Dihadapan pintu yang berwarna hitam dan menjulang Bella pun segera berbalik dan pamit untuk kembali ke kelasnya.
Sedangkan Jeniffer dan Andrian segera mengetuk pintu dihadapannya terlebih dahulu setelah mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Bella dan tidak lama menunggu, mereka pun mendengar jawaban dari dalam yang membuat mereka segera membuka pintunya dan langsung masuk kedalam.
Disana mereka melihat seorang pria muda dengan jas kebanggaannya dan sebuah name tag yang bertengger di jas mahalnya sedang duduk di kursinya dengan pandangan fokus ke arah kertas lalu beralih ke arah mereka berdua.
Senyuman ramah pun langsung terbit di wajahnya sekedar menyambut mereka berdua yang memang dirinya sudah mendapatkan laporan itu dari tangan kanannya.
Ya, tangan kanannya kini sedang pergi keluar untuk mencarikannya makanan. Sedangkan dirinya kini sedang mengecek sampai mana tugas yang dikerjakan oleh tangan kanannya sendiri.
"Selamat datang." "Ehem sebelumnya perkenalkan nama saya Samuel Gregory Douglas, saya biasa dipanggil Sam." sapa Sam ramah yang dibalas sebuah senyuman oleh Jeniffer yang hebatnya bisa menghipnotiskan dirinya untuk terus menerus menatap senyumannya.
Sangat manis sekali.
"Bisakah anda untuk tidak melihatnya seperti itu?" lagi dan lagi Andrian pun dibuat geram. Bukan hanya para murid lelaki saja, tetapi pria dihadapannya ini juga ikut terpesona oleh pesona istrinya yang membuat dirinya harus mengalami rasa kesal dan cemburunya kembali. Bahkan sekarang pun sudah berubah menjadi rasa dongkol.
Bukan lagi rasa mau membunuh seseorang yang dirasakan oleh dirinya tetapi tergantikan oleh rasa melenyapkan tempat ini dan menghancurkannya, supaya tidak ada lagi para lelaki sialan termasuk lelaki dihadapannya ini yang berani untuk menatap istrinya.
Sementara Jeniffer yang bisa merasakan rasa tidak suka dari suaminya pun hanya bisa menghelakan nafasnya sabar. Sepertinya mulai dari sekarang suaminya ini sangat mudah sekali untuk cemburu. Meski mereka sudah menyandang status sepasang suami istri dan memiliki tiga seorang anak tetapi sikap suaminya ini pun tidak pernah berubah sama sekali. Mudah cemburuan, kesal dan satu lagi ngambekan.
"Oh maaf, berhubung kalian sudah masuk ke kampus ini sebelumnya kalian sudah mengetahui aturan disini bukan?" tanya Sam memastikannya yang dibalas anggukan oleh Jeniffer sedangkan Andrian ia hanya menatapnya datar dan tajam enggan untuk membalasnya.
Sam menyadari tatapan Andrian tetapi dirinya yang berusaha mungkin untuk tidak memperdulikannya meski tatapan tajam yang diberikan Andrian kepadanya setajam silet seolah-olah ingin mencabut nyawanya dari tempatnya saja. Ada apa dengan pria itu? Kenapa dirinya harus mendapatkan tatapan setajam itu? Apa salah dirinya? Banyaknya pertanyaan yang timbul di benaknya yang membuat dirinya pun dibuat bingung dan heran olehnya.
"Cincin apa di jari manis kalian?" "Apa itu cincin pertunangan atau?" tanya Sam menggantung dan kini tatapannya pun sibuk menatap keduanya secara bergantian.
Jeniffer yang paham dengan tatapan itu pun meneguk ludahnya gugup dikarenakan dirinya yang tidak menyangka sejeli itu Sam untuk melihatnya. Berbanding balik dengan Andrian yang kini masih bersikap musuhan dengan Sam dan masih menatapnya tajam tidak ada niat untuk merubahkan tatapannya sedikitpun. Seolah-olah pertanyaan yang diberikan oleh Sam tidak terlalu penting bagi dirinya.
"Ini... cincin wasiat iya cincin wasiat dari kakek. Jadi semenjak kakek nenek saya meninggal kakek saya mewasiatkan cincin ini kepada saya." jawaban asal yang diberikan oleh Jeniffer yang membuat Andrian mengalihkan tatapannya ke arah istrinya dan tercengang.
Sejak kapan cincin pernikahan menjadi cincin wasiat?
Dan satu lagi kakek dan neneknya sudah meninggal? Bukankah kakek dan nenek istrinya masih hidup? Kenapa dikatakan meninggal oleh cucunya sendiri? Sejak kapan kakeknya dan neneknya meninggal? Dan jika memang itu adalah hal yang benar , mengapa dirinya tidak tahu soal itu?
Sedangkan Sam yang memang tidak tahu latar belakang mereka pun menganggukan kepalanya percaya dan tetap memasang senyumnya.
"Baik jika begitu, saya pikir kalian ada menjalin hubungan satu sama lain. Dan bolehkah saya bertanya lagi? Kenapa cincin yang digunakan sama kalian itu sama ya?" tanya Sam sampai sedetail itu yang membuat Andrian tidak bisa lagi menahan emosinya dan langsung menggebrak mejanya. Meja dihadapannya.
Brak!
"Sama gak samanya saya rasa itu bukan urusan anda pak Sam. Sudah cukup sedari tadi saya diam melihat sikap anda. Kali ini anda menanyanya sudah melebihi dari batas wajarnya." emosi Andrian meledak yang membuat suasana disekitarnya pun langsung berubah menjadi tegang dan dingin.
Sam yang mendapatkan ledakan emosi Andrian pun tetap memasang senyumnya dan berusaha mungkin untuk tidak terpancing dengan emosinya sendiri melihat sikap kekurang ajaran Andrian terhadap dirinya.
"Maafkan saya pak Andrian, saya disini hanya bertanya untuk aturan saja tidak ada niat lain." sesal Sam dengan nada tenangnya yang membuat Jeniffer langsung menggengam tangan suaminya dan mengelusnya. Berusaha mungkin untuk meredakan emosi suaminya yang sejak tadi terus ditahannya.
"Kami kebetulan seorang kakak beradik pak, tidak lebih dari itu." alasan Jeniffer cukup masuk akal yang membuat Sam langsung menganggukan kepalanya paham.
"Baik, karena saya masih memiliki urusan yang lain saya harap kamu nyaman berada di kampus ini Jeniffer dan untuk pak Andrian bisakah anda menandatangani di kertas ini sebagai persetujuan anda untuk menjadi seorang dosen disini?" tanya Sam mengeluarkan sebuah kertas yang berisikan kertas persetujuan.
"Setahu saya sebelum orang menjadi dosen tidak pernah ada untuk menandatangani kertas seperti itu pak Sam." ucap Andrian tidak mau menuruti langsung apa yang dikatakan oleh Sam.
"Hanya di kampus ini yang ada surat seperti ini pak Andrian. Dan saya minta sekali lagi, bisakah anda menandatanganinya?" tanya Sam untuk kedua kalinya dengan pertanyaan yang sama.
"Tidak, tanda tangan saja sendiri." tolak Andrian yang sudah muak untuk berlama-lama di ruangan Sam yang lebarnya tidak seluas dengan ruangan di kampusnya. Kampus miliknya.
Tanpa menunggu jawaban dari Sam lagi, Andrian pun langsung menyeret istrinya untuk keluar dari ruangan jahanam itu meninggalkan Sam yang kini sedang terbengong melihat sikap Andrian yang berlalu begitu saja tanpa ada pamit kepada dirinya.
"Perasaan yang pemiliknya gua deh, kenapa tuh orang yang merintah gua dan langsung keluar gituh aja?" tanya Sam ke dirinya sendiri yang kini bagaikan seorang linglung dengan posisi tangan yang masih memegang sebuah bolpoin dengan kertas persetujuan para dosen yang tergeletak di mejanya.
...***...
...A/N : Jangan lupa meninggalkan jejak kalian disini....
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...My Dosen Is My Husband...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Karmani
lajut tur
2023-06-03
0
Pecinta Halu
Hahahaha moon maap ya Sam
2023-02-08
0
Ratih Budi Astuti
kangen sama ceritanya,,, jadi Aku kembali
2022-10-13
1