Hukuman yang diberikan oleh Dafa pun telah selesai, Jeniffer dan Bella langsung duduk terlemas di lantai sambil mengelap keringatnya yang tiada hentinya keluar dengan selembar tisu yang diberikan oleh Dafa kepada mereka.
"Bagaimana besok-besok mau diulangin lagi?" tanya Dafa dengan tatapannya yang masih sibuk dengan sebuah kertas berisikan materi.
"Tidak pak." jawab mereka serempak dengan berbagai macam umpatan yang tidak pernah berhenti sedaritadi.
"Baguslah jika kalian sudah sadar dengan perbuatan kalian itu. Saya harap untuk next time kalian tidak mengulangnya lagi seperti tadi, atau tidak saya dengan senang hati memberikan hukuman yang lebih kejam lagi kepada kalian." ucap Dafa sambil menyeringai.
"Keluarlah hukuman kalian sudah selesai sampai disini." lanjutnya tanpa memperdulikan bagaimana tatapan mereka yang terlihat sekali ingin membunuhnya hidup-hidup.
"Baik pak."
***
"Dosen gila, sinting, kejam, peak ku rasa semua guru sudah gak ada lagi yang namanya berperikemanusiaan. Ya kali hukuman sebanyak itu masih saja dibilang kurang sama dia, mau nya apa coba." gerutu Bella sesudah keluar dari ruangan Dafa.
"Itu juga gara-gara kamu Bel ajak aku bicara tadi yasudah jadinya pak Dafa marah ke kita. Lagian hukuman yang kamu terima juga gak seberapanya dengan hukuman aku nanti." kesal Jeniffer menyalahkannya.
Sedangkan Bella yang disalahkan oleh Jeniffer pun hanya bisa memasang wajah cemberutnya, yang justru terlihat menyebalkan di mata Jeniffer.
"Gak usah sok imut, justru jijik aku ngelihatnya Bel." cibir Jeniffer sadis membuat Bella geram dan menggeplak kepalanya.
TAK!
Jeniffer yang digeplak pun menatap tajam kearah sahabatnya itu yang kini sedang memperlihatkan cengirannya dan mengangkat kedua jari telunjuk dan tengahnya menandakan 'damai'
"Sa---" ucapan Jeniffer pun langsung terhenti ketika dirinya melihat Andrian yang telah berjalan diikuti oleh Triple A yang entah bagaimana bisa Triple A berada di kampus, tempat mereka berada.
"Itu anaknya pak Andrian? Gila ganteng-ganteng banget Jen. Iri deh ku lihatnya." kagum Bella tanpa menyadari wajah pucat pasi Jeniffer.
"Tapi Jen kok muka mereka mirip kayak kamu ya, meski sebagiannya mirip pak Andrian sih." lanjutnya merasa janggal setelah menelitinya.
"Gak mungkinlah Bel, ya kali ku siapanya pak Andrian sampai anak-anaknya pun mirip sama aku. Yasudah yuk mending kita ke kelas saja, aku sudah capek banget setelah berjam-jam di ruangan pak Dafa." usul Jeniffer yang untungnya disetujui oleh Bella.
Dan mereka berdua pun langsung kembali ke kelas, dengan pertanyaan yang berkecamuk di kepala mereka masing-masing.
"Maafkan mama nak, mama bukannya gak mau mengakui kalian tapi mama terpaksa melakukan ini demi peraturan yang ada disini nak."
"Gila pak Andrian berarti daddy hot banget ya, beruntung banget yang jadi istrinya pak Andrian sudah tampan, keren, tegas, bahkan anak-anaknya pun gak kalah tampannya dari bapaknya."
Setibanya mereka di kelas, Jeniffer pun langsung duduk di tempatnya dan membuka handphonenya mengabaikan Bella yang sedang sibuk berceloteh tentang Andrian, suaminya.
Me : Mas
Satu pesan terkirim darinya yang tidak perlu menunggu waktu yang lama, langsung dibaca oleh penerimanya.
Hanya dibaca, dan tidak dibalas membuat Jeniffer menghelakan nafasnya karena ia yang sangat yakin jika suaminya itu masih dalam keadaan marah kepadanya.
Me : Mas, aku minta maaf mas aku tadi gak fokus itu karena diajak ngobrol sama Bella mas. Mas boleh marahin aku, tapi bukan diemin aku begini.
Mas : Dengan begitu, kamu gak bisa bedain mana waktu yang serius mana yang gak?
Me : Aku minta maaf
Mas : Sudah berapa kali kamu tidak disiplin Jeniffer, selama ini saya mengajarkanmu bagaimana caranya disiplin kamu masih ingat bukan soal itu? Kenapa sekarang sikapmu saat sebelum ada Triple A terulang kembali. Saya marah sama kamu Jeniffer.
Me : Maaf
Tidak ada jawaban berikutnya dari Andrian membuat Jeniffer hanya bisa terdiam, menundukkan kepalanya.
Jika boleh jujur, ia sangat menyesal sudah melanggar salah satu aturan yang dibuat oleh Andrian.
Ingin sekali rasanya ia keluar dari kelas ini dan menuju ke ruangan Andrian suaminya sekarang tapi mengingat Bella yang disebelahnya ia tidak mau membuat Bella curiga terhadap hubungan dirinya dengan hubungan Andrian.
Bisa habis dirinya jika Bella sahabat embernya mengetahui hal itu.
"Kamu kenapa Jen? perasaan tadi baik-baik saja." heran Bella melihat perubahan sahabatnya.
"Gak apa-apa Bel, I am fine." jawab Jeniffer memasang senyum palsunya.
Bukan Bella namanya jika ia mempercayai begitu saja, ia sangat yakin jika sahabatnya ini memiliki masalah yang tidak mau berbagi kepadanya. Terbaca dari bagaimana ekpresinya yang terlihat sendu dan frustasi membuat Bella merasa bingung dengannya.
Perasaan tadi sahabatnya itu baik-baik saja, kenapa semenjak sibuk dengan handphonenya sahabatnya itu bisa seperti ini?
Selintas jawaban masuk ke dalam pikirannya, ia sangat yakin jika sahabatnya ini bisa galau seperti ini pasti tidak jauhnya dari namanya putus cinta.
"Sudahlah Jen, aku tahu pasti kamu lagi putus cinta ya? Relakan Jen, gak gini juga caranya kamu putus cinta dari doimu itu. Seperti berkabung saja menangisi, galau-galau begini." bujuk Bella membuat Jeniffer menatapnya tajam.
Putus cinta?
'Gua begini karena gua gak dibales sama suami gua bukannya gua putus cinta setan.' maki Jeniffer dalam hatinya, tidak setuju dengan pemikiran sahabat sialannya itu.
"Siapa yang putus cinta?" tanya Jeniffer geram. "Kamu" jawab Bella dengan polosnya tanpa menyadari tatapan Jeniffer yang sudah setajam elang seperti ingin memangsanya.
"Daripada sedih-sedih begini, mending kita cari cowo baru yang mungkin saja mau sama kamu Jen." usul Bella bangga dengan idenya sendiri, membuat Jeniffer membulatkan matanya dan aksi menggeplak pun tak bisa lagi dihindari.
TAK!
"Kejam kamu Jen, Aku kan sudah usulin yang terbaik buat kamu tapi kenapa kepalaku yang jadi sasaran empuk sama tangan kamu itu." ringis Bella sambil mengusap kepalanya.
"Lagian usulan yang kamu kasih itu bukan membantu tapi menyesatkan Bel." kesal Jeniffer tidak memperdulilan ekspresi sahabatnya yang terlihat kesakitan atas jitakan sayangnya.
"Kamu menyebalkan Jenif." sungut Bella membuang mukanya.
Di tengah-tengah aksi perdebatan mereka, Baby pun datang dengan wajahnya yang terlihat penuh emosi dan dendam.
Brak!
Gebrakan meja pun mulai terdengar di meja guru membuat suasana kelas menjadi hening dan menatap kearahnya.
"Perhatian semuanya! Gua disini mau menyampaikan jika cewek miskin yang gak selevel kita ini lebih baik dikeluarkan dari kuliah ini karena gak pantas cewek rendahan kayak mereka bisa masuk ke kuliah ini yang lebih berkelas daripada derajat mereka itu. Bahkan kemarin saja, disaat dihukum dia sok caper di hadapan pak Andrian pakai acara pingsan-pingsan segala. Gua yakin itu pasti itu bukan pingsan beneran, tapi mau godain pak Andrian saja yang statusnya sudah menikah. Dasar ******!" cemoh Baby sambil menumpahkan air selokan ke arah Jeniffer.
"Kamu tau darimana kalau dia digendong sama pak Andrian?" tanya Bella tidak percaya.
"Well, pantaslah dia berteman dengannya orang status mereka gak jauh beda kok sama-sama miskin." hina Baby sambil meniupkan jari-jarinya yang berkutek merah.
"Aku tanya darimana kamu tahu soal itu Baby bukan yang lain." geram Bella dengan hinaan yang diberikan oleh Baby, si ratu pembully.
"Ini buktinya, perhatikan baik-baik." ucap Baby sambil memperlihatkan sebuah foto ke satu kelas.
Banyaknya para siswi yang berbisik-bisik mengenai hal itu bahkan ada juga yang terang-terangan ikut mencemohnya juga sama seperti Baby, membuat Bella tidak tega melihat keadaan Jeniffer yang memprihatinkan.
Sudah basah kuyup, hinaan dimana-mana bahkan banyaknya lemparan kertas yang digulung yang sayangnya tetap membuat Jeniffer diam, tidak emosi dan tidak juga berbuka suara.
"Terkadang orang perlu disadari juga biar ingat statusnya itu seperti apa, kalau gak diginiin kan gak akan sadar juga sama dirinya sendiri itu siapa. Pokoknya mulai detik ini jangan pernah dekat-dekat sama pak Andrian lagi, karena pak Andrian itu lebih cocok sama gua bukan sama lu." ancam Baby sambil menunjuk Jeniffer.
"Lu kayak jelangkung ya, datang tak diundang pulang tak diantar. Datang-datang mending ramah tamah, basa-basi eh ini malah marah-marah kayak orang kesurupan." ucap Jeniffer tenang tidak memperdulikan bagaimana tatapan tajam Baby kearahnya.
"Masih berani juga lu hah ngejawab gua? Hebat ya masih ada nyali juga cewek miskin ini." geram Baby sambil bertepuk tangan memuji kehebatan Jeniffer di hadapannya.
"Queen of bullying, apa yang perlu dibanggakan dari jabatanmu itu? Menghina, mencaci, merendahkan apa itu perlu dibanggakan untuk sekedar menunjukan mana yang rendah mana yang tinggi? Gua rasa kayaknya gua yang lebih tinggi disini, buat apa harta lu bejibun kalau etika saja gak ada. Gua masih mending miskin tapi etika gua ada." sarkas Jeniffer membuat semuanya terdiam.
"TUTUP MULUT LU ******!" bentak Baby tidak terima dengan ucapan Jeniffer.
Jeniffer yang dibentak oleh Baby pun menyeringai, karena di dunia ini tidak ada yang ia takutkan selain kemarahan suaminya sendiri.
Bagaimana pun juga sebelum ia menikah dengan Andrian, dan memiliki anak ia juga termasuk wanita bad girl yang tidak takut dengan gertakan apapun termasuk orang yang di hadapannya ini.
"****** lu bilang? Lebih baik ngaca, siapa yang lebih pantas dibilang ****** disini? Gua atau lu? Kalau gua ****** dari segi mana gua sampai dibilang ******. Gua rasa semua orang juga akan tahu siapa ****** yang sebenarnya." ucap Jeniffer langsung berlalu keluar meninggalkan Baby yang kini sedang memaki dirinya di hadapan seisi kelasnya.
'Enak banget itu orang ngatain gua ****** segala, ****** gimana coba gua memang salah gua dekat sama suami gua sendiri? Baru tau gua selama ini ada larangan untuk dekat sama suami sendiri' dengus Jeniffer dalam hatinya sambil berjalan menuju dimana ruangan Andrian berada.
Selain meminta maaf kepada Andrian, ia juga ingin menanyakan perihal Triple A yang datang ke tempat kuliahnya karena tidak mungkin Triple A akan datang jika tidak ada urusan yang penting.
Sibuk berkecamuk di kepalanya, membuat Jeniffer tidak fokus dengan yang ada di hadapannya membuat ia merasa menabrak seseorang dan hampir saja terjatuh jika tidak segera ditangkap oleh orang itu.
'Cantik sekali orang ini, aku belum pernah melihatnya selama ini.'
...***...
...A/N : Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian disini...
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...-Tetap jaga kesehatan ya🖤...
...My Dosen Is My Husband...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Rokiyah Yulianti
bagus jennifer, ga perlu takut sama mereka2 yg udah ngehina kamu. oh nooo pembinor kek nya
2021-05-26
0