Seorang pemuda berambut coklat tua bak bule luar negri dengan santainya melangkah kan kakinya di loby.
Mengapit seorang perempuan muda nan **** di sebelah lengannya.
"Halo kakak! boleh tau di mana ruangan tuan bos?"
Reynand mengedipkan sebelah matanya saat resepsionis muda itu perlahan menggerakkan kepalanya. Mendongak naik menatap biji manik berwarna biru cerah miliknya.
Senyumnya merekah, saat reynand mulai menggodanya dengan mata indah yang ia miliki.
"Apakah anda sudah membuat janji, tuan?" tanyanya ramah.
"Aigoo, apakah harus serumit itu nona?" tanyanya seolah terkejut.
"Tentu saja tuan," tutur gadis resepsionis itu dengan santun.
"Ekhm ... katakan pada tuan bos kalau adik reynand datang."
"Baiklah tuan reynand, anda bisa menunggu sejenak sementara saya akan segera menghubungi tuan Zayn."
"Baiklah nona manis," ucapnya seraya mencubit kecil dagu resepsionis muda tersebut. Senyum kecil mulai kembali tersirat di wajahnya, Semburat rona merah menandakan hati nona muda ini sedang berbunga hanya karna godaan dari seorang reynand.
Tak heran memang pesona yang dimiliki oleh Reynand Malik Ahmad. Pria muda itu di gadang-gadang tak kalah memesona dari sang Abang, yaitu Zayn Malik Ahmad.
Ke dua pria berbeda ayah ini sama-sama memiliki pesona yang luar biasa dengan wajah dan penampilan modis serta gelimang harta.
"Ekhm, tuan reynand," panggil resepsionis itu dengan lembut.
"Iya, manis!" godanya dengan kata manis.
"Ekhm ... itu, tuan Zayn bilang anda bisa segera datang ke ruangannya, di lantai paling atas tuan."
"Oke! terimakasih manis.
Kapan-kapan main lah ke tempat ku ya!"
Seraya menyisipkan kartu namanya di sudut bibir nona resepsionis itu.
"I-iya, baik tuan. Terimakasih!" ucapnya sedikit terbata setengah berteriak.
Hatinya kian berbunga, ketika lambaian tangan dari reynand menjadi jawaban dari rasa terimakasihnya.
Reynand Malik Ahmad. House club.
Begitulah yg tertulis di atas kartu nama itu
Tok ... tok ... tok ...
Ketukan dari seorang biang masalah nya sudah tiba.
"Masuk!" titah Zayn dari dalam.
"Aigoo, Abang! aku rindu padamu," ucapnya seraya menerjang Zayn yang tengah duduk santai di kursi kebesarannya.
"Ck! apa-apaan ini! lepaskan tanganmu dari tubuhku, Rey!"
"Ayolah, Abang. Lo tau kan, gue kesepian."
"What? are you okay Ray?" Zayn sontak menempelkan punggung tangan nya tepat di kening Reynand.
Memeriksa mungkin kepala bocah ini sedang tidak baik-baik saja atau ia mungkin tengah demam.
"Hell! singkirin tangan lo dari jidat gue bang,"
seraya melepas pelukannya dari tubuh sang Abang.
"Sayang ku, kenalin, dia Abang ku. Zayn Malik." Sembari membelai lembut surai panjang wanita yang sempat ia bawa tadi.
"Hay, tuan!" ucap gadis itu seraya merayap pelan menuju pangkuan Zayn.
Perlahan ia menduduk kan bokongnya pada paha kekar seorang Zayn Malik.
"Aku isabel! ekhm, jika Tuan Zayn berkenan, bolehkah aku singgah di sini sebentar?" ucap gadis bernama isabel itu penuh kata manja.
Zayn hanya bergumam, kemudian netra tajamnya kembali mengarah kepada sang adik.
"Rey? apa dia mainan mu juga?" tunjuknya pada perempuan bernama isabel.
Sementara sang empunya malah mengedikkan bahu seolah acuh akan pertanyaan dari sang Abang.
"Ck! hilangin kebiasaan buruk lo, Rey!
apa Lo nggak berpikir kalau aja ada penyakit yang menjangkiti mereka dan bisa saja menular sama Lo sewaktu-waktu?" peringatannya dengan tegas.
"Ayolah bang! Lo nggak usah ceramah kayak bunda. Gue bukan anak kecil, lo cuma lima tahun lebih tua dari gue bang !" sarkasnya kesal.
"Iya! gue tau. Tapi lo masih muda Rey.
Nggak sepatutnya lo main-main sama beginian. Setidaknya carilah yang benar-benar bersih. Jangan jadi maniak di usia muda."
"Cerewet! Nanti malam datanglah ke club' .
Abang harus dateng ke sana tepat jam delapan."
"Haish! Rey. Club,club, club. Lo tau gue bosan sama suasana club'. 10 tahun gue di L.A dan gue bosen dengan dunia yang monoton."
"Iya ... iya. Gue tau.
Itu di L.A bang, bukan di sini. Jadi nanti malam Lo harus dateng. Ada barang bagus buat Lo bang," bisiknya lirih
"Hmm, yaudah. Sekalian bawa mainan lo pergi dari sini. Gue masih ada urusan." Titah Zayn seraya mengayunkan tangannya.
"Siap Abang ku! see you tonight brother!"
Senyum nakalnya kembali terurai saat kakinya kembali berpijak menyusuri lantai dasar gedung serbaguna milik sang abang. Tatap matanya menggoda setiap kaum hawa yang berpapasan dengan nya di setiap pijakan lantai yang ia lalui.
Langkahnya terhenti sejenak, saat netra birunya itu menangkap seorang pria paruh baya yang ia kenali, sedang menuju kearahnya.
"Hay om rizal!"
"Hallo Rey! kau disini?"
"Iya om, sekedar menyapa Abang. Dia belum sempat pulang dan malah langsung ke sini."
cicitnya kesal.
Rizal menepuk pundak Reynand pelan, "Ayolah Rey, Abang mu memang pria penuh tanggung jawab. Kau pasti paham akan hal itu."
"Iya lah om. Baiklah, aku pergi dulu ya om.
Mainlah ke rumah sesekali, papa rindu bermain catur dengan mu om."
"Kapan kapan om mampir kesana.
Bilang bunda mu, masak kan sesuatu yang enak ketika om berkunjung kesana!"
"Siap om," ucapnya sembari melenggang pergi meninggalkan pelataran hotel.
house club'
Zayn berjalan santai melewati kerumunan manusia yang tengah asik meliuk-liuk kan tubuh mereka di bawah dentuman suara musik beraliran keras.
Mereka terlihat enjoy walau keadaan kian sesak dan berbaur dengan lawan jenis.
Sesekali tangan-tangan nakal pria hidung belang beraksi memanfaatkan keadaan yang kian mendukung.
Untuk sekedar meremat, menyenggol, atau bahkan hal liar lainnya.
Zayn terlihat lelah. Tapi jam di arlojinya masih menunjukkan pukul 22.00.
Ia mendudukkan bokongnya di ruangan VIP yang memang tersedia untuknya malam ini.
Segelas white Russian di tuangkan oleh seorang wanita muda pemilik rambut pink cerah.
Parasnya cantik, namun sepertinya wajah itu tak asing bagi Zayn.
Dalam sekali teguk, segelas minuman itu lenyap dalam tenggorokan nya.
"Tuangkan lagi," titahnya lembut pada gadis itu.
Dengan lihai ia kembali menuangkan segelas minuman untuk tamu VIP yang ia layani.
"Kemari!" titah Zayn melambaikan tangannya. Memanggil gadis itu dengan raut wajah penuh penantian.
Namun gadis itu seolah enggan untuk mendekat. Ia masih mematung di tempat semula dengan raut wajah gusar.
Hal itu membuat darah Zayn kembali berdesir, menahan amarahnya yang mulai merambah naik di penghujung kepalanya.
Tangan kekarnya bergerak cepat, merengkuh paksa pinggang ramping gadis tersebut dan membuatnya melekat sempurna di atas pangkuannya.
"Jangan membuatku marah sayang!" tegasnya lagi syarat akan nada mengancam.
Sontak gadis itu terkesiap, tubuhnya menegang sempurna seiring rasa takut yang mulai mendominasi seluruh tubuhnya. Ia mengangguk patuh, menuruti segala titah yang di ucapkan oleh bosnya itu.
"Siapa namamu?" bisik Zayn lirih di telinga gadis itu.
"Gita." Jawabnya lirih mencoba tenang.
"Gita! seriously? tapi, wajah mu hampir sama seperti gadis cupu yang ada di kantorku."
"Be-benarkah?" ucapnya sedikit menundukkan kepalanya. Terselip kegugupan yang nyata dari setiap tutur kata yang terucap dari mulutnya.
"Hmm, mungkin aku yang salah.
Minum lah! malam ini kau harus menemani ku minum sampai adik ku Rey datang kemari."
"Tap- tapi tuan ..." gadis itu hendak membantah.
"Sshhhttt! minum." Titahnya lagi seraya menuangkan segelas minuman keras itu kedalam mulut gadis lugu bernama Gita.
Dengan terpaksa, Gita mau tak mau tetap menelan setiap tetes air memabukkan itu ke dalam tenggorokan nya. Hingga isi dalam gelas tersebut tandas tak bersisa.
"Lagi!"
"tidak, tidak tuan, cukup!" tolaknya dengan kepala yang menggeleng cepat.
"Ayolah, satu lagi dan kau bebas."
Dengan terpaksa Gita kembali meneguk segelas minuman yang di angsurkan oleh Zayn kepadanya. Lidahnya terasa petar, tak tahan dengan rasa pahit yang mendominasi seluruh mulutnya.
"Sudah, sudah tuan! saya harus pergi." Gadis itu segera beranjak dari pangkuan Zayn, namun sayang saat ia berusaha untuk berdiri kakinya melaha goyah dan mulai lunglai seolah tak bertulang. Ia tak berdaya untuk menopang beban tubuhnya sendiri.
"Mati aku!" rutuknya dalam hati.
"Perlu bantuan?" tawar zayn lembut membelai pinggang ramping Gita.
"Tidak! tidak perlu. Aku bisa sendiri." Tolaknya sedikit kasar sembari menyingkirkan sentuhan tangan Zayn yang merayapi pinggangnya. Tampikan halus dari tangannya itu berhasil membuat belaian zayn benar-benar terlepas dari tubuhnya.
"Aigoo! gadis kecil yang lugu rupanya."
Zayn kian tertarik pada gadis yang bernama Gita ini. Nalurinya seolah tertantang untuk mencicipi rasa dari gadis lugu di hadapannya itu. Namun sepertinya situasi sedang tak bersahabat, dan ia terpaksa harus menggunakan cara kasar.
Seketika ia merengkuh tubuh Gita dengan paksa, mengurung tubuh mungil itu dengan erat dalam dada bidangnya.
Indra penciuman nya kian menajam.
mengirup aroma wangi yang kian menguar dari tubuh gadis lugu itu.
"Aku suka wangi tubuh mu, git." ucapnya lambat sembari mencecap leher jenjang yang tertutupi oleh pita kecil. Gigitan kecil ia hadiahkan pada tepian telinga gadis itu.
Tertera tanda merah menyala sebagai tanda khas kepemilikan.
Gadis itu masih meronta.
Menolak segala jenis sentuhan yang baru saja ia terima. Membuat Zayn dengan terpaksa mengurungkan keinginannya yang telah menggebu dalam kepalanya.
"Pergilah! hari ini kau bebas." Titahnya sembari memunggungi Gita yang tengah meringkuk membekap bagian atas tubuhnya.
Tanpa harus di ulang, Gadis itu pun segera lari meninggalkan ruangan tersebut, bersamaan dengan reynand yang tengah berdiri di depan pintu hendak masuk ke dalam.
"Maaf tuan reynand," ucapnya sembari membungkuk kan badannya penuh hormat.
"Hmm! gumamnya acuh kilas menatap gita yang nampak berantakan.
"Wow! puas bermain?" ledeknya pada Zayn.
Reynand tersenyum tipis melihat keadaan abangnya yang terlihat kacau .
Terlihat jelas saat ini pria itu membutuhkan pelepasan.
"Siapa perempuan tadi?"
"Gita, anaknya Michiko." jawab reynand seraya mendudukan dirinya di sebelah Zayn.
"Dia, mainan lo juga?"
"siapa? Gita?"
Zayn hanya mengagguk tipis.
"Bukan! dia cuma jadi waiters di sini.
Kenapa? lo mau bang?"selidiknya dengan sunggingan senyum di sudut bibirnya.
Zayn mengusap wajahnya gusar.
"buang angan Lo jauh-jauh bang.
Michiko nggak akan biarin seorang pun buat nyentuh anaknya. terangnya yang membuat Zayn kian berhasrat untuk memiliki gadis itu.
"****! bawa dia kemari. Gue akan bayar berapapun asal dia ngijinin Gita buat nemenin gue semalam.
"Bang, Michiko bukan orang kayak gitu.
Lo belum kenal dia sih.
Dia itu salah satu wanita malam yang punya banyak jam terbang di sini. Menemuinya bukan perkara yang mudah.
Dan lagi lo tau , paras cantik dari Gita itu adalah titisan murni keturunan dari Michiko loh bang."
"Besok malam. Gue pengen ketemu sama dia.
Lo yang urus."
"Bang! sergahnya hendak menolak keinginan Zayn.
"kalau lo berhasil ngebujuk dia,
mobil Ferrari merah gue buat lo."
Seketika Reynand ternganga, "what! beneran nih bang?"
Zayn mengagguk kecil, kemudian melenggang pergi dari tempat itu.
Senyumnya terurai sempurna saat ia tau keinginannya tak mungkin untuk bisa di tolak oleh siapapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nadrah Nandar
ko kelakuan anak ayu gitu ya bejat klo Zayn kelakuan bapakx
2022-09-27
0
Fitria Ningsih
wlo cuma novel tp q merasa miris ternyata si ayu dan raka gagal mendidik anak2nya,dari novel ini kita bisa petik hikmah dan pelajaran,sbg ortu gmn cara mendidik anak yg baik.....krn basic ortu dan keluarga g jaminan tuk masa depan anak(akhlak+budi pekerti),lanjut thoor 👍👍buat renungan bersama tuk emak2 dirumah
2021-03-14
1
Setyowti Puji Rahayu
gita itu intan kan kk authorr
2020-10-14
4