Di hari yang mulai beranjak siang.
Dua pasang manusia masih terlelap nyenyak di balik ruang yang berbeda.
keduanya masih lelap merengkuh buai mimpi.
Zayn mulai menggeliat nyaman di ranjangnya. Netranya yang terpejam seakan mulai terusik oleh cahaya yang menelusup lewat gorden yang sedikit tersingkap.
Perlahan kelopak matanya mulai bergerak dan terbuka, menampakkan iris kecoklatan yang indah dari sang pemilik.
Tangannya bergerak lincah mencari keberadaan ponselnya yang terus bergetar disertai cahaya kelip yang terus menyala sejak tadi.
Dengan cepat ia mengambil benda pipih itu dan memeriksa email yang masuk.
Ada seringai tipis yang terukir di wajahnya,
setelah ia mendapatkan email yang ternyata dari pihak rumah sakit.
Dengan cepat ia mengirimkan voice note bahwa ia akan mengambil berkas tersebut segera.
Ia bergerak cepat bergegas ke kamar mandi dan merapikan diri.
Dan segera bergegas menuju rumah sakit.
Di tengah perjalanannya yang terkesan begitu santai dengan senandung lirih yang terus keluar dari mulutnya. Menandakan akan ada hal bagus yang akan ia dapat hari ini.
Sampai di rumah sakit.
Zayn beranjak turun dan menemui seorang dokter yang ia percayai untuk melakukan serangkaian tes untuk membuktikan kebenaran akan suatu hal yang mengganjal di hatinya sejak lima hari yang lalu.
Zayn yang sebelumnya sudah membuat janji temu dengan sang dokter bergerak cepat menuju ruangan tempat dimana dokter itu berada.
ia mengetuk pintu tiga kali sebelum terdengar sahutan yang mengintrupsinya untuk masuk ke dalam.
Senyum tipis mengembang di sudut bibirnya saat sang dokter juga memperlihatkan hal yang serupa dengan berkas yang sudah di siapkan di atas meja.
"Pagi dok!" sapa Zayn mendudukan diri tepat di hadapan sang dokter.
"Pagi tuan Zayn," ucapnya ramah.
"Boleh aku tau hasilnya?" tanya Zayn lagi.
"Tentu saja." Sembari mengangsurkan map berwarna putih itu pada Zayn.
"Sesuai dengan dugaan anda tuan, bahwa ternyata 100% tidak ada kecocokan dalam DNA mereka."
Jelas sang dokter dengan senyumnya yang kembali mengembang
Zayn tersenyum tipis dan membuka isi dari map putih itu.
Senyumnya kian merekah sempurna saat ia membaca sendiri rentetan laporan yang ada di dalamnya menunjukkan bahwa Gita memang bukanlah anak biologis dari sang ayah.
"Terimakasih dok. Akan segera ku transfer bonus tambahannya ke rekening pribadimu,"
ucapnya sebelum ia keluar dari ruangan itu dan bergegas kembali ke apartemennya.
Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, dengan atap mobilnya yang terbuka membuat rambut hitamnya berkibar diterpa semilir angin yanh menerpa wajahnya. Ia terlihat semakin seksi bagi beberapa wanita yang berpapasan dengan nya di jalan.
Mobilpun semakin bergerak lambat saat mulai memasuki kawasan parkiran apartemen.
Si pemilik pun beranjak turun dan berjalan santai menuju lantai tempat apartemennya berada.
Banyak tatap mata yang tertuju padanya hanya untuk sekedar memandang wujud manusia tampan yang memiliki wajah dan postur yang sempurna di sertai aset kekayaan yang membuat para wanita seakan luluh hatinya hanya dengan bertatap muka .
Zayn tersenyum nakal, terkesan menggoda pada barisan para gadis yang tengah duduk santai di area lantai dasar, pandangan mereka masih terfokus padanya.
Dan perangainya membuat para gadis itu menjerit kecil hanya dengan melihat senyuman ala bad boy dari Zayn.
Ia terus melangkah masuk ke dalam kotak lift yang perlahan bergerak naik menuju lantai 25, tempat di mana ia tinggal.
Ekor matanya menyapu setiap sudut ruangan yang ada, mencari sosok Gita saat ia baru saja masuk kedalam lingkup apartemennya.
Kakinya perlahan menapaki setiap undakan tangga yang menuju ke arah kamarnya.
Ada senandung lirih yang terdengar dari dalam. Dan kemungkinan itu adalah sosok yang ia cari-cari sejak tadi.
Tangannya mulai bergerak memutar kenop pintu dan mendapati Gita yang sedang merapikan tempat tidurnya.
Cukup lama ia berdiri di samping pintu hanya untuk memperhatikan gerak-gerik Gita yang sudah selesai dengan ranjang tidurnya . Matanya mulai beralih dan memfokuskan pandangannya pada bingkai foto yang terletak di atas meja . Tangannya bergerak pelan hendak meraih lagi bingkai foto yang sempat ia lihat semalam.
Hingga suara intrupsi yang keras menghentikan pergerakan jemarinya.
"Kau bisa keluar sekarang!" titah Zayn yang sudah berkacak pinggang tepat di belakang Gita.
Sorot matanya tajam mencerminkan ketidak sukaan yang nyata saat Gita hendak menjangkau barang-barang yang seharusnya tak pernah ia sentuh.
"Ma-maaf," ucap Gita lirih.
Pandangannya menunduk, ia tahu tak seharusnya ia menyentuh benda yang bukan miliknya.
"Lain kali jangan pernah lagi masuk ke dalam kamarku!" ucap Zayn tegas.
Gita hanya mampu menganggukkan kepalanya.
Ia segera berlari keluar dan meninggalkan ruangan yang membuatnya serasa tercekik hanya dengan mendapat tatapan tajam dari bos gilanya itu.
Zayn kembali keluar dan duduk santai di sofa tamu dengan berkas putih yang ada di tangannya.
Ia memanggil Gita yang terlihat sibuk dengan urusan dapurnya.
Secangkir kopi hitam di letakkan di atas meja oleh Gita.
Ia masih berdiri mematung di tempatnya.
Menunggu Zayn itu memerintahkannya untuk duduk.
"Bos, maaf hari ini saya bangun kesiangan dan ...."
"Kamu bolos kerja," potong Zayn cepat.
Gita mengangguk lemah, karna memang itu kenyataannya.
Ia baru tertidur pada tadi pagi pukul setengah tiga.
Dan hal itu membuatnya bangun kesiangan.
Tak mungkin baginya jika harus berangkat kerja di saat matahari sudah mulai terik.
jadi ia memilih untuk izin sehari dengan alasan sakit.
"Duduk! ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan padamu."
Gita mengangguk dan segera duduk berhadapan dengan bosnya itu.
Ada yang aneh dari biasanya.
Kenapa hari ini bos angkuhnya itu mendadak menjadi begitu formal saat berbicara dengan nya?
"Siapa namamu?" tanya Zayn.
"Apa maksud anda tuan? Anda sudah tau nama saya," jawabnya dengan nada polos.
"Nama lengkap!" ucapnya penuh penekanan.
"Intan pragita Rahady," jawabnya jujur.
Zayn menajamkan matanya.
Kemudian memberi tatapan remeh pada wanita di hadapannya.
"Apa arti dari nama belakang mu?" tanya Zayn lagi
"Ehm, itu mami ku yang memberikannya.
Mami bilang, itu adalah nama pemberian dari mendiang ayahku," jawabnya lirih.
"Bullshit!"
Gita terjingkat kaget melihat Zayn yang tiba-tiba di selimuti oleh kemarahan.
"Kau seharusnya menghapus nama Rahady dari namamu," ucap Zayn dengan nada sarkatik.
"Ma-maksud anda tuan?" tanya Gita mengerjap takut.
"Apa kau tau siapa Rahady? tanya Zayn yang mencoba mengontrol emosinya.
Bisa saja sewaktu-waktu ia akan meledak dan lepas kendali. Bisa jadi tanpa sadar ia akan mencekik wanita di hadapannya saat ini.
Gita menggeleng kecil, tatapan matanya masih redup dengan genangan air di dalamnya.
"Rahady, adalah nama dari ayahku," ucap Zayn dingin
Gita mengeryitkan dahinya, jelas ada kebingungan yang saat ini sedang carut marut dalam kepalanya.
"Maksud anda adalah pak Rizal?"
"Iya, Rizal Permana Rahady.
Dia adalah ayahku, sosok orang yang berada dalam bingkai foto yang kau lihat tadi."
"Jadi maksut anda pak Rizal adalah ayahku?
dan anda ...."
"Cih! kau bukan anak ayahku.
Ayahku tidak akan memiliki anak dari seorang wanita murahan seperti mami mu yang serakah itu!" ucap Zayn ber api -api.
Gita meremat ujung bajunya, dadanya terasa ngilu saat mendengar cacian yang tertuju pada maminya. Membuat hatinya serasa tertancap oleh pisau yang berujung runcing.
"Mohon maaf tuan, kurasa anda salah orang," ucap Gita yg mulai berani menatap netra kecoklatan yg terlihat memerah itu.
"Tanyakan pada mami sialan mu itu.
Kenapa kau bisa terlahir tanpa ayah?
Apalagi dia sampai berani menyematkan nama Rahady di belakang namamu.
Apa dia tidak merasa malu memberikan nama belakang orang lain pada anak hasil dari banyak pria?"
Gita mundur selangkah, dadanya serasa kian sesak hanya karena mendengar beberapa kata yang baru saja di ucapkan oleh pria di hadapannya itu.
"Apa ini ? kenapa ia baru tahu semuanya setelah 20 tahun hidupnya berlalu.
Apakah benar bahwa maminya orang yang seperti itu?" Batinnya dalam hati.
Zayn melemparkan berkas yang ia bawa.
Hasil laporan DNA dari Rizal dan juga Gita yang sempat ia ambil sempel rambut dari keduanya beberapa hari yang lalu. Ia cukup jeli untuk mengambil setiap kesempatan yang ada guna membuktikan segala asumsinya.
"Baca! kau akan paham setelah melihatnya." titah Zayn lantang.
Gita menyeka air matanya yang sudah berjatuhan di pipinya.
Perlahan tangannya terulur meraih sebuah berkas di hadapannya.
Matanya kembali berair saat ia mendapati kenyataan bahwa dia memang bukan anak biologis dari seorang Rizal Permana Rahady.
"Kau, mungkin salah orang tuan.
Rahady bukanlah hanya nama dari ayahmu saja," ucap Gita mencoba menipu dirinya sendiri.
"Kau memang seorang wanita yang polos dan juga bodoh.
Satu hal yang harus kau ketahui di sini git.
Mamimu bukanlah seorang wanita yang baik, dia tega menghancurkan rumah tangga orang lain,merebut paksa kebahagiaan dari keluarga yang semula utuh dan baik baik saja.
Dan kau tau itu adalah keluarga ku!
Mami mu yang tak tau diri itu merangsek masuk menggoda ayahku dan membuat keluargaku tercerai berai," ucapnya dengan emosi yang meledak-ledak.
"Kau tau! akibat ulah mami sialan mu itu.
Anak kecil yang lugu dan polos harus menahan sakitnya hidup di lingkaran keluarga yang mengalami broken home. Apa kau tau bagaimana rasanya jika setiap hari kau melihat orang yang kau sayangi berteriak satu sama lain? saling menyalahkan? saling memaki?
Apa kau paham bagaimana rasanya melihat ibumu menangis di setiap waktu, hanya Karena kehadiran wanita sialan yang sekarang menjadi mami mu?
Kau tidak tau.
Karna kau tidak mengalaminya.
Aku harus menahan rasa marahku sampai sekarang dan itu akibat ulah mami sialan mu itu!" sarkasnya penuh kebencian.
Gita terkulai lemas di lantai.
Semua ucapan yang ia dengar bagai sebilah pisau yang menghujami tubunya.
"Benarkah, mami orang seperti itu?
apakah aku memang anak dari banyak benih pria?" tanyanya pada diri sendiri.
"Apakah yang kau lakukan padaku kemarin itu ... adalah sebagian dari rasa marah mu yang kau tahan sejak kecil?" tanya Gita lirih.
"Heh! bukan rasa marah.
Melainkan keinginan ku untuk balas dendam dan membuat penderitaan yang sama pada mu seperti yang ku alami sejak 21 tahu terakhir.
"Ta -tapi bukan kah aku tidak tau apa-apa? itu bukan kesalahan ku!" Elaknya cepat.
"Cih! apa kau pikir pada waktu itu aku juga tau apa-apa? akan ku pastikan kalau kau akan menerima semua akibatnya!"
Ancam Zayn penuh penekanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Rini
pntaskah zayn itu manusia bknkh sbliknya.bisa ngucpkn salm tp hatinya hizzz
2021-06-19
1
Kalee Chan
penuh teka teki... yg mananam siapa yg menui siapa..huuuh
2020-10-26
1
Setyowti Puji Rahayu
kasihan gita
2020-10-14
2