Di hadapan meja Andrian kini sudah terdapat Jeniffer, dan Baby yang saling melemparkan tatapan tajam dan sinis tanpa memperhatikan Andrian yang kini sudah menghelakan nafasnya berkali-kali.
Istrinya ini kalau sudah berdebat dengan orang tidak ada niat sedikitpun untuk mengalah bahkan kata-kata yang dilontarkan pun lebih sadis dan tajam, tidak seperti biasanya yang selalu ramah, tenang, dan sabar. Bagaikan seorang monster yang baru saja dibangunkan.
"Kalian tahu apa yang sudah kalian perbuat dan khususnya buat kamu Baby." ucap Andrian sambil menatapnya tajam. "Saya tidak ada niat untuk membedakan kalian berdua. Saya hanya ingin bertanya, apakah pembullyan yang kamu ucapkan tadi itu diperbolehkan untuk diucapkan di sini di kampus ini?" tanyanya sambil mengetuk bolpoinnya di mejanya dan tidak lupakan buku pencatatan pelanggaran yang sudah berada di atas mejanya.
"Boleh saja dilakukan dan saya rasa itu hal yang wajar pak Andrian sebab saya berkata fakta bukan fitnah." jawaban Baby terdengar santai sambil menatap remeh ke arah Jeniffer.
Jeniffer yang ditatap seperti itu pun semakin tersulut emosinya dan ingin sekali ia menghabisi perempuan sialan disebelahnya ini kalau saja tidak ada suaminya dihadapannya.
"Apa lu lihat-lihat pengen gua colok matanya." geram Jeniffer dengan nada galaknya yang justru membuat Baby tertawa. Apa yang lucu dengan perkataannya?
"Beginilah kalau cewek miskin masuk sini, sok preman sok keganjenan. Memang dikira gua takut apa sama dia? Oh no sorry beb." cibir Baby disela-sela tawanya yang tidak lama lagi aksi jambak menjambak pun terjadi yang membuat Andrian lagi dan lagi menatapnya tajam ke arah keduanya dan langsung menggebrak mejanya.
Brak!
"Kalian berhenti atau tidak? Sekarang saya tidak mau tahu lagi kalian saya hukum hukuman project. Buat presentasi sebanyak 30 halaman temanya tentang Etika Komunikasi. Saya berikan waktu 1 jam, harus selesai bagaimana pun caranya." perintah Andrian tegas tanpa memperdulikan lagi jika diantara salah satunya statusnya adalah istrinya.
"Dasar suami kejam."
"Pak anu ginih loh kan kalau ngerjain hanya 1 jam itu tidak mungkin. Kami bukan robot yang bisa selesai secepat itu." protes Jeniffer tidak terima yang sayangnya tidak membuahkan hasil sama sekali.
"Saya tidak terima protes kamu Jeniffer, mau sekarang atau saya tambahkan lagi?" ancam Andrian tidak main-main yang membuat Jeniffer menatapnya sebal dan ingin sekali dirinya menghajarnya tetapi mengingat status orang dihadapannya suaminya sendiri yang membuat dirinya hanya bisa diam dan pasrah.
"Lihat saja nanti, tidak ada jatah mulai dari sekarang."
Jeniffer menyeringai yang membuat Andrian sempat terdiam dan heran dengan pemikiran istrinya yang sekarang. Ada apa dengan istrinya itu?
"Gara-gara lu sialan." umpat Baby sambil merapihkan penampilannya dan tanpa banyak bicara lagi langsung keluar dari ruangan.
"Mas kejam, masa aku sendiri dikasih hukuman begitu." rengek Jeniffer yang membuat Andrian menatapnya gemas dan langsung mencium bibir istrinya.
"Profesional sayang, jangan mentang-mentang suamimu ini dosen dan kamu sendiri bisa bebas semaumu." ucap Andrian mengingatkannya sambil tersenyum yang justru terlihat menyebalkan di mata Jeniffer.
"Pokoknya aku gak mau tahu habis dari ini aku mau kasih tahu anak-anak soal sikap papanya sendiri." kesal Jeniffer yang masih menikmati ciuman suaminya sendiri di keningnya.
"Kasih tahu saja, mas tinggal bilang ke anak-anak kalau misalkan mama mereka sendiri berantem sama kak Baby." Andrian melemparkan kata-katanya kembali yang membuat Jeniffer merasa dongkol dengan suaminya.
"Tahu ah, mas GAK PEKA." ketus Jeniffer sambil berusaha mungkin melepaskan pelukan suaminya di pinggangnya.
"Jangan ngambek dong sayang, mas minta maaf." bujuk Andrian yang tidak diperdulikan oleh Jeniffer. "Kamu sudah menjadi seorang ibu sayang masa masih ngambek-ngambekan sih hmm." bujuk Andrian sekali lagi yang semakin lama ciumannya semakin turun ke leher mulus istrinya. Menghirup aroma kesukaan dirinya.
"Bodo aku gak peduli, mas lepas ih nanti takut ada yang lihat." risih Jeniffer sambil menatap was-was kearah pintu.
"Gak bakal sayang, ini masih jam pelajaran." ucap Andrian tidak memperdulikannya dan masih sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
"Kalau begitu aku gak mau jalanin hukuman mas." ancam Jeniffer yang mau tidak mau Andrian pun menghentikan kegiatannya dan langsung menatapnya tajam.
"Awas sampai kamu gak ngejalanin hukuman kamu sendiri. Mas bakal marah sama kamu." ucap Andrian yang tidak menyukai ancaman Jeniffer barusan yang membuat Jeniffer cengengesan sambil mencium pipi suaminya. Berusaha membujuknya.
"Becanda mas." "Yasudah kalau gituh aku ngejalanin hukuman mas dulu ya. Tapi mas serius---"
"GAK ADA TAWAR MENAWAR CHERLY JENIFFER VALENTINO, SEKARANG!"
***
Matahari pun kini sudah berada tepat di atas kepala namun hukuman mereka belum selesai juga membuat mereka yang sedari tadi terus terfokus dengan pekerjaan mereka, tanpa ada jeda sejenak terus memaki Andrian dalam hati mereka, terutama Jeniffer merasa tidak percaya dan menyangka suaminya bisa sekejam itu dengan dirinya.
Dikasih waktu hanya 1 jam. Harus memikirkan materi setiap per slidenya. Belum lagi juga proses editingnya, menghiasnya biar terlihat bagus.
"Gila capek banget gua, sudah laper haus lagi." gerutu Baby sambil mengelus perutnya dan memijat keningnya.
Boro-boro mereka bisa membeli makanan dan minuman. Jika mereka pergi membeli, mereka takut waktu mereka tidak akan cukup untuk menyelesaikan hukuman project mereka dan mereka tidak mau membuat Andrian marah, menambahi hukuman mereka
"Memang lu doang yang haus? Gua juga kali." cibir Jeniffer sama lelahnya, melakukan apa yang dilakukan oleh Baby.
"Pak Andrian gila, sinting, dan kejam. Masa gua dihukumnya beginian. Baru pertama kali gua dihukum." sungut Baby tidak terima yang tidak diperdulikan oleh Jeniffer.
Dari kejauhan mereka tanpa disadari oleh mereka, Andrian yang selalu mengawasinya secara diam-diam dan memperhatikan bagaimana lelah istrinya yang sudah kehausan, kelaparan demi sebuah hukuman yang diberikan darinya.
Sebenarnya dirinya tidak tega tetapi ia lakukan karena ia tidak mau Baby merasakan rasa ketidakadilan jika dirinya hanya memberikan istrinya hukuman ringan.
Ya karena itu pun merupakan kesalahan mereka berdua, dengan beraninya berantem di hadapannya yang statusnya sebagai seorang dosen.
Rasa pening pun kini dirasakan oleh Jeniffer sampai dimana kesadaran dirinya pun semakin lama semakin buram yang membuat dirinya limbung dan hampir saja terjatuh kebelakang jika tidak ditahan oleh Andrian.
"Mas."
...***...
...A/N : Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian disini....
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...Tetap jaga kesehatan ya!...
...My Dosen Is My Husband...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ratih Astuti
baca lagi di 2024😁🤭🤣
2024-11-02
2
Rokiyah Yulianti
bener2 profesional si bapak dosen kita yg satu ini, aku suka
2021-05-26
0
Sejahtera
Tetap semangat Kak ^_^ , mampir bentar baca novel Kakak yang baru .
2021-02-07
1