"Selamat datang ibu bapak, saya sengaja menyuruh wali murid untuk datang kesini terutama ibu dan bapak untuk memberitahukan kesalahan apa yang telah diperbuat oleh ketiga putra ibu dan bapak." sambutan kepala sekolah saat melihat kedatangan Jeniffer dan Andrian.
"Apa yang telah mereka perbuat?" tanya Andrian tanpa memperdulikan bagaimana tatapan Triple A.
"Begini ketiga putra bapak telah mendorong salah satu murid disini yang bernama Ravael. Kami baru mengetahuinya saat salah satu saksi di kejadian itu melaporkan langsung ke saya." ucap kepala sekolah itu yang ternyata bernama 'Mutia' terlihat dari sebuah name tag di sakunya.
"Papa Rae bisa menjamin kalau kami itu tidak bersalah pa, kami hanya membela wanita yang dibully oleh Ravael bukan bermaksud untuk mendorongnya. Kami hanya tidak suka saja melihat bagaimana perlakuan Ravael kepada seorang perempuan. Ravael saja bisa mendorong Helen kenapa kami tidak bisa mendorongnya kembali?" ucap Andrae membela dirinya dan kedua adiknya yang sayangnya tidak diperdulikan oleh Andrian.
"DIAM KAMU RAE!" bentak Andrian tidak segan-segan membuat Andrae terdiam.
"Mama percaya kan sama kita?" lirih Andrey menangis membuat Jeniffer tidak tega.
"Iya mama percaya sama kalian." ucap Jeniffer sambil memeluk Triple A.
"Saya bisa menjamin jika mereka yang bersalah pak Andrian, dari para saksi yang melihat kejadian itu secara langsung." ucap Mutia penuh kesungguhan, membuat Andrian menghelakan napasnya.
"Jika anak saya terbukti bersalah, saya selaku ayah dari mereka saya meminta maaf Bu Tia, saya menjamin perbuatan mereka tidak akan pernah terulang kembali kedua kalinya. Mohon maafkan perbuatan mereka pak bu." ucap Andrian menatap kedua orang tua Ravael yang kini telah menatapnya penuh permusuhan.
"Saya rasa kita tidak bisa langsung memutuskan siapa yang bersalah Bu Tia, saya disini perlu korban Helen bukan dari sekedar para saksi saja. Apakah benar Helen selama ini merasa dibully oleh nak Ravael atau tidak." ucap Jeniffer penuh keberanian sambil membalas tatapan mereka.
Apa salah anaknya jika hanya membantu seorang yang terbully?
Bukankah itu adalah hal yang bagus? Lantas, kenapa ketiga putranya malah disalahkan?
Mana keadilan yang sebenarnya yang hanya membela yang bersalah, menyalahkan yang benar.
"Apa maksud ibu? Bukankah sudah jelas tadi dikatakan bahwa saksi disana bilang jika anak ibu dulu yang mencari masalah dengan anak saya. Jadi kenapa anak saya yang malah disalahkan oleh anda?" ucap Ibu Ravael tidak terima sambil bangkit berdiri.
"Kenapa tidak suka? Dan saya juga sudah menjelaskan bukan disini saya juga tidak membutuhkan saksi, tapi saya membutuhkan seseorang yang bernama Helen itu untuk mengetahui yang pastinya." ucap Jeniffer kembali menantang, tanpa memperdulikan tatapan tajam dari Andrian.
Sedangkan Ibu Ravael yang mendengar jawaban Jeniffer pun berkacak pinggang dan melototkan matanya kesal.
"JEN---" bentakan Andrian pun langsung terpotong oleh bentakan Jeniffer.
"DIAM KAMU MAS!" bentak Jeniffer menggunakan kembali kata-kata Andrian, membuat Andrian jengkel.
"Lihatlah ibunya saja bersikap seperti ini, bagaimana dengan ketiga putranya yang jelas-jelas tidak jauh berbeda dari ibunya sendiri." sinis Ibu Ravael membuat Jeniffer tertawa.
"Jelas mereka anak saya, jadi sudah sewajarnya mereka menurun dari salah satu orang tuanya. Dan pantas saja anak anda didorong oleh ketiga putra saya, ibunya saja bersikap seperti ini gak tau sopan santunnya, berlaku seenaknya menyalahkan anak orang." sinis Jeniffer balik membuat Ibu Ravael geram.
"KAMU!" geram Ibu Ravael membuat Jeniffer tersenyum.
"Kenapa mau ribut? Ayuk ribut sekalian gua gak takut sama lu." ucap Jeniffer bar-bar tanpa menyadari berbagai macam ekspresi orang disitu.
Bahkan Triple A saja kini sudah menatap kagum melihat sendiri bagaimana sikap mamanya.
Terkecuali Andrian, ia yang sedari tadi diam menyaksikan pun menarik Jeniffer kedalam pelukannya, memisahkan mereka.
Termasuk ayah Ravael, ia juga berusaha menahan istrinya yang terlihat berang mendengar ajakan gelud Jeniffer.
"Gua gak takut sama lu! Dari tadi gua sudah berusaha sopan sama lu, lu nya saja kali yang kurang sopan santun selama ini." ucap Ibu Ravael sambil berusaha melepaskan dirinya.
"Lu sudah tua, lebih baik banyakin sikap baiknya daripada sikap jahatnya. Kasian kan kalau lu nanti masuk neraka bukan masuk surga. Gua sih lebih kasian sama suami lu itu yang harus nanggung seberapa banyak dosa lu itu." hina Jeniffer menyinggung Ayah Ravael juga.
Bukannya ia tidak mau sopan kepada sepasang paruh baya itu, tadinya ia pun masih mau mempertahankan sopan santunnya. Tetapi melihat sendiri bagaimana sikap Ibu Ravael, ia pun merasa segan.
Untuk apa ia menghormati Ibu Ravael, jika Ibu Ravael saja tidak bisa bersikap seramah sedikitpun.
"Ceplas-ceplos kayak setrikaan, pengen gua robek rasanya mulut itu tanpa sisa" gerutu Jeniffer dalam hati.
"Gausah banyak ngomong lu, jangan mentang-mentang gua kelihatan lebih tua dari lu bisa seenaknya hina gua kayak gitu. Meski gua sudah tua juga gua masih punya energi untuk gelud sama lu." ucap Ibu Ravael bersiap mengambil ancang-ancang setelah dirinya berhasil melepaskan dirinya.
Mungkin ayah Ravael sudah kewalahan menghadapi sikap istrinya, berbeda dengan Andrian yang masih terlihat kuat menahan Jeniffer dalam pelukannya meski sudah berkali-berkali Jeniffer memberontak.
"Lepas mas" ucap Jeniffer terlihat kesulitan.
"Jangan harap kamu saya lepaskan" ucap Andrian semakin mempereratkan pelukannya.
"Lepas"
"Tidak"
"Lepas"
"Tidak"
"Lepas Andrian"
"Tidak Jeniffer"
"Kalau kamu gak mau lepasin aku jangan salahin aku ya aku cubit." ancam Jeniffer yang sayangnya tidak membuahkan hasil apa-apa.
Tetapi dirinya pun tidak semudah itu saja untuk menyerah, dirinya berusaha lebih kuat untuk memberontak lagi membuat mereka harus terjatuh bareng ke lantai dan terguling.
Karena Andrian yang tidak siap dengan kekuatan Jeniffer tiba-tiba membuat dirinya tidak bisa menahan keseimbangannya.
Berbeda dengan seisi ruangan yang terlihat kaget ketika melihat sepasang suami istri itu terjatuh.
Berbeda juga dengan Jeniffer dan Andrian yang justru lebih mementingkan debat daripada memperhatikan bagaimana posisi mereka sekarang.
Andrian diatas, Jeniffer dibawah dan dalam posisi itu pun mereka terlihat sangat intim membuat Triple A langsung menutup matanya masing-masing termasuk Ravael yang ditutupkan matanya oleh tangan ayahnya.
"Mending kita pulang saja, daripada berdebat disini. Lagian juga gak bagus Ravael melihat adegan gak senonoh begini." bujuk ayah Ravael yang untungnya diangguki oleh istrinya.
Diam-diam ayah Ravael pun merasa bersyukur dengan adegan itu. Berkat adegan itu, istrinya pun mau dibujuk pulang tanpa harus berdebat dengannya dahulu.
"Bangun mas ih" ucap Jeniffer merasa malu dengan keadaan sekitarnya.
"Gak akan saya lepaskan sebelum kamu berjanji tidak akan membuat kekacauan disini" ucap Andrian membuat Jeniffer mendengus.
"Jangan harap, jangan sampai aku menendang itu nya mas ya." ancam Jeniffer kedua kalinya membuat Andrian terkejut dan buru-buru berdiri dari tubuh Jeniffer.
"Giliran diancam gitu saja takut." gumam Jeniffer yang masih dapat didengar oleh semuanya.
Sedangkan Andrian yang mendengar gumaman istrinya sendiri pun emosinya semakin meningkat dan langsung keluar meninggalkan mereka semua.
Ia bukannya tidak sopan meninggalkan begitu saja tanpa pamit, tetapi ia sedang berusaha menahan emosinya yang sedari tadi terus ditahannya.
Ia tidak mau sampai perdebatan ia dengan istrinya dilihat betul oleh kepala sekolah anaknya.
Sudah cukup ia sedari tadi berdebat soal kekacauan istrinya yang terus memberontak darinya, tapi tidak untuk rumah tangganya.
Ia sedari tadi terus menahan emosinya karena ia tidak mau perdebatan dirinya dengan Jeniffer menjadi tontonan ketiga putranya.
Meski dirinya akui ia masih marah dengan Triple A, tapi ia masih memikirkan bagaimana perasaan ketiganya saat melihat bagaimana perdebatan dirinya dengan Jeniffer karena perbuatan mereka.
Dan ia tidak mau hal itu terjadi!
"Pokoknya saya tidak terima jika ketiga putra saya disalahkan begitu saja oleh sekolahan ini. Saya ibunya saya lebih tau bagaimana sikap putra saya dibandingkan anda Bu Tia. Dan tolong bilangin ke mak lampir itu, saya tidak akan pernah mengakui masalah ini karena sampai kapanpun saya tetap lebih mempercayai putra saya sendiri daripada para saksi disana. Ayuk Triple A kita nyusul papa, nanti kita ditinggal lagi soalnya mobil mama ditinggal di kampus, mama tadi kesini bareng papa." ucap Jeniffer sambil menuntun kedua tangan putranya dengan diikuti oleh Rae di belakangnya meninggalkan Mutia yang masih takjub terbengong melihat bagaimana kelakuan sepasang suami istri itu, ah lebih tepatnya sikap Jeniffer sedari tadi.
"Bagaimana bisa wanita seperti itu menjadi seorang ibu?"
...***...
...A/N : Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian disini...
...SUKA+KOMEN+SHARE...
...-Tetap jaga kesehatan ya 🖤...
...My Dosen Is My husband...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Rokiyah Yulianti
salut si sama papa andrian, tidak membenarkan perbuatan anaknya jg yg katanya mendorong temannya grgr membantu teman wanita nya di bully. dan lebih salut sama mama jennifer, akupun pasti bakal marah kalo anakku di tuduh tanpa bukti yg jelas hmm
2021-05-26
0
Nhya HA💜RM
bingung deh sma andrian,,iya tau klw dy menjaga keluargax tp didikn yg tdk percya sma anakx ga bs dibenarkn seharusx jgn lsung emosi,dn klw.mmg bnr anakx membela tmnx yg dibully bukankah itu sikap yg baik drpd menutup mata pura2 tdk melihat,yg ada malah klw sdh besar bs membenarkn bullying dn bs jdi dy jg ikut membully... dosen kok emosian bgt!! apa krn sekolahx sh tinggi banget yah?? jdi pintarx diluar kepintaran org biasa.
2021-02-13
0
Alanna Th
memang ada tuh guru yg belain anak yg meskipun salah krn status orgtuany; punya jbtn/saham d sekolah, shg pembullyan brlngsng terus!
2021-01-06
2