"Sayang kita jadi mampir ke rumah Alfonkan..?"
Eza mengernyitkan dahinya, memandang sekilas wajah kekasihnya yg tampak cemas, hingga tak menjawab pertanyaan yg di lontarkanya
"Sayaaaaang..."
"eeh...iya..iya...Za..." Arin tampak kaget
"kamu kenapa sayang?sejak keluar dari hotel tadi kamu keliatan cemas" Eza semakin penasaran dengan perubahan sikap Arin
"Aku nggak apa apa Zaa..., cuma sedikit capek aja" Arin berusaha menyakinkan Eza kalau semuanya baik baik saja
Eza terus fokus melajukan mobilnya dengan perasaan sedikit khawatir akan perubahan sikap yg mendadak dari Arin.
"mampir dulu ke bakery ujung jalan sana ya Za...mau beli oleh oleh kesukaan Alfon"
"ok honey..."
Setelah berhenti di sebuah toko kue, Arin kembali ke dalam mobil dengan membawa sekotak roti dan beberapa camilan kesukaan Alfon.
"Kamu mau nyobain roti yg rasa apa sayang...coklat, strawberry, vanilla..? tanya Arin sambil memilih milih roti yg ada dalam kotak kue
"kok manis semua sayaang"
"kamu nggak suka maniiis?
"kalau sudah ada kamu yg manis, rasanya aku nggak butuh yg lain lagi"
"Ezaaa...kamu jadi makin genit yaa..." saut Arin sambil mencubit mesra pipi Eza
Tawa mereka kembali muncul setelah sebelumnya, dilanda kebuntuan karena perubahan sikap Arin yg mendadak murung, tanpa di ketahui sebabnya. beruntung Eza adalah tipe cowok yg pandai mencairkan situasi. membuat suasana kembali terasa hangat.
*
*
Rasanya begitu lega ketika melihat kondisi Alfon yg semakin membaik, tawanya sudah kembali lepas, suaranya jadi makin nyaring. hari hari Arin terasa sepi tanpa sahabatnya yg paling bawel satu ini.
setelah Arin selesai melepas rindu pada sahabatnya itu merekapun segera berpamitan untuk pulang
*
*
Seperti biasa Eza tak bisa mengantar Arin sampai rumah, membuatnya kadang merasa sedih dan bersalah. seolah berat untuk berpisah keduanya memutuskan untuk sedikit lebih lama di dalam mobil yg diparkir tidak jauh dari rumah Arin
Eza masih saja menggenggam tangan Arin seolah tak ingin lepas, tatapan matanya menyiratkan betapa ia tak ingin jauh dari kekasihnya itu
"sayang jangan pulang dulu ya.."
"Ezaa...kenapa? mau apa lagiiii"
"aku masih pengen sama kamu sebentar lagi sayaang" pinta Eza pada Arin.
"kan sudah seharian bareng.." Ariin menatap wajah Eza
"tapi masih pengen sebentar lagi Ariin" ucap Eza sambil menyandarkan tubuhnya penuh pada kursi kemudi. genggamanya semakin erat. dalam sekali ia menatap mata bulat kekasihnya. ada gemuruh dalam dadanya, baru kali ini ia mencintai seorang wanita seperti ini, merasa takut sekali kehilangan.
"Arin..aku sayang sekali sama kamu"
Arin tersenyum mendengar ucapan Eza yg terdengar sangat tulus, raut wajahnya berubah menjadi sangat serius, berbeda dari beberapa saat lalu, yg selalu penuh candaan.
"sama Ezaa..aku juga sayang kamu" diraihnya pundak Eza dan di rengkuhnya dalam dalam
Ezapun membalas pelukan Arin hangat. "Aku takut kehilangan kamu Ariin, plis.. jangan pernah tinggalin aku" suara Eza lirih sekali, mirip sebuah desahan di telinga Arin, tulus seperti sebuah permohonan, yg membuat hati Arin terenyuh. menyiratkan sebuah ketakutan yg sangat. batin Arin berbisik "mungkinkah Eza pernah merasan sebuah kehilangan? masih banyak yg belum aku tau tentangmu Eza"
"kita akan berjuang bersama Eza, berusaha untuk tidak saling meninggalkan, ok...." jawab Arin lembut
pelukan itu begitu dalam dan berubah menjadi sebuah kecupan yg manis, kemudian berlanjut menjadi lumatan lumatan kecil, Eza terus menyesap dan mengulum bibir Arin tiada henti. kedua mata mereka terpejam seolah menikmati penuh apa yg tengah terjadi saat itu. Eza melumat habis bibir merah Arin dengan menimbulkan suara decapan yg semakin membuat mereka bergairah. detak jantung yg tak karuan seolah membuat mereka kesulitan bernafas. sesaat Eza melepaskan ciumanya, membiarkan nafas mereka kembali normal, kemudian di tariknya tengkuk arin untuk memulai ciuman yg lebih dalam lagi, di angkatnya dagu Arin ke atas agar mulutnya sedikit terbuka, supaya lidahnya dapat leluasa menyelusup masuk dan menyusuri relung relung mulut arin. Arin yg mulai bergairah mulai membalas dan mengimbangi permainan bibir Eza. lidah merekapun lincah bermain di dalam, saling melilit dan membelit. takut bila tak sanggup lagi menahan hasratnya Ezapun menghentikan aksinya, di tempelkanya keningnya pada kening Arin berusaha menekan hasratnya agar tak berlajut.
dengan wajah yg masih memerah Arin berpamitan
"aku turun ya.."
Eza mengecup kening Arin dan mengangguk
"I love you Ariana"
"I love you too Eza....bye.." Arin segera turun, berjalan pulang sambil melambai dan tersenyum pada Eza yg tak turun dari dalam mobilnya.
Eza terus memandangi wajah teduh Arin dari dalam mobil, melihatnya berlalu, hingga sosok itu hilang tak terlihat lagi dari pandangannya. di injaknya pedal gas dan berlalu pergi dengan perasaan bahagia karena telah menghabiskan harinya bersama orang yg paling dikasihinya
*
*
"Bunda...bunda...." Arin memanggil manggil sosok bunda yg tak terlihat semenjak ia datang. Arin mencari ke area dapur, tapi tak juga menemukan sosok bundanya di sana. entah sudah jadi kebiasaan atau apa, Arin pasti akan mencari bundanya tiap kali datang dari luar rumah, seolah mendapat ketenangan tersendiri setelah melihat wajah bundanya. Senyum Arin terkembang saat ia menemukan sosok bundanya yg tengah asik mengurus bunga di taman belakang
"bunda disini...Arin panggil panggil dari tadi"
"hey sayang...sudah pulang?"
"iya bunda"
"siapa yg antar..?"
Deg....,
Arin jadi gugup mendapati pertanyaan bunda itu
"ee..ee..naik OJOL bunda" Arin terkekeh dalam hati membatin " mana ada OJOL yg tampan dan sekeren Eza, ngojeknya jg pakai mobil mewah"
"heeyy...kenapa senyum senyum sendiri" tanya bunda yg keheranan memperhatikan putrinya yg terlihat senyum senyum sendiri
"nggak bunda...tadi abang OJOLnya lucu" lucu dan menggemaskan batin Arin
"sini bantuin bunda kasih pupuk ke bunga bunganya, dari pada ngebayangin abang OJOL terus"
Arinpun mengangguk dan berjalan mendekati bunda.
Bunda memberikan sekantung kecil pupuk berwarna putih kepada Arin dan memintanya menaburkan rata ke semua permukaan pot bunga. Arin mengangguk mengerti.
mulailah ia perlahan menaburkan pupuk ke satu demi satu pot bunga.
"ini pupuk fungsinya buat apa buda?"
"biar daunnya subur dan hijau sayang"
Dengan telaten Arin mengerjakan sesuai apa yg di ajarkan bundanya, sambil asik mengobrol dan sesekali tertawa. tiba tiba Arin teringat sesuatu
"Bunda...kok Arin nggak liat Ayah?
"Ayah pergi ke luar kota sayang, tadi di telepon anak buahnya disana, katanya ada sedikit masalah dengan proyek ayah disana"
"Ayah pergi sama siapa bunda..?"
"Tadi pak Rudy yg jemputin Ayah ke rumah"
"oooo..." ada sedikit rasa lega disana
"Ayah sekarang sering sekali pergi ya bunda"
sejenak bunda menghetikan aktifitasnya, menghela nafas dan mengusap peluh yg menetes di keningnya
"namanya juga resiko pekerjaan sayang, kamukan lenal gimana Ayahmu. dia orang yg sangat bertanggung jawab untuk semua hal.baik kerjaan ataupun keluarga"
Memang begitulah sosok Ayah di mata Arin, seorang pekerja keras, ulet, dan bertanggung jawab. ia bekerja keras demi keluarganya karena tak ingin melihat anak dan istrinya kekurangan. meski terkadang sikap Ayah pada Arin agak terkesan berlebihan tp Arin sadar persis, itu karena rasa sayang Ayah padanya . "Semoga Ayah akan selalu seperti itu, dan tidak berubah sampai kapanpun"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
**Tidak pernah lupa aku mengingatkn kepada para Readers yg budiman, luangkanlah waktunya sebentar untuk mberi like untuk hasil karyaku ini dan koment yg bersifat membangun, agar Author bisa lebih bersemangat dan menghasilka karya yang lebih baik dimasa yg akan datang
Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Arinie Ma'rifah
Arin lihat ayah d hotel
2021-09-04
0
Mayesa Athilah
jangan 2 ayah nya selingkuh
2021-07-12
0
Ayu Lia
aku suka jln cerita nya,, mantul banget
2020-10-06
0