Air matanya masih berderai dan sendu masih membuai angannya.
Seiring guncangan kecil di bahunya yang seketika membuatnya kembali terjaga dan kembali dalam kehidupan nyatanya.
Matanya mengerjap senang saat sosok sang ibunda masih berada di sisinya, masih bisa membuai wajahnya.
Ia bersyukur dan sangat bersyukur.
Batinnya tak henti-hentinya mengucap syukur, sementara bibirnya menyunggingkan senyum ketulusan.
Dengan segera ia memeluk sang ibunda, di peluknya dengan erat, penuh kasih dan rasa sayang.
"Bunda, jangan pernah tinggalin kakak ... " pinta Zayn lirih.
Ayu membelai lembut wajah sang putra.
Lalu kemudian senyum tipis terurai di bibirnya. "Kematian itu pasti kak, tapi bunda akan lebih bahagia jika saat bunda meninggal nanti bunda bisa melihat anak-anak bunda menjadi pribadi yang baik, seperti didikan bunda pada kalian sewaktu masih kecil."
Zayn menganggukkan kepalanya perlahan,
"apapun yang bunda bilang, kakak bakal nurut sama bunda. Kakak nggak akan ngelawan bunda lagi," ucapnya sungguh-sungguh.
"Alhamdulillah, syukurlah kalau kakak ngerti. Semoga Allah selalu memudahkan jalan kita menuju kebaikan, ya kak."
•••••••••
1 Minggu kemudian.
Pasca kejadian rusuh di rumah ibundanya kala itu.
Zayn masih mengingat ucapan sang ibunda tiga hari yang lalu, bahwa ia harus bisa melupakan segalanya dan kembali memulai segalanya dari awal.
Dan kali ini ia menyempatkan diri untuk berkunjung ke distrik militer tempat Nathan bekerja.
Dan seperti pesan sang ibunda, ia akan melepaskan salah satu dari mereka untuk membebaskan salah satunya dari jerat hukum.
Di sini, di bangku besi dengan beberapa karat di beberapa bagiannya.
Zayn duduk menatap langit-langit ruang kunjungan tahanan.
Ia menghela napasnya panjang meloloskan segala gundah yang masih berkecamuk dalam kepalanya, "ini berat, tapi aku pasti bisa melakukannya," yakinnya pada dirinya sendiri.
Hingga kehadiran seseorang yang sudah ia tunggu pun tiba di hadapannya.
Tampak keadaan gadis itu sedikit kacau dengan borgol yang masih tersemat rapi di pergelangan tangannya.
Zayn mengayunkan tangannya ke udara menyuruh prajurit yang mengawal Gita untuk pergi meninggalkan mereka berdua setelah sebelumnya ia sudah mengantongi kunci dari borgol milik Gita.
"Apa kabar?" tanya Zayn sembari membuka borgol di pergelangan tangan Gita.
"Seperti yang kau lihat, menyedihkan! seperti keinginan mu." jawabnya singkat dengan
wajah yang masih tertunduk menghindari kontak mata dengan pria yang ada di hadapannya. Sosok pria yang begitu kejam dan menakutkan saat dirinya di selimuti kemarahan.
"Ekhm ... aku minta maaf," ucap Zayn terdengar lirih.
Gita mengerjapkan matanya terkejut, mungkin telinganya menjadi bermasalah setelah masuk dalam neraka manusia ini.
"Kau mendengar ku?" tanya Zayn seraya melambaikan tangannya di depan wajah Gita.
"K-kau, meminta maaf pada ku.?" tanyanya tak percaya.
Zayn mengagguk tipis.
Ia memalingkan wajahnya menghadap sisi ruang yang lain. Menyembunyikan kesenduan yang mencerminkan kepribadiannya yang berbeda dari biasanya.
"Aku punya satu pertanyaan untukmu."
"Apa?" jawabannya cepat, menatap lekat pada sosok pria di hadapannya itu.
"Apa alasan mu sampai kau harus merangsek masuk ke rumah bunda ku dan menyerang keluarga ku secara brutal? bukankah kau seorang wanita yang berhati lembut sebelumnya? lantas kenapa kau melakukan perbuatan sekeji itu terhadap keluarga ku?"
Gita menyeringai tipis, " kau bertanya mengenai alasan ku? jika di pikir-pikir, kurasa menjadi orang baik bukanlah hal yang menguntungkan bagiku.
Kau tau, malang memang nasip yang ku miliki.
Mami selaku mengancamku dan lagi,
tidak ada kata penolakan yang bisa ia terima.
Termasuk kekacauan di rumahmu," tuturnya dengan tenang.
"Apa kau punya motif lain yang tersimpan dalam hatimu untuk menyakiti bunda dan juga adik ku?" tanya Zayn lagi
Gita menggeleng pelan, "tidak! dan aku minta maaf karna telah membuat adik mu terluka, aku tidak punya pilihan lain selain menurut," ucapnya dengan nada menyesal.
"Satu lagi. Jika misalnya hari ini kau di bebaskan, apa tujuanmu selanjutnya? apa kau masih ingin bersama dengan mami mu, berkumpul kembali bersamanya?"
Sesaat Gita terdiam, memikirkan untuk kembali bersama dengan maminya? kurasa itu adalah pilihan yang buruk.
Bahkan jika ia bisa memilih seumur hidupnya ia tidak ingin bertemu kembali dengan sosok wanita yang telah sukses membuat hidupnya hancur berkeping-keping.
"Aku hanya ingin bebas. Bisa kembali bekerja dan memiliki kehidupan yqng lebih baik dari sebelumnya. Melupakan masa lalu dan menjadi diriku yang baru." jelasnya dengan pandangannya menerawang penuh akan harapan.
"Apa kau membenciku?" tanya Zayn kembali.
"Dulu iya. Di awal-awal saat kau mengeluarkan uang mu untuk membeliku. Dan sekarang justru aku yang lebih merasa bersalah disini.
"Kenapa?" tanya Zayn penuh selidik.
"Ya ... karna kau adalah korban dari kejahatan mami ku. Dan karena dia juga kau jadi pria yang seperti ini."
"Bukan hanya aku, tapi kita.
Kita sama-sama korban disini, dan bodohnya aku juga melampiaskan dendam ku padamu," tutur Zayn menundukkan kepalanya.
"Jadi, maukah kau memaafkan ku?" ucapnya lagi.
Gita menganggukkan kepalanya perlahan, "maafkan aku juga." Pintanya.
Zayn tersenyum tipis, hatinya serasa lega karena bebannya perlahan mulai berkurang.
Ia telah berusaha ikhlas tapi tidak sepenuhnya luluh untuk bisa memberikan maafnya pada michiko
"Kau bebas dan besok kau bisa kembali berkerja di perusahaan ku," ucapnya seraya beranjak dari tempatnya.
Gita mengagguk pelan, "terimakasih," serunya dengan mata berbinar.
"Tapi maaf, untuk mami mu aku tidak bisa mengeluarkannya dari sini." jelas Zayn menghentikan langkahnya sejenak.
Gita menganggukkan kepalanya,
"tidak apa-apa, memang sudah seharusnya seorang penjahat menerima hukuman untuk perbuatan yang ia lakukan. Bukankah itu setimpal?"
Zayn mengagguk perlahan, lalu kemudian ia kembali berbalik menatap sosok gadis yang masih tersenyum di belakangnya.
"Cepatlah, aku akan mengantarmu pulang."
Gita mengagguk senang, matanya ikut menyipit di sertai senyum tulus yang hadir di wajahnya.
Membuat gadis itu terlihat sedikit lebih cantik daripada sebelumnya.
Zayn kembali membawa langkahnya keluar dari tempat itu. Kurang lebih sepuluh-menit ia menunggu hingga sosok Gita muncul menghampiri mobilnya.
"Masuklah!" titahnya sembari membukakan pintu untuk Gita.
Gadis itu mengangguk patuh, ia segera masuk kedalam mobil dan duduk berdampingan dengan Zayn di kursi depan.
Mobil mereka melaju sedang menyusuri jalanan yang mulai padat di jam-jam pulang kantor.
Zayn masih fokus pada setir kemudinya
begitupula dengan Gita yang masih fokus menatap bangunan yang menjulang tinggi melalui kaca jendela mobil yang setengah terbuka.
Keduanya terdiam hingga mereka sampai di depan apartemen milik Zayn, tempat semula mereka pernah tinggal bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
💕febhy ajah💕
aduhhh kayakx udah mulai tercium nihh baux
2020-11-03
2
Setyowti Puji Rahayu
mantabb
2020-10-15
2
DEeia Abeilia
kasihan gita semangat thor satuin gta dan zein
2020-05-17
4