Alia berusaha melupakan kejadian malam itu. Ia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Toh, Kak Urai tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada Alia.
Seperti yang dikatakan Kak Urai, dua minggu kemudian Alia dan tiga puluh orang lainnya berangkat ke Palembang untuk mengikuti Kongres Organisasi NU tahun 2012.
Mereka mengendarai Kapal Penumpang yang memulai perjalanan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak. Kapal itu adalah Kapal Marissa.
Rombongan sengaja diberangkatkan menggunakan Kapal karena beberapa Cabang ingin merasakan sensasi menaiki kapal laut untuk perjalanan jauh.
Perjalanan waktu itu dari Pontianak menuju Jakarta menempuh waktu dua hari dua malam. Sungguh perjalanan yang panjang bagi Alia.
Kak Urai tidak ikut dalam perjalanan tersebut. Ia menitipkan Alia kepada adiknya Kak Selvia. Alia memanggilnya Kakak karena usianya lebih tua dari Alia.
Sambil menunggu jam keberangkatan, semua rombongan menunggu di ruang tunggu Pelabuhan tersebut.
Alia duduk di kursi besi tepat disamping Kak Selvi. Ia membawa 1 koper yang diletakkan di samping kursi besi dan 1 ransel kecil lagi dipunggungnya.
Saat ini Alia terlihat sedang membaca buku. Pada saat yang bersamaan terdengar suara seseorang memanggilnya. Alia mencoba menemukan sumber suara itu dan akhirnya ketemu. Seorang wanita yang memang ia kenal.
"Alia..kamu ikut juga? dari Cabang mana?" tanya seorang wanita yang usianya sepertinya seumuran dengan Kak selvia.
"Eeeh Mbak Dila, iya mbak saya ikut dari Cabang X.."
"Gak nyangka ya kita bertemu disini." Ucap mbak Dila yang mengubah posisi duduknya di hadapan Alia.
"Mbak..aku seneng banget bisa ketemu mbak disini, itu artinya temanku di perjalanan bertambah satu,,hehe" Alia tertawa kecil sambil menutup mulut dengan telapak tangannya.
"Ah, kamu ini kita semua disini teman dari perwakilan Wilayah yang sama, jadi kamu tidak usah ragu-ragu untuk mengenal mereka ya" mbak Dila meyakinkan Alia agar bisa berbaur dan menyesuaikan diri dengan rombongan selama perjalanan sampai kegiatan mereka di Palembang nanti.
Alia menganggukkan kepala menandakan bahwa ia mengerti.
"Ya sudah, mbak tinggal dulu ya nanti kita lanjut lagi." Mbak Dila berlalu meninggalkan Alia dan Kak Selvia.
"Kamu kenal mbak Dila dimana Al?" tanya Kak Selvia memecah keheningan diantara mereka. Alia memang tidak begitu dekat dengan Kak Selvia, tetapi dia mencoba untuk membiasakan diri karena selama kegiatan ini hanya Kak Selvia satu-satunya orang yang ia percayai.
"Panjang ceritanya Kak,,hehe" Alia mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka dengan menanyakan informasi terkait kongres nantinya.
Setelah sekitar setengah jam menunggu rombongan mereka dipersilakan untuk masuk ke kapal terlebih dahulu dibandingkan penumpang yang lainnya. Alia merasakan suatu keanehan tetapi ia tidak ingin mengetahui lebih tentang hal itu. Maka dari itu, ia hanya manut dan masuk ke kapal mengekori Kak Selvia.
Sesampainya didalam kapal mereka mencari tempat masing-masing. Perjalanan di kapal kali ini berbeda dengan kapal-kapal pesiar mewah yang menyediakan kamar khusus untuk penumpangnya. Kapal itu hanya menyediakan matras lesehan dengan perlengkapan loker dibagian muka.
Alia memilih matras yang berdampingan dengan Kak Selvia dan rombongan dari Cabang mereka. Ia meletakkan koper dan tas ranselnya di samping matras tersebut. Kemudian ia mendudukkan tubuhnya dipinggir matras sambil mengamati suasana di dalam kapal tersebut.
Kapal itu cukup luas, terdiri dari lima dek (lantai). Lantai satu untuk parkiran kendaraan baik mobil atau pun motor milik penumpang. Lantai dua dan tiga khusus untuk penumpang, Lantai empat terdapat cafe dan tempat karaoke. Sedangkan lantai paling atas di khususkan untuk awak kapal dan nahkodanya.
Ini kali pertama Alia mengendarai kapal laut. Ada rasa cemas dan khawatir dalam dirinya untuk melewati samudra luas ciptaan Tuhan itu. Tetapi semuanya terasa sirna ketika ia melihat keseruan dan kekocakan teman-temannya yang membuat suasana di sekitar mereka menjadi ramai dan heboh.
Alia tersenyum tipis hampir tak terlihat sambil menggeleng pelan dia mengambil buku yang tadi sempat dia baca dan melanjutkannya kembali.
Setengah jam berlalu, setelah semua penumpang kapal naik kapal pun berangkat tepat pukul 22.30 WIB.
"Al..kamu gak istirahat?" tanya Kak selvia yang sedari tadi merebahkan tubuhnya diatas matras.
"Belum Kak, kalau kakak mengantuk kakak tidur saja, aku mau shalat isya' dulu tadi gak sempat shalat di rumah." Jawab Alia sambil menutup buku yang tadi ia baca dan meletakkannya diatas matras.
"Ya sudah, kakak tidur duluan ya kamu segera kembali kesini jika sudah selesai shalat."
"Baik Kak."
Alia meninggalkan Kak Selvia dan berjalan menyusuri lorong di lantai tiga itu untuk menemukan mushalla untuk shalat.
"Nah, ini dia.." Alia menemukan tempat yang ia cari.
Ia meletakkan mukenah yang ia bawa dan pergi ke ruang wudhu yang terdapat di samping mushalla tersebut.
Alia membuka pengait kerudungnya dan membiarkannya tetap berada diatas kepalanya. Kemudian Alia menarik lengan bajunya dan berwudhu.
Setelah berwudhu Alia kembali ke mushalla dengan posisi tangan memegang dua sisi kerudung yang menjuntai di kedua pipinya.
Pada saat akan keluar dari tempat wudhu Alia terkejut dengan keberadaan seorang Pria yang sedang membersihkan toilet disamping tempat wudhu tersebut.
"Astaghfirullah.." Alia reflek memegang dadanya mencoba menahan jantungnya agar tidak copot.
"Eeeh..maaf mbak saya mengejutkan mbak," Pria itu membungkukkan kepalanya pertanda ia benar-benar meminta maaf.
"Iya, gak papa mas saya cuma kaget aja soalnya tadi gak ada orang selain saya." Alia permisi meninggalkan Pria itu dan melaksanakan shalat isya'.
Setelah shalat Alia melipat mukenahnya dan berniat kembali menemui Kak Selvia. Tetapi Alia terkejut Pria tadi juga masuk ke mushalla untuk melaksanakan shalat seperti dirinya.
Melihat Pria tersebut Alia mencoba untuk tersenyum dan berlalu pergi meninggalkan Pria itu.
Alia kembali ke tempat istirahatnya dan merebahkan tubuhnya mengikuti jejak Kak Selvia. Tanpa memerlukan waktu lama karena kantuk sudah menyerangnya jadi Alia tertidur pulas.
***
Alarm ponselnya berbunyi menunjukkan pukul 04.30 WIB. Alia mengerdipkan matanya menguceknya perlahan dan membuka kedua kelopak matanya.
Ia meraih ponsel yang mengeluarkan nada alarm tersebut dan mematikannya. Alia mencoba membangunkan Kak selvia berusaha mengajaknya mandi dan melaksanakan shalat subuh berjamaah. Tetapi Kak Selvia tidak enak badan dan Alia terpaksa shalat sendirian.
Ia membawa handuk, pakaian ganti, mukenah dan perlengkapan mandinya menuju ke arah kamar mandi yang ada di dekat mushalla tadi malam.
Sesudah mandi dan mengganti pakaian Alia langsung berwudhu dan menuju mushalla.
Ketika akan keluar dari tempat wudhu, Alia dikejutkan kembali dengan kehadiran Pria yang sama. Tetapi kali itu dia tidak terlalu kaget seperti tadi malam. Ia hanya tersenyum kepada Pria itu dan berlalu.
Tanpa Alia sadari Pria itu tersenyum kagum memandang punggung Alia yang saat ini memasuki mushalla.
Pria itu melanjutkan niatnya untuk berwudhu dan menunggu Alia menyelesaikan shalatnya di pintu mushalla.
Sesudah shalat Alia melipat mukenah dan membawa perlengkapan mandinya untuk kembali ke tempatnya beristirahat.
Ketika ingin keluar dari mushalla Alia mendapati Pria itu tersenyum hangat kepadanya. Alia membalas senyuman Pria tersebut.
"Sudah selesai mbak?" Pria itu mencoba basa-basi.
"Iya, maaf ya mas kalau sudah menunggu lama, Silakan" tukas Alia sambil tersenyum dan pergi meninggalkan Pria itu.
"Tidak masalah mbak" Pria itu tersenyum balik seakan ingin menahan Alia lebih lama disana. Kemudian ia melanjutkan shalatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Siapakah Pria itu? terus kepoin ya guys🤭🤭🤭
Terimakasih untuk like dan komennya🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
MyNameIs
hmmmmm,, siapakah pemuda itu??
2021-01-24
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like..like..like..
2021-01-09
2
Eva Santi Lubis
Aku boomlike sampe sini dulu ya, nanti pasti aku singgah Lagi, aku kasih rate dan vote nih hehehhe
2020-12-31
1