Hari mulai merangkak gelap saat mereka berdua berboncengan menyusuri jalanan. seperti biasa keduanya membisu.lamunan Arin membumbung menerka nerka kemungkinan apa yg akan ia hadapi nanti setibanya di rumah
"huuffttt...."
Arin menghempaskan nafas dengan kasar. berharap debaran jantung ini akan kembali sesuai ritmenya
perjalanan dari rumah Ilham ke rumah Arin memang terbilang jauh kurang lebih skitar 45 menitan. Arin merasa waktu berjalan melambat semakin membuat pikiranya tak karuan. belum lg hawa dingin mulai menusuk kulitnya menyusup ke pori pori hingga membuat tulang dan giginya gemretuk ngilu
Eza melirik bayangan Arin dari kaca spion. terlihat Arin menyilangkan lengannya sambil sesekali menangkup dan menggosok gosok kedua telapak tangannya berharap mengurangi rasa dingin yg menusuk
Perlahan Eza mengurangi kecepatan motornya dan menepi di pinggir jalan. Eza turun dari motor dan membuka kancing jaket jeansnya
Arin mengernyitkan dahinya sedikit heran dan bertanya tanya. belum sempat bibirnya terbuka. Eza sudah membuka lebar bagian depan jaketnya menangkupkanya ke punggung Arin
"pake jaketnya, jangan sampe lo masuk angin"
mulut Arin sedikit ternganga heran dengan sikap Eza yg menurutnya jauh dari biasanya. meakipun tetap saja ekspresi wajahnya masih datar
"entah kesambet setan mana anak ini,kenapa jadi aneh gini" Arin masih bergumam dalam hati
"sudah siap"
tanya Eza pada arin memastikan apakah Arin sudah siap untuk melanjutkan perjalanan
"hmmm...." Arin mengangguk sambil tersenyum tipis
seperti dapat membaca kegelisahan dari sorot mata Arin. eza berusaha mencairkan suasana dengan sesekali melemparkan candaan ringan untuk mencairkan kekakuan dan mungkin jg bisa sedikit menghilangkan kecemasan yg tergambar jelas dari air wajahnya
" mukanya gak usah tegang tegang gitu donk, gue jadi merasa bersalah"
"kok bersalah ??kenapa??"
"besok pagi kalau muka cantik lo berubah keripuut.. kan jadi gak enak di liat"
"apa siiiih ni cowoookk." batin Arin makin merasa geli dengan sikap Eza yg mendadak aneh
di sikutnya punggung kekar Eza sambil mengular tawa
"Apaan sih lo Zaa..a.., emang keliatan ya muka gue tegang"
"iya tuuh..dari sepion muka lo dah kayak kanebo kering gue di rumah"
"iiihh.....Eza..aa..aaa..jahat deh loo...,masak muka gue di samain ma kanebo.."
Arin mencubit pinggang Eza di iringi gelak tawa keduanya. candaan mereka pun terus berlanjut
hingga tidak terasa dari kejauhan rumah Arin sudah nampak
"Z.aa..za..., turunin gue disini aja deh" mendadak arin meminta Eza menepikan motornya sebelum sampai tepat di depan rumah
"Lo..kenapa....kok gak sampe rumah sekalian"
"gak apa apa Zaa, gue udah makasih banget lo mau anterin gue sampe sini" ekspresi Arin menimbulkan tanya di benak Eza. tapi seolah tak ingin membuat Arin terbebani dengan banyak pertanyaan
"ok..deh..padahal si abang OJOL ini masih mau kasih tarif discount loo...."
"E..zaa....bisa aja deh lo.."
tanpa di sadari kekakuan mereka sebelumnya pun kini makin mencair.
Arin mulai sering mendengar Eza bercerita dan sesekali tertawa lepas. benar benar jauh dari kesan yg Arin terima di awal perkenalan mereka.
"ternyata Eza gak sedingin yg gue pikir "
senyum Arin mengakhiri lamunanya sepanjang jalan menuju pintu rumahnya.
kegelisahan mulai menghinggapi hati Arin, alasan apa yg akan di berikanya pada Ayah sehingga bisa pulang di hari gelap begini. apa lagi kalau Ayah tau siapa yg tadi mengantarkanya pulang, bergidik bulu tubuh Arin membayangkanya
jantungnya mulai berdebar tak karuan saat akan mulai mengetuk pintu rumah "haahh...entahlah,masa bodo dengan apa yg akan terjadi"
"toook...took...tooo.."
"assalamu'a...." belum sampai tuntas Arin mengucapkan salam pintu sudah terbuka
ada sedikit kelegaan ketika yg tampak adalah wajah bunda
"kenapa nak..ada apa..kenapa pulang petang begini..?? wajah bunda mengguratkan kehawatiran
"maaf bunda tadi Alfon harus mengantar fitri pulang dulu, jadi Arin harus menunggu Alfon agak lama, sedangkan rumah fitrikan agak jauh bunda..a"
"maaf bunda Arin harus berbohong" gumamnya dalam hati
"syukurlah gak ada apa apa sayang, bunda tadi khawatir. ya sudah naiklah ke atas dan lekas mandi. bunda akan menyiapkan makan"
"gak bunda, Arin masih kenyang. tadi tante Melin menyiapkan banyak makanan" Arin berharap tidak akan turun lg hingga besok pagi mengantisipasi untuk tidak bertemu Ayah malam ini
"hheemmm... ya sudah kalau begitu"
jawaban bunda seakan mengakhiri perang batin yg di rasakan Arin bahwa sebenarnya ia merasa bersalah karena harus berbohong pada bunda.
haaahhh....Arin melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. ada sedikit kelegaan karena bukan Ayah yg di temuinya tadi. entah apa jadinya kalu tadi Ayahlah yg membuka pintu
haarrghh...di usap rambutnya dengan kasar
tp tiba tiba Arin teringat pada Eza, senyum kecilnya tersungging terasa ada desiran aneh di dadanya. entah kenapa cowok itu jadi begitu berubah. Arin menggeleng geleng sambil tersenyum sendiri. haahh...sudahlah lebih baik ku guyur saja kepalaku ini agar luntur semua pikiran pikiran anehku
Arin bangkit dari pembaringanya berniat mandi untuk menghilangkan rasa gerah dan lengkat yg menggerayanginya. ketika hendak melepas pakaianya,
astagaa....betapa terkejutnya Arin
ternyata ia masih mengenakan jaket jeans milik Eza
di toyornya kepalanya sendiri sambil terus bergumam "otakmu tertinggal dimana Ariana"
setelah mandi dan menghujani kepalanya di bawah guyuran air shower Arin berharap pikiranya akan jauh lebih jernih. dikenakanya piama handuk putih yg tergantung di dinding kamar mandi dan mengeringkan rambutnya yg basah dengan handuk kecil
setelah mengganti pakaianya dengan baju tidur yg terlipat di lemari Arin berniat merebahkan tubuhnya di ranjang berharap bisa tidur dengan nyenyak sampai besok pagi
tp tiba tiba ia teringat pada Alfon yg tak kunjung memberinya kabar. di gapainya ponsel yg di letakkanya di atas nakas dan di carinya no kontak Alfon berharap tidak terjadi sesuatu yg buruk pada sahabatnya itu
"**tuuuuut.....tuuuut.....tuuuutt"
"haa..alloo...riin.."
"halloo....Alfon**"
suara Alfon dari sebrang terdengar berbeda, seperti agak berat, ya tuhan.....Arin masih terus berharap tidak ada sesuatu yg buruk terjadi padanya
"fon...ada apa..? kenapa tadi lama sekalii..? apa yg terjadi..?
ya tuhan benar saja. ternyata tadi sekembalinya Alfon mengantarkan Fitri, kejadian buruk menimpanya. motor yg di kendarainya terseremper mobil angkot yg ugal ugalan. seketika kakiku lemas seperti tak bertulang. pantas saja tadi fikiranku begitu cemas tidak karuan memikirkan kenapa Alfon pergi selama itu. beruntung kata Alfon lukanya tidak begitu parah hanya saja lenganya sedikit terkilir dan lecet lecet di kaki
selarut ini tapi mata Arin tak kunjung mau terpejam membayangkan kecelakaan yg menimpa Alfon membuatnya tak sabar untuk segera menjenguk dan mengetahui keadaanya. Arin memutuskan esok sepulang sekolah aku akan menjenguk Alfon di rumahnya.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Tp ada untungnya jg bisa di anter sm eja 😁
2020-07-16
1