Sudah 3 hari dimana perdebatan Andrian dengan Jeniffer, Andrian belum kembali juga ke mansion membuat suasana mansion menjadi sepi bahkan Triple A pun bersedih.
Bukan hanya Triple A saja yang terus-menerus mengatakan rindu pada ayahnya, Jeniffer pun juga merasa rindu dengan suaminya itu.
Suaminya yang tidak pernah ditemui oleh dirinya selama 3 hari ini, karena dirinya meminta ijin dengan pihak kampus untuk mengurusi Andrey yang telah jatuh sakit saat dimana hari itu juga mereka melihat sendiri bagaimana kepergian Andrian tanpa bisa dicegat.
"Ma papa kapan pulang?" tanya Andrae merasa tidak tega dengan keadaan adiknya.
"Mama gak tau sayang, papa pergi begitu saja tanpa memberitahu kapan pulangnya. Tapi yang pasti mama yakin, papa kalian gak akan pergi lama kok, secepatnya papa akan pulang." ucap Jeniffer menatap kedua putranya dengan mata bengkaknya.
Karena 3 hari ini selain dihabiskan waktunya untuk mengurusi Andrey, diam-diam ia pun juga sering menangisi kepergian suaminya saat Triple A sudah tidur.
Kini dirinya pun semakin sadar atas semua sikapnya selama ini, dirinya sadar jika dirinya selama ini sama sekali belum berubah total dari sikapnya yang masih remaja bahkan sudah menikah tetapi belum ada Triple A.
"Mama mau ke kamar Rey ya kalian mau ikut gak?" tanya Jeniffer beranjak dari sofa, menemani Andrae dan Andrey mengerjakan tugas sekolahnya.
"Ikut ma." ucap Andrae sambil merapihkan tugas sekolahnya ke dalam tasnya yang kebetulan letaknya tidak jauh dari tempatnya berada.
Di hadapan pintu hitam menjulang, yang bertuliskan 'Andrey'Room' Jeniffer pun membukanya secara perlahan diikuti oleh Andrae dan Andre dibelakangnya.
"Pa"
"Papa, Rey kangen"
"Papa jangan pergi ninggalin Rey"
Racau Andrey dalam tidurnya membuat Jeniffer, Andrae dan Andre meneteskan air matanya.
Segitu rindunya kah Andrey dengan Andrian sehingga terbawa sampai tidurnya?
Jeniffer yang mendengar sendiri bagaimana kerinduan Andrey, menutup mulutnya menyembunyikan isakan tangisnya.
Dialah seorang ibu, dialah yang paling memahami dan mengerti apa yang telah dirasakan oleh ketiga putranya.
Meski Andrae dan Andre selalu terlihat kuat dan menjalani aktivitasnya seperti biasanya, tetapi jauh di lubuk hati mereka terdalam mereka juga sama seperti Andrey. Mereka berharap Andrian segera pulang menemui mereka dan memeluk mereka.
Jeniffer pun mengetahui itu bukan dari berbagai macam pertanyaan mereka, tapi dari tatapan mereka berdua yang terlihat sedih dan kosong tidak seceria seperti biasanya dan juga tidak bersemangat seperti biasanya.
"MAMA BADAN REY PANAS MA!" teriak Andrae saat dirinya menyentuh kening Andrey.
"Gak usah teriak sayang, tunggu disini sebentar mama ambilkan kompresan dan obatnya." ucap Jeniffer panik dan langsung keluar mengambil apa yang perlu diambil.
Sedangkan Andrae dan Andre mereka berdua langsung tidur disisi kiri dan kanan Andrey dan langsung memeluk adik mereka berharap rasa panas badan adiknya bisa berbagi dengan mereka.
"Cepat sembuh Rey." bisik Andrae mencium keningnya.
"Cepat sembuh Rey, supaya kami bisa main bareng lagi seperti biasanya. Cepat pulang papa, Rae, Re, dan Rey rindu sama papa. Maafkan kesalahan kami papa." ucap Andre sangat menyesali perbuatannya.
Jeniffer yang mendengar ucapan mereka berdua pun hatinya terasa pedih.
"Lihatlah mas, baru mas tinggalkan kami 3 hari saja sudah seperti ini. Cepatlah pulang mas, kasian mereka, mereka rindu dengan mas." lirih Jeniffer dalam hati.
"Rae, Re bisa bantu mama untuk bangunkan Rey sebentar." ucap Jeniffer berusaha tersenyum yang dibalas sebuah anggukan oleh mereka berdua.
"Rey bangun Rey." ucap Andrae menggoncangkan pelan tubuh Andrey di sisi kirinya.
"Rey makan dulu habis itu minum obatnya." ucap Andre membantu sang kakak menggoncangkan tubuh Andrey di sisi kanannya.
"Eughh.." lenguh Andrey merasa terganggu dengan kegiatan Andrae dan Andre dan perlahan-lahan mata terpejam itu pun terbuka.
"Makan dulu sayang habis itu minum obatnya." ucap Jeniffer membawa nampan berisikan bubur dan air minumnya tidak lupakan obatnya.
Soal air kompresan ia pun juga membawanya dengan tempat yang lebih kecil yang dapat ditampung di nampan besar itu.
"Iya ma" ucap Andrey lemas dan berusaha duduk dibantu oleh Andrae dan Andre.
"Nih akkk" ucap Jeniffer menyodorkan sendok bubur itu yang langsung dilahap oleh Andrey.
Sehabis satu mangkuk bubur itu kandas, Andrey pun segera meminum obatnya tanpa memprotes sedikitpun.
"Ma papa kapan pulang?" tanya Andrey seperti biasanya membuat Jeniffer menghelakan napasnya.
"Rey seberapa kangennya sama papa? begitupun dengan Rae dan Re?" tanya Jeniffer ditengah-tengah ketiga putranya.
"Rey kangen banget sama papa, gak ada papa Rey merasa keluarga ini kurang lengkap. Biasanya papa yang selalu mengajari kami, membantu kami, bahkan papa juga selalu mengingatkan kami saat kami berbuat salah." lirih Andrey dengan tubuhnya yang bergetar, menangis.
"Kalau Rae kangen papa karena papa yang selalu memarahi Rae tapi meski papa sering memarahi Rae bahkan Re dan Rey juga Rae yakin papa itu sebenarnya sayang banget sama Rae, Re, dan Rey. Dan rasa sayang kami pun juga sama seperti papa, sebesar rasa sayang papa ke kami bertiga." ucap Andrae sambil tersenyum.
"Kalau Re, Re maunya keluarga ini harmonis lagi seperti biasanya. Re senang saat papa dan mama gak berantem, Re senang saat papa dan mama berdamai. Re merasa bersalah dengan mama karena kita mama dan papa harus berjauhan seperti ini. Ingin sekali Re waktu itu mencegat kepergian papa, tapi Re, Rae dan Rey pikir mungkin papa akan kembali malam itu juga ternyata sekarang gak sesuai yang kami duga sebelumnya papa belum pulang-pulang juga. Apa papa sudah membenci kami ma sehingga gak mau pulang lagi melihat kami?" tanya Andre menundukkan kepalanya membuat Jeniffer menangis.
Sakit teriris itulah yang dirasakan olehnya saat mendengar sendiri bagaimana pengakuan ketiga putranya.
Baru ditinggal begini saja ketiga putranya merasa papanya sudah membenci mereka apalagi anak yang diluaran sana kedua orang tuanya yang sudah bercerai. Lantas, apa yang telah dirasakan oleh anak-anak itu?
"Kalian gak usah sedih ya, mama yakin papa pasti pulang dan papa itu gak membenci kalian papa itu sayang banget sama kalian papa itu sudah memaafkan kesalahan kalian kok. Papa begitu bukan karena kesalahan kalian tapi papa begitu karena papa ada pekerjaan yang harus diselesaikan sayang. Sebagai gantinya mengurangi rasa rindu kalian, bagaimana besok pagi kalian mama ajak ke kampus? Siapa tau saja disana kalian bisa bertemu dengan papa? Tapi ingat, diantara salah satu kalian jangan ada yang menegurnya, cukup dilihat dari kejauhan saja paham?" ucap Jeniffer membuat Triple A berbinar senang.
"Paham ma, makasih ma!" ucap mereka serempak sambil memeluk Jeniffer.
"Iya sama-sama anak mama sayang." ucap Jeniffer membalas pelukan mereka.
"Apapun itu resikonya nanti, aku siap menanggung semuanya. Semoga saja Triple A besok bisa melihat mas."
...***...
...A/N : Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian disini...
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...-Tetap jaga kesehatan ya 🖤...
...My Dosen Is My husband...
-My Note-
Bagaimana reaksi seisi kampus jika melihat kedatangan Jeniffer bersama Triple A pertama kalinya?
Alasan apa yang akan dijawab oleh Jeniffer nanti? Mengingat kampus tempat belajarnya memiliki aturan yang sangat ketat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Rokiyah Yulianti
ya ampun papa andrian sampe 3hari ga pulang2 kemana kah pah? kasian triple A
2021-05-26
0
Yani mulyani
sgtunya seorang suami marah nya sampe ga pulang 3 hri ...abaikan dulu saj sama kamu jenif jg anak" ..biarin ....
2021-02-15
0
Princess Mellow😭♡
batas ini dulu jejaknya..
2020-10-28
1