Pagi pun menjelang, seperti biasanya Jeniffer dan Andrian pun berangkat ke kampus secara bersamaan dengan mobil mereka yang terpisah.
Dikarenakan sehabis pulang mengajar, Andrian sedikit ada urusan di kantor membuat Jeniffer memohon untuk membawa mobilnya sendiri karena tidak nyaman jika harus berlamaan di kantor milik suaminya sendiri.
Andrian pun menyetujuinya dengan syarat biasanya, yang langsung disetujui juga oleh Jeniffer tanpa ada keraguan sedikitpun darinya.
Andrian segera turun dari mobilnya, dan langsung menuju mobil istrinya berada.
Karena istrinya selalu terbiasa berlamaan di mobil, jika dirinya tidak mengetuk kacanya terlebih dahulu maka istrinya pun tidak akan pernah keluar dari mobilnya.
Tok tok tok
Kacanya pun langsung diturunkan oleh Jeniffer, disana tampaknya Jeniffer sedang memegang alat make upnya membuat Andrian tidak suka.
"Taroh alat make up kamu!" perintah Andrian tegas tanpa memperdulikan tatapan Jeniffer.
"Tapi mas aku kan belum---" ucapan Jeniffer pun langsung terhenti ketika melihat ekspresi marah suaminya.
"Saya bilang taroh ya taroh Cherly Jeniffer Valentino, saya tidak suka jika kamu memakai alat-alat begituan. Saya lebih menyukaimu yang natural apa adanya, bukan polesan seperti itu. Pantes saja selama ini kamu selalu lama di mobil ternyata kamu sedang bermake up ria di mobil." ucap Andrian dingin dan langsung meninggalkan Jeniffer tanpa memperdulikan suasana sekitarnya.
"Jeniffer!" teriak seseorang sesaat Jeniffer turun dari mobilnya sendiri.
"Aldric" gumam Jeniffer pelan dan sebelum dirinya kabur, Aldric pun sudah berdiri dihadapannya, menghalangi jalan akses kaburnya.
"Kok kamu langsung terburu-buru gitu sih? Aku memang monster ya yang harus kamu hindarin saat aku nyapa kamu." ucap Aldric disertai candaannya yang justru membuat Jeniffer bersalah.
"Bukan lu monsternya, tapi Andrian. Bisa habis gua kalau dia tau lu bareng gua Aldric." ringis Jeniffer dalam hatinya, berharap ada yang menyelamatkannya dari situasi seperti ini.
"Jenif!" teriak Bella seperti biasanya menghampiri dimana Jeniffer dan Aldric berada.
"Temenin aku ke ruangan Bu Diana yuk, soalnya Bu Diana info kemarin itu katanya hari ini terakhir pengumpulannya dan kebetulan juga tugas aku sudah selesai dari semalam." ucap Bella tanpa menyadari ekspresi Aldric kepadanya.
"Tugas? HAH?! Boleh pinjem gak Bel please, aku belum kerjain." mohon Jeniffer membuat Bella tidak percaya.
"Serius? Yasudah kita ke kelas aku pinjemin mumpung aku lagi baik." ucap Bella dan langsung menarik tangan Jeniffer meninggalkan Aldric sendirian.
"Sial, selalu saja ada penghalang saat gua deketin Jeniffer. Susah banget sih, gua deketin dia." gumam Aldric kesal dan langsung pergi menuju tempat kesukaannya.
***
"Akhirnya selesai juga!" teriak Jeniffer membuat seisi kelas menatapnya.
"Diemlah Jen, kamu itu ya selalu berisik membuatku malu." sungut Bella tanpa menyadari tatapan Jeniffer yang ingin melahapnya hidup-hidup.
TAK!
Lagi dan lagi geplakan mulus pun mendarat di kepala Bella membuat Bella meringis kesakitan.
"Situ gak sadar ya situ juga b e r i s i k" ucap Jeniffer penuh penekanan di akhir membuat Bella cengengesan.
"Ya maaf Jen, ayuk ke ruangan Bu Diana." ucap Bella mengakhiri perdebatan mereka, dan seperti biasanya ia pun langsung menarik tangan Jeniffer, lebih tepatnya menyeret.
Di hadapan 'lecturer's room' Bella pun melepaskan tarikannya, dan langsung mendorong Jeniffer pelan membuat Jeniffer mendengus sebal.
"Selalu begini, tadi saja ngajak-ngajak sok berani giliran sudah sampai saja suruh aku yang maju duluan." cibir Jeniffer membuat Bella lagi dan lagi memohon.
"Please Jen, kamu kan orangnya lebih berani dari aku please kalau gak kamu kita gak bakalan bisa kumpulin tugasnya. Demi nilai Jen, inget." mohon Bella seperti biasanya membuat Jeniffer mengangguk pasrah.
Hampir saja Jeniffer mengetuk pintunya, dari dalam pun sudah ada yang membukanya lebih dulu membuat Jeniffer dan Bella segera mundur sedikit dari pintu tersebut.
"Mau apa kalian kemari?" tanya guru itu dengan tampangnya menyelidiki keduanya secara bergantian.
"Kami mau mengumpulkan tugas pak Daf, apakah Bu Diana ada didalam?" tanya Jeniffer sopan yang dibalas sebuah anggukan oleh Dafa.
"Masuklah, Bu Diana sedang di dalam." perintah Dafa sambil menatap Bella yang sayangnya tidak dipedulikan oleh Bella.
Didalam, mereka berdua melihat para dosen yang sedang bercengkrama satu sama lainnya belum menyadari kehadiran keduanya.
"Katanya pak Sam keponakannya sudah kembali dari jalan-jalannya dan sempat berantem dengan pak Andrian apakah itu benar?"
"Benar" jawab Andrian singkat tanpa menatap sang lawan bicaranya.
Bukannya ia tidak mau menghargainya, tapi ia terlalu fokus dengan pekerjaannya untuk menjadwalkan kuis dadakannya di mata pelajarannya.
Dirinya sangat tidak peduli jika siswa-siswi nanti mendapatkan nilai jelek di mapelnya, yang penting ia sudah mendapatkan nilai dari mereka semua meski nilai yang didapatkannya adalah nilai merah.
"Soal apa itu pak Andrian, kalau saya boleh tau?"
"Anda tidak perlu tau, ini urusan saya bukan urusan anda. Tolong jangan mencampuri urusan pribadi saya." jawab Andrian ketus membuat dosen wanita itu mendengus sebal.
"Terserah anda sajalah pak Andrian, tapi ada urusan apa anda dengan Jeniffer? Kenapa disitu ada Jeniffer juga yang terlibat pak Andrian?"
"Tidak ada, tidak tau kebetulan saja kali." jawab Andrian cuek yang dibalas sebuah anggukan oleh dosen itu.
"Sayang ya anda sudah menikah pak Andrian, pasti beruntung sekali yang menjadi istri bapak."
"Sudah tau saya sudah punya istri jadi tolong jangan cari perhatian dengan topik gak berfaedah itu Bu Lin." jawab Andrian sopan namun menusuk.
Sedangkan Linda yang mendengar ucapan Andrian pun hanya terdiam.
"Saya rasa ini wajar pak Andrian, saya dosen dan anda pun juga begitu." ucap Linda tidak terima dan berusaha sesantai mungkin.
"Saya hidup sudah lama Bu Lin, bahkan saya pun juga sudah memiliki tiga anak. Saya tau betul mana orang yang sekedar profesional ataupun orang yang sedang mencari perhatian saya. Saya tegaskan disini, tolong bersikap sewajarnya saya dosen dan anda pun juga dosen jadi tidak seharusnya anda bertanya soal pribadi saya. Tanyalah yang sewajarnya saja." ucap Andrian dingin sambil merapihkan laptop dan berkas-berkasnya.
Belum juga Andrian beranjak dari kursinya, Jeniffer dan Bella yang sedari tadi terdiam pun langsung tersadar dan menuju dimana Bu Diana berada yang kebetulan tidak jauh dari tempat Andrian.
Andrian yang baru menyadari kehadiran Jeniffer pun menatap datar Jeniffer, berbeda dengan Jeniffer yang menatapnya dengan sebuah senyuman.
Dia tidak menyangka suaminya bisa setegas itu disaat ada seseorang yang ingin mendekatinya.
"Mas masih marah sama aku ternyata" gumam Jeniffer dalam hati ketika melihat kepergian Andrian begitu saja.
"Itu dosen baru ya Jen?" bisik Bella sambil menatap Linda.
"Mungkin aku juga gak tau, baru liat soalnya." jawab Jeniffer ragu yang diangguki oleh Bella.
Linda yang menyadari dirinya menjadi topik mereka berdua pun tersenyum.
"Kenalkan saya Bu Linda, saya baru saja kembali mengajar setelah lama meminta ijin dengan pak Sam." ucap Linda memperkenalkan dirinya membuat Bella tersenyum, berbeda dengan Jeniffer ia hanya bisa terdiam.
"Saya Bella bu, dan disebelah saya Jeniffer teman saya. Saya harap ibu mengajar di kelas saya ya." ucap Bella antusias dengan keramahan Linda.
"Semoga tidak berubah ya jadwal saya, dan temanmu itu sepertinya pendiam ya?" tanya Linda menilai Jeniffer dari atas sampai bawah.
"Tidak bu, justru dia biasanya paling berisik daripada saya sendiri." jawab Bella membuat Linda tertawa kecil.
"Cantik juga pilihan Aldric, pantas saja dia meminta bantuanku untuk mendekatinya. Ternyata yang dipilih Aldric secantik ini, cocok juga dia jadi menantuku pendiam, cantik, imut lagi." ucap Linda berbinar-binar menatap Jeniffer.
"Ada apa ya kalian kemari?" tanya Diana baru menyadari kehadiran mereka.
Karena sedari tadi ia yang sibuk dengan lagu favoritnya sambil membaca novel kesukaannya membuat dirinya melupakan suasana sekitarnya.
"Kami mau mengumpulkan tugas kami bu." jawab Jeniffer setelah lama terdiam.
"Tugas kamu kan sudah dikumpul tadi pagi, jadi untuk apa kamu mengumpulkannya lagi?" tanya Diana heran membuat Jeniffer dan Bella terkejut.
"Sama siapa bu?" giliran Bella yang bertanya.
"Tugas Jeniffer sudah dikumpulkan oleh pak Andrian, katanya kamu yang menitipkannya bukan?" tanya Diana membuat Bella bingung, berbeda dengan Jeniffer ia malah tersenyum dan mengiyakan.
"Dibalik kemarahan mas, ternyata mas masih ada rasa peduli denganku. Mas bisa tau saat aku sendiri pun tidak tau. Pantas saja mas tidak mengingatkanku soal tugas, ternyata mas sendiri yang sudah mengerjakannya untukku. Terima kasih mas, aku mencintaimu selalu."
...***...
...A/N : Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian disini...
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...-Tetap jaga kesehatan ya 🖤...
...My Dosen Is My husband...
-My Question-
Siapa yang sudah beranggapan duluan kalau Linda itu seorang pelakor?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Merzin Prismi
papa andrian lope lope deh. dafa kayanya naksir bela nih
2021-06-10
1
Rokiyah Yulianti
hehe aku baru saja mau nuduh bahwa linda itu pelakor, eh ternyata eh ternyata mamanya aldrich toh
2021-05-26
0