Zayn tertunduk lesu di sudut ruang keluarga.
Di kelilingi oleh para orangtua yang menatap penuh kecewa padanya dan juga Reynand.
Suasana begitu tegang saat kehadiran sang ibunda yang seakan acuh untuk menatap ke arahnya.
Begitupun sang ayah dan juga papanya.
Kedua pria itu masih bungkam seolah sedang merangkai sebuah kata yang pas untuk kedua anaknya ini.
"Bunda nggak tau kenapa kalian jadi begini.
Yang jelas bunda nggak pernah ngajarin kalian untuk melakukan hal rendahan seperti itu.
Apalagi sampai buka tempat hiburan yang penuh maksiat kayak gitu!" ucap ayu seraya memijit pelipisnya yang masih terasa berdenyut
"Kalian punya pikiran nggak? tanpa kalian sadari kalian itu sudah nambahin beban dosa di pundak bunda. Kalian mau bunda cepet meninggal?" Tanya ayu dengan nada kecewa.
Sementara Zayn dan Reynand masih bungkam, mereka seolah enggan untuk menyahuti ucapan dari sang ibunda tercintanya.
Bibirnya seolah kelu saat kata-kata meninggal ikut terbawa-bawa dalam lingkup pembicaraan.
"Mari kita luruskan semuanya dari awal.
Papa ingin hari ini juga masalahnya selesai dan tidak ada kebohongan yang tersembunyi di sini," ucap Raka tegas yang juga ikut di setujui oleh Rizal.
"Jadi Zayn, apa yang perlu kamu jelaskan di sini?" ucap Rizal menatap iris coklat milik sang putra.
Zayn mengusap wajahnya kasar.
Rumit baginya untuk memulai cerita yang akan ia beberkan di sini. Di depan ayah, bunda dan juga papanya.
"Maaf!" ucapnya lirih
"Ini semua memang salah kakak bund, yah." Imbuhnya lagi.
"Club itu, punya kamu?" tanya Rizal lagi.
Zayn mengangguk tipis, mengiyakan ucapan sang ayah.
Reynand pun sontak berdiri.
"Bohong!" ucapnya lantang membuat semuanya mengalihkan pandangan mereka ke arahnya
"Abang nggak usah bohong,
club itu punya reynand bukan punya Abang,"
jelasnya gamblang.
Sontak ayu dan Raka membelalakkan matanya kaget mendengar pengakuan dari mulut Reynand yang membuat mereka syok.
"Tapi aku yang kasih dana buat operasikan club itu bund," imbuh Zayn.
"Tapi aku yang minta sama Abang bund, bukan Abang yang inisiatif kasih uang ke aku," ucap reynand lagi. "Adek yang salah bund, bukan Abang." imbuhnya lagi.
keduanya saling memberikan pembelaan masing-masing. Bukan malah saling menyalahkan dan membuat salah satu dari mereka menjadi kambing hitam.
keduanya cukup dewasa dan gentle untuk mengakui segala kesalahan yang mereka perbuat meskipun akan ada ending yang buruk yang mesti mereka terima.
"Astagfirullah!! percuma kalian berdua bunda didik dari kecil kalau ujung-ujungnya kalian nggak pernah dengerin apa yang pernah bunda ajarin sama kalian!" ucap ayu seraya memegangi dadanya yang masih terasa bergemuruh dengan segala kecamuk emosi dan kecewa.
"Maaf bund," ucap keduanya bersamaan.
"Rey, bunda kira dengan kecerdasan yang kamu miliki kamu bisa jadi sosok laki-laki yang membuat keluarga bangga!
Tapi setelah bunda tau ternyata selama ini bunda salah nilai kami Rey.
Sebenarnya salah bunda apa sih sama kalian?
kenapa kalian sampai tega keluar dari ajaran agama yang pernah bunda ajarkan dari kalian saat masih kecil?"
Zayn menarik napasnya berat.
Terasa semakin berat saat sang ibunda lupa akan derita yang masih menjerat hatinya hingga kini.
"Bund! ini salah aku.
Sepenuhnya bukan salah reynand.
Aku yang nggak bisa membawa diri, lupa akan akidah dan semua ajaran dari bunda.
Kenapa? karna masih ada sakit di sini bund,"
ucapnya sembari memegangi dadanya.
"Dan di sini," ucapnya lagi sembari memegangi kepalanya.
"Soal perempuan tadi, itu anaknya indah.
Itu juga bukan reynand yang salah tapi aku bund.
Anak bunda yang selalu bunda bangga-banggakan ini," ucapnya sedikit meninggi.
"Aku bund, aku yang membuat dia kehilangan kesuciannya.
Dan aku juga akan membuatnya menderita sampai rasa sakit ini benar-benar sirna,"
ucapnya sembari meremat jemarinya.
Ayu dan yang lain masih tertegun.
Mereka semua diam mendengar semua penuturan dari anak mereka, sebelum kembali mengajukan pertanyaan .
"Apa bunda ingat kejadian dua puluh-satu tahun yang lalu saat keluarga kita masih berbahagia dengan canda dan kehangatan yang selalu hadir di dalamnya .
Apa bunda ingat saat kita masih menjadi keluarga yang harmonis.
Ya! hanya kita . Hany aku, bunda dan juga ayah," ucapnya mulai menyendu.
Matanya kembali berbinar saat angannya kembali membongkar semua hal buruk dan menyakitkan yang masih saja tersimpan di dalam hati dan benaknya.
"Hingga kehadiran seorang wanita yang entah datang darimana asalnya.
Dengan mudahnya membuat segalanya hancur hanya dalam sekejap.
Dan apa ayah dan bunda tau bagaimana rasanya melihat orang yang kita sayangi seolah tak lagi mencurahkan kasih sayang mereka lagi pada anak yang tak berdosa ini?" ucapnya seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Apa ayah dan bunda pernah memikirkan bagaiman perasaan ku saat kalian yang biasanya tak pernah berhenti untuk bermain bersamaku, menemaniku kemanapun aku mau, dan tiba-tiba salah satu di antara kalian pergi, seakan lenyap dengan segala ucapan klise yang keluar dari mulut kalian.
Entah aasan sibuk, lembur, keluar kota dan yg lainnya lagi hingga tak ada waktu lagi untuk menemaniku, anakmu sendiri.
Bahkan ayah nggak pernah merasa bahwa setiap malam, ada anak kecil yang tak berdosa dan tak tau apa apa ini
selalu rindu memanggil-manggil namamu dalam derai tangisnya dalam buai mimpi.
Dan bunda juga selalu ikut menangis saat ia juga merasakan trenyuh yang mencabik hatinya hanya dengan melihat ku yang sedang menahan rindunya pada sosok sang ayah.
Yang sedang menghabiskan waktunya dengan perempuan lain di luar rumah dan mengorbankan kebahagiaan keluarganya sendiri." imbuh Zayn kembali menitikkan air matanya.
"Sakit ... di sini, dan masih di sini." tunjuknya pada dadanya.
Tak bisa hilang walaupun kau menebusnya dengan banyaknya harta yang telah kau berikan padaku. Itu tak pernah bisa menghilangkan rasa benciku pada perempuan yang bernama indah."
Ayu membungkam bibirnya yang mulai mengeluarkan isakan.
Baru kali ini ia mendengar curahan hati anak sulungnya itu.
Jika di saat ia masih kecil tak pernah sekalipun ia mengeluh rindu atau apapun padanya dan kenapa baru sekarang ia sadar akan dampak yang telah terjadi pada putra kecilnya itu.
Betapa bodohnya ia yang tak pernah peka atas rasa terpendam yang membuat putranya kini menjadi sosok yang pendendam.
Ayu bergerak pelan menjangkau sang putra dan mendekapnya penuh kasih.
Tangisnya pecah seketika saat ia tahu kebenaran yang selalu tersimpan rapat dari mulut putranya itu.
"Kenapa kak? kenapa kakak nggak pernah cerita sama bunda?" Tanyanya masih menahan isak.
Zayn menggeleng kecil.
"Kakak nggak bisa dan nggak akan pernah bisa bund.
Sudah banyak derita yang bunda alami, apakah aku sebagai putra mu tega melihat bunda bertambah sedih hanya dengan mendengar keluh kesah ku yang tak seberapa berharga?"
Ayu menggeleng cepat.
"Salah, kamu salah kak!
Bukankan beban tapi sudah kewajiban bunda mendengar segala keluh kesah dari anak-anak bunda.
Maaf karna bunda terlalu bodoh untuk memahami emosimu nak," ucap ayu membelai wajah Zayn lembut.
"Maaf kan ayah Zayn, ayah memang tak pantas untuk di jadikan panutan. Maaf!" ucap Rizal lirih.
Matanya sendiri sudah berkaca sejak ucapan putranya itu begitu trenyuh dan syarat akan kesedihan yang terpendam. Ini semua memang salahnya .
"Aku pamit dulu," ucap Rizal meninggalkan kediaman keluarga Raka.
Ia terus berjalan tanpa menoleh lagi kebelakang. Karena saat ini ia juga terluka, ia juga menangis, Sama seperti ayu dan juga Zayn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Bilqis ae
sesak rasanya...
2021-03-17
1
Erni Rospita
😰😰😰😰
2020-11-25
1
💕febhy ajah💕
trnyata rasa skit yg d pendamx menbuat mata dn htix buta
2020-11-03
1