Suasana acara Amal pagi itu sangat meriah dan berjalan lancar. selain penggalangan dana acara juga diisi dengan beberapa penampilan seni dari berbagai macam eskul di sekolah. sesuai dengan harapan, banyak donatur yg datang dan memberikan sumbangan dananya. hal ini yg
membuat kerja keras panitia seolah terbayar lunas. Dana yg terkumpul itu akan di gunakan untuk membiayai siswa siswa yg tidak mampu hingga mereka nanti menyelesaikan pendidikanya dan sisanya akan di sumbangkan ke panti asuhan dalam bentuk program pendidikan.
Tampak dari kejauhan Ayah melemparkan senyum penuh kebanggan dan mengacungkan jempolnya pada Arin yg tengah sibuk hilir mudik mengatur jalanya acara. Arinpun membalasnya dengan senyum yg lebar. Ayah dan bunda memang di undang hadir di acara ini, karena Ayah merupakan donatur tetap di sekolah Arin.
"hhuufftt....Arin menghela napas panjang sambil menyandarkan bahunya pada sebuah kursi di belakang podium. matanya terpejam, rasa lega tergambar jelas dari raut wajahnya. lelah memang, tapi rasanya puas melihat hasil kerja teamnya selama beberapa hari ini membuahkan hasil yg luar biasa.
"gue boleh ngobrol sebentar Riin...? suara yg tak asing itu mengagetkan Arin yg tengah terlena dalam lumunanya
"ngobrolin apa mas, kalau nggak penting mending nggak usah, hari ini gue capek banget" jawab Arin ketus ekspresinya terlihat datar
Dimas yg berdiri sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding sedikit mengernyitkan dahinya, mendengar nada bicara Arin yg tidak biasa
"ada apa Rin...? kenapa sehari ini lo seolah ngindarin gue..? trus nada bicara lo juga beda dari biasanya?
"menurut lo...?
"kok lo jawab pertanyaan dengan pertanyaan? justru gue bingung kenapa lo berubah tiba tiba?
"huuhh..." Arin melempar senyum kecut, merasa sebal dengan sikap Dimas yg seolah tak berdosa setelah mengerjainya begitu rupa
"seharusnya gue yg nanya sama lo ya Dimas, apa lo punya masalah sama gue.. kalau memang iya, apa? lo suruh gue ngerjain laporan segitu banyaknya...sendiri...dan lo bilang harus selesai seceptnya, lo gila ya..." suara Arin nampak meninggi, sorot matanya tajam
"jadi masalah itu...lo marah hanya gara gara itu?"
"hanya...hanya...lo bilang..." amarah Arin semakin tersulut saat Dimas seolah menganggap remeh masalah itu.
" 5 jam Dimas...5 jam gue ngerjain tugas sendiri tanpa henti. karena lo bilang tugasnya harus selesai hari itu juga, dan nyatanya apa? kenapa lo nggak bilang kalau pak cipto sebenernya nggak minta cepat laporan itu?
"lo k..ketemu pak Cipto" suara Dimas tampak terbata bata
"iya...!!! laporan semua udah gue serahin ke Pak Cipto"
"Rin...sorry..gue.ee...gue nggak bermaksud ngerjain lo Rin"
"kenapa..!! lo becandain gue...nggak lucu tau Dimas" mata Arin melotot
"sudah mas, nggak perlu minta maaf..lagian itu sudah terjadi kemarin, tapi tetap saja Dimas...gue kecewa sama
loo..."
"Riin...Ariiin...plis Riin...dengerin gue dulu"
Arin tak bergeming, ia terus berlalu pergi meninggalkan dimas yg terus saja memanggilnya seolah ingin menjelaskan semua. tapi bagi Arin itu sudah tidak penting lagi. walaupun dalam benak Arin ada banyak pertanyaan, kenapa Dimas yg di aggapnya baik tega mengerjainya seperti itu
mungkin saja Dimas punya alasan tersendiri, tapi untuk saat ini Arin sama sekali tak mau tau.baginya itu sangat kekanak kanakan
Wajah Arin masih tampak tertekuk..amarah masih belum sirna dari sorot matanya. ia memilih duduk menyepi, mencoba menetralkan emosinya yg sulit sekali mereda. di tariknya nafas dalam dalam mencoba mengusir beban dalam dadanya. ternyata memang benar kata orang bahwa emosi memang menguras tenaga
"Sayaang..." suara itu terdengar berbisik, membuat Arin menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara itu. Arin mengenal persis suara siapa itu
"sayaang...." sebotol Air mineral dingin tiba tiba menempel di pipi Arin, membuatnya terkejut
"Ezaaa...., dingin tau.."
Eza membuka tutup botol dan menyodorkannya kepada Arin
"sengaja..., biar kamu cepet adem, dan nggak marah marah lagi...jelek tau kalau marah"
sontak kata kata Eza membuat Arin tersenyum, mungkinkah Eza tau kejadian saat Ia bertengkar dengan Dimas tadi. tapi sungguh ia tak ingin membahasnya saat ini
Eza menjatuhkan dengan kasar bokongkongnya Diatas kursi panjang tempat Arin kini tengah duduk. di pandangnya gadisnya itu dalam dalam. di belai pucuk rambutnya dengan mesra. Eza seolah tau kekasihnya itu saat ini sedang butuh kenyamanan.
Arin sengaja mencari tempat yg agak sepi untuk menenangkan emosinya yg tengah tak menentu. tapi ternyata Eza bisa menemukanya. belaian tangan eza membuatnya merasa ringan, seolah beban amarahnya sedikit meringan
"kamu kok tau kalau aku disini..?
"mudah sekali sayaaang...., aku tinggal saja memindai getaran gelombang cinta melalui detak jatungku yg sekarang sudah terhubung sama kamu"
"gombal banget ya kamu Ezaa..." Arin tertawa geli sambil mencubit mesra pinggang Eza
"kamu masih marah..?"
"nggak..." Arin menggeleng
"mau fotoo...?"
Arin mengernyitkan dahinya heran, kenapa di saat seperti ini dia malah minta foto
"kita belum punya koleksi foto sama sekali sayang, bahkan kalau aku kangen aku harus melihat wajahmu dimana. walaupun nama dan wajahmu sebenarnya sudah terpatri dalam hatiku"
Suara tawa kembali terdengar dari kebersamaan mereka berdua
Arin sepertinya mulai terhanyut dengan gombalan gombalan Eza yg terkadang terdengar konyol, tapi ternyata sukses membuat Arin meleleh
Eza segera merogoh ponsel dari dalam kantongnya dan meminta tolong seseorang yg tengah lewat di depannya untuk mengambil foto sebagai koleksi pribadi dan sebagai obat kala kerinduannya pada Arin datang menyerang
~Arin dan Eza saat acara charity~
"Kamu cantik banget sayaang, bahkan tanpa polesan make up sekalipun kamu sudah cantik"
Eza terus memandang foto dari layar ponselnya, mengagumi karya tuhan yg tersemat pada raga gadis pujaan hatinya.
"udah donk Ezaa.." Arin menutupi layar ponsel dengan telapak tanganya, pipinya mulai bersemu merah
"sayaang...kamu ingat janji kencan kitakan...?
"memang kita mau kemana..?"
"besok kamu juga tau" ekspresi Eza tampak sangat misterius
*
*
Suasana rumah siang itu terasa sepi, Arin tak mendapati
siapun ketika memasuki rumah, kecuali mbak Asih asisten rumah tangga di rumahnya, yg tengah menyetrika pakaian di belakang
"mbak Asih...bunda kemana ya, kok rumah sepi?"
"Ibu keluar sama bapak dari pagi mbak Arin"
"Kak Rio..?"
"Mas Rio belum pulang juga"
"ok..., makasih ya mbak Asiiih..." Arin melempar senyumnya
sambil berlalu pergi
Setelah acara Charity di sekolah tadi, Arin memutuskan untuk segera pulang, badannya tiba tiba terasa sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Eza buru buru mengantarnya pulang karena siang ini dia bilang ada acara dengan teman teman club basketnya. berulang kali di tatap layar ponselnya tak juga ada pesan masuk, entah Eza, ataupun teman temannya tak juga ada yg menghubungi. suasana hening kamar dan hembusan udara AC yg tengah dalam Mode sejuk membuat kelopak mata Arin lama kelamaan menjadi berat dan lenyap terlelap. setumpuk jadwal padat akhir akhir ini membuatnya merasa kelelahan. hingga Arin terlupa entah kapan terakhir kali ia menikmati tidur siang yg lelap seperti hari ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Ayu Lundong
visual'y g cocok , d luar imajinasi yg kt'y cantik bgt si Arin'y .
2022-01-15
0
Dian Amelia
eza ga cakep. .ga sesuai dg bayangan qu
2021-02-17
2
Othniel Abiathar
itu nadine lustre dan james reid orang philipina...artis tandem
2020-08-06
0