Jam dinding menunjukkan pukul 15.15 WIB. Mata kuliah X sore itu berakhir. Dosen meninggalkan kelas. Semua beberapa Mahasiswa/mahasiswi ikut pulang membuntuti dosen mereka, sebagian lagi masih terlihat betah di kelas untuk sekedar ngobrol dan membahas materi perkuliahan tadi.
Friska menghampiri Alia yang duduk dj meja paling depan.
"Hey..smart girl" cebik Friska sambil menyentuh bahu Alia dengan pundaknya. Senyuman menggoda terlihat di bibir kecilnya.
"Apaan sih Fris.." Alia masih tertunduk memasukkan beberapa buku dan alat tulis ke dalam ranselnya.
"Tadi ketemu cowok ganteng ya?" Friska melemparkan pertanyaan yang langsung pada akarnya ia sedari tadi menahan diri untuk tidak kepo selama perkuliahan berlangsung.
Alia menoleh ke arah Friska yang sedari tadi nyengir di samping kanannya. "Cowok ganteng mana yang kau maksud Fris? tunggu dulu, kau tadi memata-matai aku ya?" Sambil menyipitkan matanya Alia memandang Friska curiga.
Friska terkekeh mendengar pertanyaan tak terduga dari sahabatnya itu. "Kau ini, jahat sekali menuduhku memata-mataimu"
"Kalau tidak memata-matiku bagaimana kau bisa tahu kalau aku tadi bertemu seorang cowok?"
"Sssst..." Friska menyodorkan jari telunjuknya di bibir Alia. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Alia dan berbisik.
"Jebakan batman...sekali pancingan langsung dimakan umpanku" Friska menghambur keluar kelas, dia tahu Alia bakal memukulnya setelah mendengar trik liciknya.
"Kau ini benar-benar ya...dasar Friska awas kau ku tangkap nanti." Alia tersenyum kecut dan mencebikkan bibirnya. Kemudian ia menyusul Friska keluar kelas.
Ketika Alia berada di pintu kelas, langkahnya terhalang oleh seorang teman laki-laki yang tidak asing lagi.
"Mau pulang Al..?" tanya Aiman.
"Iya ni man, kamu gak pulang? tanya Alia balik.
"Kebetulan, kita pulang bareng yuk" ajak Aiman.
"Hmmmm aku mau antar Friska dulu man maaf ya, next time okay?" Alia menolak sambil tersenyum hangat.
"Baiklah,.." Aiman pasrah.
Bukanlah hal baru jika ia menerima penolakan Alia. Sudah sering laki-laki yang usianya terpaut lebih tua dua tahun diatas Alia itu berusaha mendekatinya. Tapi sepertinya Alia tidak memberikan kesempatan sama sekali. Sejak awal perkuliahan Aiman sudah tertarik pada Alia.
Usianya memang terpaut lebih tua tetapi mereka satu kelas di kampus. Sepertinya Alia sudah mengetahui perasaan Aiman dari gerak-gerik dan perhatiannya kepada Alia selama ini. Tetapi bukan Alia namanya jika ia tidak menuruti perkataan Ayahnya.
Pak Harry sudah berpesan sebelum ia berangkat merantau, agar ia bisa fokus dengan perkuliahannya tanpa harus melibatkan dan terlalu larut dalam hal lawan jenis.
Alia menyadari, apapun yang diinginkan Ayahnya adalah demi kebaikannya dan masa depannya. Alia sangat patuh dan tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.
***
Sesampainya di kontrakan, Alia menyimpan ranselnya dam membuka kerudungnya. Ia mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa gerah dan lengket karena keringat.
Setelah mandi, Alia merebahkan tubuhnya di kasur lipat dalam kamarnya. Sore itu, tidak ada seorang pun di rumah. Sepertinya Isni dan Kak Verni belum kembali dari kampus.
Drrrrt...
Ponsel Alia bergetar, Alia melihat ada satu pesan masuk dari Kak Urai.
"Sudah pulang Al?"
"Iya Sudah Kak."
"Gimana nanti malam? Jadi makan malam bareng kakak?"
Alia meletakkan kembali ponselnya di meja, ia terlihat berpikir antara menerima atau menolak ajakan kak Urai. Sejenak berpikir, Alia mengambil ponselnya kembali dan membalas pesan Kak urai.
"Boleh kak" jawab Alia singkat
"Okay, nanti malam kakak jemput jam 19.30 ya. Sampai jumpa nanti malam."
"Okay kak"
Merasa mendapat balasan, Kak Urai tersenyum puas. Nanti malam dia berencana membawa Alia makan malam di restaurant yang elit agar Alia merasa senang dan tidak akan melupakan momen itu.
"Tolong persiapkan makan malam romantis malam ini di restaurant X."
Sepertinya ia meminta orang kepercayaannya untuk mengatur makan malam mereka.
***
Selepas melaksanakan shalat Isya', Alia bersiap-siap untuk pergi makan malam bersama Kak Urai. Ia mengganti baju santainya dengan long dress berwarna dusty pink, kerudung bermotif berwarna senada, dan tas kecil untuk menyimpan dompet dan ponselnya.
Ketika sedang memakaikan Lipbam di bibirnya, ia mendengar deruan mesin mobil di depan rumah kontrakannya. Alia menghentikan aktifitasnya sejenak untuk memastikan siapa yang datang.
Disaat yang bersamaan, Isni sedang menonton televisi di ruang depan. Sama halnya dengan Alia, mendengar mesin mobil yang berhenti di depan rumah mereka membuat Isni bangkit dan mengintip dari tirai jendela depan.
"Siapa Is?" Alia bertanya dari dalam kamar.
"Gak tau Al, tapi sepertinya tamu kita." Jawab Isni yang masih berdiri di tepi jendela. "Tumben ada mobil parkir di depan rumah, siapa ya?" gumam Isni didalam hati. Karena rasa penasaran yang kuat, Isni langsung membuka pintu rumah. Betapa terpesonanya Ia ketika melihat sesosok laki-laki tampan nan gagah keluar dari mobil tersebut.
Laki-laki itu memakai celana jeans berwarna hitam, kemeja putih dengan lengan bajunya sedikit dipelintir membuat ototnya yang kekar dengan leluasa terlihat oleh Isni. Ia menelan salivanya, jarang-jarang dia melihat makhluk Tuhan yang sangat mengindahkan dimatanya. Tanpa Ia sadari, ia senyum-senyum sendiri seperti orang yang sedang melamun.
"Assalamu'alaik Nona Manis.." Sapa Kak Urai.
Namun Isni masih tak bergeming dari pandangannya. Merasa tidak mendapatkan jawaban Kak Urai kembali menyapanya.
"Permisi Nona,," Kak urai melambaikan tangannya di depan wajah Isni. Spontan setelah itu, Isni tersadar dari lamunannya dengan rasa malu dan gugup Ia menjawab.
"Wa-wa'alaiksalam..cari siapa ya Kak?" Melihat perawakan Kak Urai yang dinilai lebih dewasa darinya, Isni memberanikan diri memanggil Kakak.
"Apa benar ini rumah kontrakannya Alia?"
''Be-benar sekali Kak, Kakak siapanya Alia?" tanya Isni penasaran.
"Saya temannya Ayah Alia, apa saya boleh bertemu dengan Alia?"
"Om Harry punya teman semuda dan setampan ini? Tidak, tidak, tidak. aku harus menyelidiki ada hubungan apa laki-laki ini dengan Alia" gumam Isni di dalam hati. Isni masih tertunduk dan sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Bagaimana nona?"
"E-eh I-iya sebentar ya Kak, sa-saya panggilkan Alia dulu." Dengan wajah senyum-senyum malu Isni masuk ke kamar menemui Alia tanpa menyuruh Kak Urai untuk masuk ke dalam rumah.
"Al..pacarmu dateng tuh.." goda Isni.
"Pacar Apaan maksudmu Is?" Alia menatap Isni lekat-lekat.
"Itu ada laki-laki yang ingin bertemu denganmu, kalian mau kemana Al? Kau terlihat memukau sekali malam ini? Cieee aku tau..mau candle light dinner ya??" Isni masih menggoda Alia.
Sambil tersenyum Alia mengacak-ngacak rambut Isni, "ngaco ah..aku pergi dulu ya Is..bye" Alia meninggalkan Isni di kamar dengan seribu pertanyaan di benaknya.
***
Alia keluar dari kamar dan menemui kak Urai yang sudah menunggunya di depan rumah. Kak Urai sungguh takjub melihat penampilan Alia malam itu. Ia menyapu seluruh tubuh Alia dengan lekat mulai dari kepala sampai ujung kaki. Alia memakai sepatu heels membuat dirinya terlihat lebih elegan.
"Ayo Kak, Aku sudah siap nih." Alia mengaitkan tas kecil di bahunya. Merasa tidak mendapatkan jawaban, Alia memegang pundak Kak Urai dan menyadarkan Ia dari keterpanaannya.
"I-iya kenapa Al?"
"Kakak melamun ya?" tanya Alia kembali.
"Ti-tidak Al" Kak Urai menjawab sambil salah tingkah. "Apa kita bisa berangkat sekarang?" tanya Kak Urai.
"Iya Kak"
Kak Urai membukakan pintu mobil untuk Alia dan kemudian ia duduk di kursi kemudinya.
"Mau makan dimana kita Kak? tanya Alia penasaran.
"Kejutan.." Jawab Kak Urai.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Apakah Kak Urailah orang pilihan Alia? simak terus ya man teman..keep like and comment yup😍
thank you🙏🙏🙏💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
MyNameIs
gak tau juga ya Thor, soalnya jodoh Alia di tangan Author
2021-01-24
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
sehat.. sehat yaa
2020-12-31
1
Husna
naaah kan beneran😊
2020-12-09
2