun ia tetap mematuhi perkataan Bundanya. Senakal apapun Putri, namun ia tetap lah anka penurut yang akan menuruti ucapan Bundanya. Karena sejak kecil Putri sangat ingin seperti Bundanya.
"Gimana Putri Anandita, apakah kamu masih mau ditinggal di sana seorang diri?" Tanya Widia dengan senyum menggoda.
"Tentu saja Putri mau, tapiii Putri kan gak bisa jauh dari Bundaaa." Putri memajukan sedikit bibirnya hingga membuat Teh Ani tersenyum geli.
"Uluh-uluh cucu Nenek ternyata lebih sayang Bundanya dari pada Nenek." Teh Ani turut menggoda Putri.
"Apalah daya ku, yang selalu di kelilingi cinta dan kasih dari kalian semua." Putri memeluk Widia dan Teh Ani dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
"Jadi Ayah gak di peluk nih,, emm sepertinya Ayah harus balik lagi ke negara xx aja dech." Anton ikut menggoda Putri dan memonyongkan bibirnya.
"Emn gimana ya Yah, bukannya Putri gak mau memeluk Ayah, hanya saja Putri takut Bunda cemburu karena Putri memeluk Ayah, karena Ayah masih terlihat muda." Putri menyenggol bahu Widia sehingga Widia menepak bahu Putri karena sydah berani menggodanya.
"Kamu tuh ya, kenapa juga harus Bunda yang kena, bilang aja kalau kamu takut si David cemburu sama Ayah kamu." Widia mencubit hidung Putri dengan gemas
"Aw,, aw sakit Bun,, jangan di tarik terus. Nanti hidung Putri gak mancung-mancung." Putri mengelus-elus hidungnya yang terlihat merah akibat cubitan Widia.
"Sudah-sudah jangan pada bercanda terus." Teh Ani akhirnya menyudahi kelakuan putri dan cucunya itu.
Mobil yang mereka tumpangi pun tiba di kediaman Anton. Walaupun rumahnya tak sebesar rumah mereka di negara xx namun jika di bandingkan rumah Widia dahulu masih cukup jauh lebih besar. Walaupun tak sebesar rumah Ferdi.
Mereka mulai turun dari mobil. Anton langsung turun dari mobil dan mengambil koper-kopernya yang ia taruh di dalam bagasi mobil. Kemudian Widia pun ikut mendorong koper itu. Putri di tunjuk untuk membayar supir tadi. Setelah selesai mereka pun masuk ke dalam rumah yang sudah lama tak di tempati. Namun masih terawat karena ada pembantu yang di sewa Anton untuk terus membersihkan rumahnya.
"Tuan udah datang.." Ucap seorang wanita paruh baya yang langsung tersenyum saat melihat Anton dan keluarga
"Iya bi, oh ya semua kamar sudah di bersihkan kan?" Tanya Anton kepada Bi Irma.
"Sudah tuan, pokoknya rebes semua." Bi Irma tersenyum lebar sehingga memperlihatkan giginya yang sudah berlubang sehingga mengundang tawa Putri dan Widia. Bi Irma pun menoleh ke arah Putru sambil terus nyegir.
"Kenapa kalian tertawa??, ketawanya geli banget lagi." Kata Anton yang bingung dengan tingkah Putri dan Widia.
"Gak Yah, Putri cuma mules." Putri pun merasakan kesakitan di perutnya akibat di cubit Widia. Widia mencubit Putri karena takut kalau-kalau Putri nya itu bicara ceplas-ceplos.
"Yasudah, kalian pergi ke kamar masing-masing ya. Emm Ma,, saya antar mama ke kamar mama ya." Ucap Anton sambil menarik koper Teh Ani.
"Makasih Ton." Ucap Teh Ani sambil tersenyum dan mengikuti langkah Anton di belakang. Sementara Widia dan Putri menarik kopernya ke kamar masing-masing. Bi Irma pun ikut membantu Widia memasuki kamarnya.
"Gak papa Bi, bibi istirahat aja dulu. Saya bisa kok sendiri." Tolak Widia saat Bi Irma mencoba membantunya mendorong koper.
"Tapi nyonya.."
"Gak papa bi. Udah istirahat aja udah malem." Akhirnya B Irma pun menuruti perkataan Widia. Ia memasuki kamar yang berada di dekat dapur.
Rumah Anton memiliki 3 kamar utama dan 1 kamar di dekat dapur. Karena Anton memang selalu tampil sederhana. Ia tidak mau mempunyai sesuatu yang berlebih. Ia lebih senang jika uang hasil kerjanya di tabung untuk masa depan anak istrinya kelak.
Putri langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia terlihat menghirup udara dengan begitu senang. Ia pun mengambil boneka yang sudah ada di atas kasurnya. Putri langsung memeluk boneka itu dengan sangat gembira. Tak berapa lama ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk.
"Hello my boy." Ucap Putri dengan sangat antusias saat menerima panggilan telepon yang tidak lain dari David kekasihnya di negara xx. Putri pun mengobrol by phone dengan sangat gembira. Sesekali ia cemberut sesekali ia tertawa bahkan sampai lompat-lompat di atas kasurnya.
"Ok see u by honey.." Ucapnya setelah lama berkutat dengan teleponnya.
miss u my boy..muach muach muach
Putri terlihat menciumi ponselnya. Kemudia ia berbaring lagi. Namun ia di kejutkan dengan bunyi ketukan di luar kamarnya.
"Putriii." Panggil Anton dari luar kamarnya. Putri pun langsung buru-buru membukakan pintu kamarnya.
"Ada apa Yah??" Tanya Putri dengan senyuman di bibirnya.
"Tidur lebih awal, besok Ayah akan antar kamu ke kampus baru kamu." Kata Anton.
"Baru juga sampe Yah, masa udah mau ke kampus aja." Rengek Putri yang tak suka karena sudah harus pergi ke kampus.
"Karena Putri ingin seperti Bundanya. Yang tidak hanya cantik juga baik hati serta pintar dalam pelajaran." Anton mencoba menyemangati Putri. Putri yang mendengar nama Bundanya pun langsung berbinar. Ia langsung mengangguk dengan cepat. Kemudian menutup pintu kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Semua demi bisa menjadi seperti Bunda. Karena Bunda adalah idola Putri setelah Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW.
Putri pun langsung memejamkan kedua matanya sambil tersenyu.
"Gimana Ton, kamu udah ngomong sama Putri??" Tanya Widia saat melihat Anton memasuki kamar mereka.
"Sudah, udah tidur juga dia." Ucap Anton sambil duduk di samping Widia.
"Makasih ya Ton, kamu sudah menyayangi Putri seperti anak kamu sendiri." Widia menggenggam jemari Anton dengan lembut. Anton pun tersenyum dan membelai rambut Widia dengan lembut.
"Putri sudah aku anggap anak kandung ku sendiri. Jadi sudah sewajarnya seorang Ayah menyanyangi anaknya kan. Seperti Mama Ani yang selalu menyayangi kamu dengan tulus." Anton meraih tubuh Widia dan memeluknya. Widia tersenyum bahagia mendengarkan kata yang Anton ucapkan.
Aku juga gak mau Putri merasakan seperti apa yang sudah pernah aku rasakan. Tidak mendapatkan kasih sayang dari sebuah keluarga. Untung ada Om Wahyu dan Tante Meli yang selalu menyayangi ku." Gumam Anton dalam hati
***
Seorang gadis terlihat sedang bermain di depan komputernya di dalam kamar. Ia menggunakan headphone di telinganya. Sambil menggoyang-goyangkan kepalanya. Ia terus memainkan jemarinya. Terlihat jelas wajahnya yang cantik dan bibirnya yang tipis. Hidungnya sedikit mancung dari kepunyaan Putri. Nampak cantik sempurna. Bahkan jika dilihat sepintas wajahnya hampir sama dengan Putri. Ya, dia adalah Keyzia Anandita putri dari Ferdi dan Amel.
Keyzia begitu asyik memainkan komputernya. Sampai-sampai ia tak mendengar ketukan dari luar kamarnya.
"Kekey..!!" Teriak Amel yang masih terlihat muda, hanya dandanannya saja yang sedikit berbeda. Karena merasa tak ada jawaban dari Keyzia. Amel pun langsung merebut paksa Headphone yang sedang di gunakan Keyzia.
"Aw..aw sakit Ma.." Teriak Keyzia sambil memegangi telinganya karena merasa kesakitan.
"Makanya kalau di panggil tuh denger." Teriak Amel dengan raut wajah yang masih sama seperti dulu saat sudah marah.
"Ya kan gak denger."
"Kamu mau ngebantah kata-kata Mama??" Tanya Amel lagi sambil melotot dan kedua tangannya di lipat kedepan.
"Mana berani, udah bilang aja mama mau apa.?" Tanya Keyzia sambil crmberut.
"Cepet kamu telepon papa kamu. Jam segini kenapa belum pulang." Amel masih dengan suara kerasnya.
"Emang papa belum pulang lagi ma." Ucap Keyzia
"Kalau sudah pulang mana mungkin Mama nyuruh kamu buat menghubungi papa kamu."
"Iya iya ok tunggu." Keyzia pun meraih ponselnya dan langsung menghubungi nomor papanya.
"Hallo pa."
"Ya hallo.. Ada apa Key?" Tanya Ferdi
"Papa belum pulang kenapa??" Tanya Keyzia
"Masih banyak kerjaan."
"Gak pulang lagi??"
"Sudah kamu tidur aja lebih dulu. papa gak tahu bisa pulang gak hari ini." Ferdi pun menutup panggilannya.
"Tidur aja kata papa, belum tahu bisa pulang apa gak, masih banyak kerjaan." Ucap Keyzia dan langsung mematikan komputernya kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sementara Amel langsung keluar dari kamar Keyzia dengan kesal.
Ya, hubungan rumah tangga Ferdi dan Amel tetap saja seperti itu. Dahulu mereka bersikap biasa di depan Keyzia setelah insiden Keyzia yang berada dibrumah sakit. Namun keadaan tetap saja seperti itu sehingga Keyzia beranjak dewasa.
Keyzia pun mulai tidak perduli dengan hubungan kedua orang tuanya yang tidak harmonis lagi. Karena jika ia memikirkan semuanya, kepalanya akan merasa sakit dan tiba-tiba pingsan tak sadarkan diri. Sehingga ia memutuskan untuk masa bodoh dengan kehidupan rumah tangga orang tuanya. Baginya, asalkan orang tuanya masih bersama apapun tidak masalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
CR⃟7Naikenz *🎯Hs
mom mampir ya
2021-02-15
1
ㅤ ㅤ ᵀᵃˡˡʸ❥⃝⃝⃝⃝ʏ💅🏻
hai ka author, aku mampir
2021-02-15
1
Yuni Ayu Izma
Izin promot kak.
Hay semua, sembari menunggu up, ayo mampir dulu ke novelku berjudul "Cintaku LDR" seru loh ceritanya untuk dibaca.
2020-12-30
0