Fiona mendekati Bryan yang masih menatap danau dengan tatapan kosong di sana.
"Apakah kamu menelepon seseorang? " Tanya Fiona yang dari tadi melihat Bryan menelepon dari dalam mobil Bryan.
" Iya. " Jawab Bryan singkat.
"Bukan maksudku untuk menguping pembicaraanmu. Tetapi aku tidak sengaja mendengar kalimat terakhirmu disaat kamu bilang jangan menunggu. Apakah kau membuat janji dengannya hari ini? " Tanya Fiona dan tidak dijawab Bryan.
" Apakah dia kekasihmu? " Tanya Fiona lagi, yang membuat Bryan geram.
"Bisakah kamu jangan banyak bertanya dan ikut campur urusanku. " Bryan menekankan kata - katanya.
"Aku hanya ingin memastikan hal ini. kamu pasti tahu, kita telah dijodohkan. Jika kamu memiliki kekasih aku akan menolak perjodohan ini. Kita bisa berteman. " Ucap Fiona lagi. Bryan membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang diucapkan Fiona. Entah gadis itu tulus atau tidak Bryan tidak tahu, karena dia baru mengenal gadis ini dan tidak tahu karakternya seperti apa.
"Benarkah kamu akan menolak perjodohan ini jika aku sudah punya kekasih? " Tanya Bryan memastikan. Baginya Fiona merupakan harapan satu - satunya untuk membatalkan perjodohan ini. Agar ayahnya tidak menyakiti Aluna karena bukan Bryan yang menolak perjodohan ini.
"Yes, of Course" Jawab Fiona santai sambil tersenyum kearah Bryan. "
Mendengar hal itu Bryan sangat bahagia. Dia bisa menjadikan Fiona sebagai temannya dan dia mulai jujur kepada Fiona.
"Ya. Aku memang sudah memiliki seorang kekasih." Ucap Bryan jujur.
"Namanya Aluna. Hari ini aku berniat melamarnya. Karena aku ingin segera menikahinya dengan dan tanpa restu orangtuaku" Fiona mendengar dengan seksama, Bryan tidak main - main dengan ucapannya. Fiona tidak menyangka sudah sejauh itu hubungan Bryan dengan kekasihnya.
" Apakah Om Indra tidak merestui hubungan kalian? " tanya Fiona yang hanya dibalas gelengan kepala Bryan.
"Baiklah aku akan membantumu sebisaku? mari berteman dengan baik. Ucap Fiona sambil menjabat tangan Bryan pertanda mereka telah menjadi teman.
"Terima kasih Fiona. Kau gadis yang baik. Akan ada pria yang baik menantimu diluar sana. " Ucap Bryan tulus yang hanya disambut senyum oleh Fiona. Bryan mungkin terlalu cepat menilai kepribadian Fiona.
"Nanti perkenalkan aku dengan kekasihmu. Siapa tahu dia juga bisa menjadi temanku. " ucap Fiona lagi.
"Baiklah aku akan memperkenalkan dia padamu. Kamu akan menyukainya karena dia gadis yang baik dan mudah bersosialisasi." Jawab Bryan antusias.
Fiona hanya tersenyum mendengar penuturan Bryan tentang Aluna sambil mengangkat tangannya memberi jempol.
" Kalau begitu bisakah kamu mengajak aku jalan - jalan sekarang teman? " pinta Fiona kepada Bryan.
Bryan karena bahagia mengiyakan keinginan Fiona. Mereka kemudian masuk ke dalam mobil. Bryan mengajak Fiona ke sebuah Mall untuk melihat - lihat pakaian dan perhiasan sesuai keinginan Fiona. Mereka sesekali bercanda sementara dari kejauhan ada mata yang melihat mereka berdua.
"Bryan . . .? Panggil Ricko yang sedang mendekat kearah Bryan dengan menggandeng mesra Putri pacarnya.
"Siapa dia? " Richo menunjuk dengan ekor matanya kearah Fiona yang sementara asik memilih beberapa pakaian.
" Oh, dia Fiona temanku dari Jakarta. "
"Oh teman. " Ricko menimpali, seakan tidak percaya dengan kata teman yang dikatakan Bryan.
"Lalu Aluna mana? " Apakah Aluna tahu kau punya teman wanita dan kalian keluar berdua? " Belum dijawab Bryan, kembali Richo bertanya.
" Oh yah, bukankah hari ini kau akan melamarnya Bryan? apakah kau telah melamarnya?" Richo memang tahu perihal lamaran Bryan kepada Aluna karena Richo yang sempat mengambil dokumen di rumah Nenek Ami mendengar berita tersebut dari Mira yang hendak pergi ke rumah Aluna kemarin.
"Berhentilah ikut campur Ric. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tidak akan menyakiti Aluna apalagi sampai berselingkuh darinya. Aku hanya berteman dengan Fiona tidak lebih dan aku akan memperkenalkan Fiona kepada Aluna dan urusan lamaran itu biarlah menjadi urusanku. " Ucap Bryan tegas karena Richo sudah mulai ikut campur urusannya dengan Aluna.
"Aku tidak bermaksud ikut campur Bryan... " Richo menggantungkan kata - katanya karena ada Putri disampingnya. Kemudian Richo menyuruh Putri terlebih dulu untuk berbelanja keperluannya dan gadis itu mengiyakannya. Setelah Putri sudah pergi Richo kembali melanjutkan kata - katanya.
"Dengan kamu tidak datang melamarnya hari ini, itu sudah menyakitinya Bryan. Apakah kamu tidak sadar akan hal itu. Bagaimana perasaannya jika dia tahu, kau tidak datang melamarnya tapi masih memiliki waktu jalan - jalan, berbelanja dengan teman wanitamu. Kau bercanda tawa dengan temanmu, tanpa kau berfikir disana mungkin saja ." Menekan kalimatnya "Ada yang bersedih karena kau tidak datang melamarnya. " Tambahnya.
Setiap Kata - kata yang Richo lontarkan kepada Bryan seperti tamparan keras di wajah Bryan. Setiap deretan kalimat yang Ricko katakan adalah benar adanya.
"Terima kasih telah mengingatkanku Ric. " Kemudian Bryan menghampiri Fiona dan mengajaknya pulang. Awalnya Fiona menanyakan kenapa mereka cepat pulang, Bryan hanya berkata bahwa ayahnya telah menelepon dia pulang dan akhirnya Fiona menurut untuk kembali ke hotel dimana ia dan ayahnya menginap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Mr.VANO
fiona tak sederhana itu ak menilainy,,,di balik cara yg supel ad tujuan lain
2023-08-13
0
Birin Heni
salah faham deh Richo aturan critain aja ke Richo Bryan next
2021-10-09
0
Raya S
semoga flora tulus membantu Bryan
2021-10-02
0