Keluarga Andrian pun telah bersiap-siap melakukan aktivitas mereka kembali dengan suasana yang hening dan hanya terdengar detigan garpu dan sendok saja yang saling beradu.
Ya, setelah dimana mereka menghadiri acara pernikahan tetangganya, mereka harus kembali ke Jakarta karena Andrian yang tidak menyetujuinya jika mereka semua harus meminta ijin kepada pihak sekolah maupun pihak kampus.
Merugikan diri sendiri, itulah yang dikatakan oleh Andrian disaat Jeniffer memintanya untuk menginap sehari saja di kampung halamannya.
Andrian tetaplah Andrian, mau gimana pun ia dibujuk oleh Jeniffer dan ketiga putranya. Tetap keputusan yang sudah dibuatnya sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat sama sekali oleh mereka.
Ia lakukan juga demi kebaikan istri dan ketiga putranya. Ia yang tidak mau jika istri dan ketiga putranya harus ketinggalan mata pelajarannya meski itu pun hanya sehari, terkecuali sakit.
"Cepetan kalian habiskan makanan kalian Triple A, papa barusan dapat kabar bahwa hari ini papa dan rekan papa lainnya akan ada rapat penting nanti. Jadi papa gak mau jika papa harus menghadiri acara rapat itu dengan telat, paham?" tanya Andrian terdengar tegas dan disiplin.
"Jadi nanti gak ada jadwal kampus?" tanya Jeniffer dibalas gelengan oleh Andrian.
"Mungkin gak sayang, tapi mas juga gak tahu kamu bisa liat nanti saja ada gaknya." penjelasan Andrian membuat Jeniffer mengangguk paham.
"Sudah pa, ayo kita berangkat." ucap Andrae setelah dirinya dan adik-adiknya selesai menghabiskan sarapannya.
"Kamu sudah siap?" tanya Andrian diangguki oleh Jeniffer.
"Sudah daritadi mas, aku tadi makannya hanya sedikit saja soalnya ku lagi gak nafsu makan kalau pagi-pagi gini." ucap Jeniffer membuat Andrian menatapnya tajam.
"Makan." perintah Andrian setelah dirinya selesai mengoleskan selai coklat ke lembaran roti yang telah diambilnya.
"Gak mau mas, aku gak nafsu." bantah Jeniffer menutup mulutnya.
"Makan atau mas paksa kamu makan?" ancam Andrian tidak main-main sambil menyeringai.
Jeniffer yang melihat seringaian di wajah Andrian pun bergedik ngeri dan buru-buru melahapnya habis.
"Nah gitu dong, nurut sama suami. Mas begini kan karena gak mau kamu sakit sayang." bangga Andrian sambil mencium kening Jeniffer.
"Iya mas, ayo kita pergi."
Mereka pun berangkat dengan suasana biasanya yang selalu tampak ramai dan berisik dengan celotehan Triple A sepanjang jalan.
Sedangkan Andrian dan Jeniffer mereka berdua hanya bisa tersenyum melihat Triple A yang sedang sibuk memperebutkan perhatian mereka berdua dengan tingkah laku mereka masing-masing.
Sesampainya di sekolahan Triple A, Triple A pun langsung turun dimana sebelumnya mereka yang sempat mencium kening dan bibir Jeniffer dan Andrian bergantian.
"Belajar yang benar ya nak." pesan Andrian diangguki oleh Triple A.
"Siap pa!"
Setelah memastikan Triple A sudah bergabung dengan teman-teman lainnya, Andrian pun mengendarai mobilnya kembali menuju kampus mereka berada.
***
"Jenif hey!" teriak Bella ketika Jeniffer sudah berada di kelasnya.
"Ada apa Bel?" tanya Jeniffer bingung melihat ekspresi Bella senang dan bersemangat.
"Kau tahu hari ini guru-guru sedang rapat jadi khusus hari ini kita semua akan free time dan hanya mengerjakan tugas saja. Dan ku rasa soal tugas sepertinya kita bisa kerja sama berdua Jenif." ucap Bella memohon dengan tampangnya yang dibuat semelas mungkin.
Sedangkan Jeniffer yang melihat ekspresi Bella berusaha mungkin untuk menahan tawanya melihat ekspresi Bella bagaikan seorang anak kecil yang sedang memohon kepada ibunya.
Ia jadi teringat Triple A jika begini.
"Kamu gak perlu menampilkan ekspresi seperti itu Bella, kamu gak pantas dengan tatapanmu itu haha." ucap Jeniffer dengan tawanya membuat Bella kesal.
"Kamu menyebalkan Jenif." kesal Bella sambil menepuk tangan Jeniffer pelan.
"Jam pertama kita siapa Bel?" tanya Jeniffer serius setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Mungkin pak Andrian Jenif ntahlah aku juga tidak mengingatnya." jawab Bella menyengir membuat Jeniffer hanya bisa menghelakan nafasnya sabar.
"Jenif kau bisa membantuku?" lanjutnya sambil menepuk dahinya pelan.
"Bantu apa?" tanya Jeniffer dengan fokusnya kearah handphonenya.
"Bantu aku berbicara dengan guru Diana Jenif, kemarin guru itu memberikan tugas disaat kamu dan Baby lagi di ruangan pak Andrian." ucap Bella membuat Jeniffer menatapnya tak percaya.
"Kenapa kamu gak memberitahuku?" tanya Jeniffer gantian kesal dengan sikap Bella yang kini hanya bisa cengengesan.
"Aku lupa Jenif, mangkanya karena itu aku memintamu menemaniku ke ruangan bu Diana." ucap Bella santai tidak tahu jika Jeniffer kini sedang geram dengannya.
"Kamu sendiri saja sana, aku gak mau. Bukankah guru-guru sedang rapat?" tolak Jeniffer kembali fokus ke handphonenya yang menampilkan game kesukaannya yang sudah lama sekali dirinya tidak memainkannya.
"Please Jenif, aku benar-benar membutuhkanmu Jenif." mohon Bella dengan rengekannya membuat Jeniffer mengalah.
"Baiklah, semoga saja kita gak diomelin oleh bu Diana itu." ucap Jeniffer diamini oleh Bella.
"Ya, semoga saja Jen. Diomelin pun juga gak masalah kan kita diomelinnya berdua."
Jawaban Bella membuat Jeniffer ingin sekali membejeknya dan membuangnya ke lautan samudra.
Biarkan saja Bella dimakan oleh hewan-hewan laut sana.
"Dasar sahabat sialan kau Bella."
***
Dihadapan pintu menjulang tinggi yang bertuliskan 'lecturer's room' mereka berdua tidak ada yang berani nengetuknya terlebih dahulu membuat mereka berdua terlihat orang bodoh yang terus-menerus menatapnya seolah-olah dengan tatapan mereka itu bisa membuka pintu itu secara otomatis.
Jeniffer yang merasa Bella mendadak diam pun merasa kesal. Tadi dia yang mengajaknya dan sekarang giliran mereka berdua sudah ada di ruangan guru dia hanya bisa terdiam tidak berani berbicara sama sekali.
"Masuklah, aku hanya menemanimu saja bukan?" kesal Jeniffer dibalas gelengan oleh Bella.
"Tidak jadi, aku yang menemanimu dan kamu yang bertanya kepadanya." ucap Bella seenaknya membuat Jeniffer melotot.
"Apa kau bilang? Enak sekali kau Bella. Kau pikir aku berani mengetuk pintu hah?!" omel Jeniffer menggeplak kepala Bella.
Bella yang digeplak oleh Jeniffer pun meringis sambil mengelus kepalanya yang merasa panas dengan geplakan Jeniffer.
Pelan tapi sakit
"Jadi siapa yang mau mengetuk pintu ini?" tanya Jeniffer berusaha bersabar.
"Kamu please Jen." mohon Bella membuat Jeniffer mau tidak mau pun mengalah lagi dan disaat Jeniffer ingin membukanya dirinya tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang yang membukanya dari dalam yang membuat Jeniffer hampir saja terjatuh kalau saja orang itu tidak menahannya.
"Pa...k... Andrian..." gugup Bella dengan kepalanya yang menunduk tidak berani melihat tatapan tajam Andrian kepada dirinya dan juga Jeniffer.
"Mau apa kalian kemari?"
...***...
...A/N : Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian disini....
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...My Dosen Is My Husband...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Rokiyah Yulianti
senangnya sama keluarga kecil pak andrian, semoga mereka bahagia terus
2021-05-26
0