Reynand masih mengaduh pelan memegangi bengkak di bagian pipinya saat sang Abang dengan sabar mengoleskan krim pereda nyeri di bagian wajahnya yang terlihat memerah akibat tamparan keras dari sang ibunda.
Sementara netranya masih menatap nanar pada manik coklat milik sang Abang.
Bagaimana tidak, pria yang ada di hadapannya ini masih bisa begitu tenang walau ia tahu benar bahwa di lubuk hati abangnya itu masih tersimpan kobaran rasa benci yang sudah mendarah daging tertanam di hidupnya.
' Sssshh' desis reynand saat rasa perih menjalar di pipinya.
"Apakah sakit?" tanya Zayn menghentikan gerakan jemarinya.
Reynand menggeleng kecil.
ia meraih krim yang ada di tangan abangnya dan berbalik mengoleskannya di wajah Zayn.
Nampak jelas ada cap tangan sang ibunda yang tertera di sana, begitu merah dan tentunya sama sakitnya seperti lebam yang ia derita.
"bang," panggil reynand sembari mengusap lembut wajah sang Abang yang memerah, membubuhkan krim itu dengan hati hati di permukaan kulit wajah sang Abang.
"hmm!" gumamnya.
"Sesakit itu kah bang? seberat itukah beban yang kau simpan?" ucapnya lirih.
Reynand menundukkan wajahnya karna saat ini mendadak ia kembali menjadi Reynand kecil yang mudah sekali menangis. Dan ia malu untuk menunjukkannya di hadapan abangnya. Zayn memiliki kesulitan tersendiri di hidupnya.
"Haih ..." helanya lelah.
" Sakit Rey, teramat sakit.
Hingga aku bersyukur karna kau tak pernah ada dalam situasi seperti ku.
Beruntung bagi mu dan juga keyra yang dari lahir memang terlahir dari keluarga yang bahagia."
Reynand memeluk erat bahu bidang Zayn.
Di rengkuhnya dengan begitu erat syarat akan kasih sayang antar saudara.
"Berbagilah dengan ku bang.
Apapun dan kapanpun!" ucap reynand lirih.
Wajahnya kian pias dan air matanya mulai luruh membasahi wajahnya.
Ia terisak saat merasakan kesakitan yang sama seperti yang di rasakan oleh si abang. bahunya bergetar saat dadanya juga teramat sesak mengingat cerita sang Abang di ruang keluarga tadi.
Zayn mengusap lembut lengan Reynand dan perlahan melepas rengkuhan itu dari tubuhnya.
"Kau masih terlalu kecil untuk mengerti soal derita Rey! lagi pula kau tak harus merepotkan dirimu dengan masalahku," ucapnya seraya beranjak dari duduknya .
Reynand mengusap kasar bekas air mata yang masih tersisa di wajahnya.
Ia kembali melangkah mendekati sang Abang yang termenung diam menikmati semilir angin dingin yang menerpa tubuhnya. "Aku tak pernah keberatan! apapun itu.
Kau adalah saudara ku bang dan sudah sepantasnya kita berbagi.*
Zayn tersenyum tipis.
"Sejak kapan kau jadi puitis begini, ha?" ledeknya pada reynand.
"Aku serius bang!"
Zayn menggeleng pelan, ia menepuk pundak sang adik sementara senyumnya terukir sempurna di sudut bibirnya.
"Terimakasih, tapi tidak perlu karna selama ini aku tidak pernah membagi duka ku dengan siapapun termasuk dengan bunda.
Aku bisa menanggungnya sendiri walaupun aku harus membawanya sampai dalam kematian ku."
*******
Masih di kediaman sang ibunda tercinta.
Di pagi buta saat udara dingin masih mendominasi seluruh ruangan.
Terdengar hentak langkah kecil yang terdengar samar memasuki lantai kamar Zayn.
Ruang yang gelap, dengan hanya lampu tidur redup sebagai penerang di dalamnya.
Langkahnya terhenti tepat di tepian ranjang tempat sang putra tengah terlelap dalam tidurnya.
Ia hadirkan kecup kecil di kening putra sulungnya itu.
kecupan kasih untuk seseorang yang selalu ia sayangi dan selamanya akan seperti itu walau apapun yang terjadi.
Tangannya perlahan mengusap lembut rambut hitam milik sang putra, syarat akan kasih seorang ibu yang sempat berjarak oleh waktu.
Zayn perlahan menggerakkan kelopak matanya yang mulai terusik.
Ia rasakan sentuhan jemari yang terasa lembut hadir di wajahnya.
Begitu lembut karna ia tau ada cinta dan kasih di dalamnya.
Ia kembali menutup matanya menikmati setiap sentuhan tangan dari wanita yang tak lagi muda.
Berpura lelap dalam buai mimpi yang di hadirkan oleh sang ibunda dan semakin terasa nyaman saat ia ikut terbawa suasana yang sudah lama sekali ingin ia rasakan kembali.
"Jangan berhenti dan jangan pernah membenci ku bunda," batin zayn dalam hati.
Jemarinya terus berayun mengusap lembut surai hitam milik sang putra.
Nampak matanya kembali berkaca saat melihat memar yang ada di wajah putra sulungnya itu.
Membuat bibirnya seolah tak mampu untuk berkata atupun sekedar bergumam.
Hingga isakan haru pun lolos dari bibirnya.
Zayn mendengar jelas suara Isak sang ibunda.
Membuat hatinya serasa tercubit perih karna membuat sosok perempuan yang begitu ia sayangi kembali bersedih.
"Lupakan, semua rasa sakit yang terpendam.
Jangan lagi di simpan karna semua hanya akan menjadi beban.
Tinggalkan kak! ikhlaskan," ucap ayu lirih dengan derai air matanya , kemudian ia bergegas meninggalkan kamar sang putra dengan tangisnya yang semakin deras membanjiri wajahnya.
Zayn mengerjapkan matanya.
Mendadak hatinya trenyuh hanya dengan mendengar rintih sang ibunda.
"Sesakit itu kah bund?
Jika ikhlas bisa memudarkan rasa benci, maka tiada kata terlambat untuk mencobanya," ucapnya lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Agnes
kata2nya thor nyesek sersa mnjdi bunda ayu thor 😢😢
2021-06-09
1
Erni Rospita
😭😭😭😭
2020-11-25
1
Nanamuin
waduh jd mewex trus ni 😭😭😭
2020-10-28
1